"El, maafkan aku ! Seandainya bukan karena belain aku, pasti kamu gak akan di pecat !!". Diva berucap lirih penuh penyesalan dihadapan El.
El tersenyum. Menatap sahabat sekaligus rekan kerjanya selama ini. Dia berusaha menenangkan Diva yang saat ini tengah menangis di Cafe tempat biasa mereka nongkrong usai bekerja seharian.
"Bukan salahmu, Va. Dan lagi, sekarang sudah 2 minggu lewat sejak kejadian itu. Toh, aku sudah mulai lupa karena sekarang aku udah dapat kerjaan baru."
"Jadi sekarang kamu udah dapat kerja lagi, El ?". Nadia ikut membuka suara.
"Sudah. Makanya kalian gak usah khawatirin aku lagi. Aku baik-baik aja kok sekarang."Ucap El menenangkan kedua sahabatnya.
"Kami cuma khawatir sama kamu,El. Karena kami juga tau, kalo kerjaan ini penting buat kamu karena harus bayar biaya rumah sakit Ellio." Pungkas Nadia kembali sambil menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.
El kembali tersenyum. Jujur, dia merasa terharu. Semenjak ayah dan ibunya meninggal dalam kecelakaan 4 tahun lalu, Ellio adalah keluarga satu-satunya yang Ellena miliki. Namun, dalam kecelakaan yang menewaskan kedua orang tuanya itu, Ellio yang tak lain adalah saudara kembar Ellena harus koma di rumah sakit. Tabungan yang ditinggalkan orang tuanya sudah hampir habis demi biaya pengobatan Ellio yang entah kapan akan terbangun. Makanya Ellena memutuskan langsung bekerja untuk mendapatkan penghasilan tambahan demi kelancaran biaya rumah sakit Ellio sejak lulus SMA. Dan 2 tahun lalu, dia bertemu Nadia dan Diva yang sudah lebih dulu bekerja di Beauty and Me. Meski keduanya lebih senior, mereka memperlakukan El dengan sangat baik. Dan jangan lupakan Putri, Si bungsu yang paling manja, dia dan El bersamaan diterima kerja di Beauty and Me. Jika dia tahu, El sedang dalam masalah, pasti dia akan menangis semalaman suntuk. Tapi, El memutuskan tidak memberitahu Putri, karena El mengerti bahwa saat ini Putri juga tengah mengurus ibunya yang sakit di kampung. Ellena tidak ingin menambah beban Putri lagi.
"Kamu kerja apa sekarang El ?". Tanya Diva penasaran.
"Aku kerja di toko bunga." Jawab Ellena singkat sambil menyesap Coffe latte didepannya.
"Toko bunga ? Toko bunga mana ,El ?".Lanjut Diva. Dia masih penasaran, ingin tahu dimana Ellena bekerja.
"Toko bunga Adelis. Yang di jalan XX itu." Jawab Ellena.
"Wow, El !!! Itu kan toko bunga yang paling elit di kota ini. Setau aku, yang sanggup beli bunga disitu cuma orang-orang kaya aja loh.Aku nggak nyangka kamu di terima disana." Nadia berseru senang dengan mata berbinar.
"Iya ,El ! Aku juga !! Kok bisa sih ?." Diva pun terlihat turut senang.
"Ya,, aku juga bingung sih ! Kalian tahu kan, sejak kejadian itu, aku gak bisa dapat kerja dimana-mana gara-gara si Bima Dirgantara itu. Tapi pas lihat di Adelis ada lowongan, ya udah aku nekat coba. Dan ternyata tembus !!." Terang Ellena panjang lebar.
"Apa pemilik Adelis gak tahu gimana bahayanya Bima Dirgantara kali ya ?". Ucap Nadia sambil mengelus dagunya dengan jari telunjuk.
"Atau ? Dia memang gak ken siapa itu Bima Dirgantara?." Lanjutnya lagi.
"Sudah, Nad !! Itu gak penting. Yang penting sekarang, asal El dapat kerjaan itu udah syukur ! Iya kan , El ?". Tanya Diva.
El mengangguk.
"Yap ! 100 !!".Jawab Ellena sambil mengacungkan jempolnya pada Diva.
#####
Sudah sekitar sebulan Ellena bekerja di toko bunga Adelis. Ellena sudah nampak mahir merangkai bunga dan sudah hapal jenis-jenis bunga serta perawatannya. Jujur saja, Ellena cukup betah bekerja disini, karena gajinya cukup lumayan dibanding tempatnya dulu. Nyonya Hanin, pemilik Toko bunga Adelis juga sangat ramah dan jarang sekali marah kecuali jika kesalahan pegawai benar-benar fatal. Sejauh ini, Ellena mengagumi sosok Nyonya Hanin. Bagi El, Nyonya Hanin adalah wanita anggun yang penuh dedikasi dan sangat menghargai sesama manusia. Seketika, posisi Jung kook BTS memiliki saingan di hati El saat ini. Dan El hanya tertawa kecil jika dia mengingat itu.
"El, tolong antar pesanan bunga ini ke tempat Nyonya Puspa."
Suara Nyonya Hanin terdengar dari luar saat El sedang menyiram sekelompok Mawar di dalam tempat penyimpanan khusus.
"Iya, Sebentar Bu !." Jawab Ellena., lalu dengan cepat Ellena bergegas keluar dan menghampiri Nyonya Hanin di depan yang sudah memegang buket bunga di tangannya.
"El, Tolong anterin ya ! Kamu bisa bawa motor kan ? Eko soalnya ijin, dia lagi demam."Ucap Nyonya Hanin sambil menyerahkan buket bunga di tangannya kepada Ellena.
"Iya bu, bisa ! Biar El aja yang anter !". Ellena segera menerima buket bunga yang diberikan oleh Nyonya Hanin.
"Mau di anter kemana bu ? Alamatnya mana ?". Tanya El kemudian.
"Oh iya, ibu lupa." Nyonya Hanin menepuk jidatnya sambil tertawa kecil. Dia kemudian melangkah ke arah meja nya lalu mengambil kertas kecil di dalam laci.
"Nih alamatnya ! Maklum El, Ibu kan sudah berumur !." Lanjut Nyonya Hanin tersenyum.
"Ibu masih kelihatan awet muda kok !". Gombal Ellena setelah meraih kertas kecil yang di sodorkan Nyonya Hanin.
"Udah sana antar bunganya ! Jangan godain ibu terus !." Perintah Nyonya Hanin sambil mendorong pelan bahu Ellena.
"Iya, ini juga udah mau jalan kok !! Permisi dulu ya bu !." Ucap Ellena sambil melambaikan tangan dan menaiki motor untuk mengantar bunga ke alamat yang Nyonya Hanin berikan.
###
Ellena melirik alamat yang tertulis dikertas kecil itu, lalu mencocokkan dengan alamat yang tertera di pagar rumah yang bagi El terlihat seperti istana dihadapannya sekarang ini.
"Bener kok ! Kayaknya ini deh alamatnya." El sedikit bergumam sebelum memencet bel yang tertempel di pagar.
Tak berselang lama, seorang security muncul, membuka pagar samping yang lebih kecil lalu memperhatikan Ellena.
"Mohon maaf, ada keperluan apa mba ?". Tanya security itu.
"Ini Pak, saya mau antar pesanan bunga punya Nyonya Puspa."Jawab Ellena sopan, sambil memperlihatkan buket bunga yang di bawanya.
"Oh, dari Adelis ya ?". Tanya security itu lagi.
"Iya pak !." Jawab Ell kembali.
"Silahkan masuk !! Biar saya antar ketemu Nyonya." Ucap Security itu ramah.
Ellena mengangguk lalu mengikuti security yang bernama Pak Ardi itu dari belakang. Jangan tanya apa El sudah kenalan atau belum sehingga bisa tahu namanya. Cukup, melihat nama di seragam bapak itu, Ellena sudah bisa tahu tanpa perlu berkenalan.
"Maaf ya, tadi bapak banyak tanya. Soalnya biasa si Eko yang antar bunga ke sini." Ujar Pak Ardi di tengah perjalanan.
Perkataan Pak Ardi membuat El segera tersadar bahwa dari tadi mereka berjalan masuk ke rumah ini, tetapi belum tahu ujungnya ada dimana. Rumah ini terlalu luas untuk disebut rumah. Bagi El, ini adalah istana. Mungkin saja jika El tinggal disini, dia akan tersesat untuk satu bulan pertama. Bagaimana bisa orang menghafalkan ruangan dan arah didalam rumah sebesar ini dalam waktu singkat ? Pasti yang tinggal disini orang yang bahkan bersin pun akan keluar uang, pikir El.
"Iya pak ! Mas Eko lagi sakit, jadi Nyonya Hanin minta saya yang antar." jawab El sekenanya.
"Kamu pegawai baru ?." Pak Ardi bertanya ramah.
"Iya pak ! Baru sebulan !".Jawab El kembali.
"Namanya siapa ?". Tanya Pak Ardi lagi.
"Ellena ,pak !".
Pak Ardi mengangguk dan mempersilahkan Ellena duduk di salah satu kursi sebelum dia melangkah ke dapur memanggil majikannya. Tampak dari kejauhan, Ellena bisa melihat Pak Ardi berbicara dengan seseorang yang Ellena tebak sebagai Nyonya Puspa. Wajahnya masih cantik dan terlihat tidak jauh berbeda usia dengan Nyonya Hanin. El tersenyum saat tahu, Nyonya Puspa sedang membuat kue yang kelihatannya gagal. Terlihat dari tempat nya duduk sekarang, dia bisa melihat Nyonya Puspa mengeluarkan nampan dari oven yang sudah berasap putih.
Selang beberapa saat, Nyonya Puspa menghampiri Ellena diikuti Pak Ardi yang langsung permisi keluar.
"Maaf ya nunggu lama."Seru Nyonya Puspa sambil membenahi penampilannya yang sedikit berantakan.
Ellena segera berdiri dan menyambut Nyonya Puspa sambil tersenyum.
"Gak apa-apa bu, saya juga baru tiba kok ! Silahkan, bunganya !". Ellena segera memberikan buket bunga itu pada Nyonya Puspa.
"Terima kasih ya !".Ungkap Nyonya Puspa tersenyum sambil menerima buket bunganya lalu meletakkannya di atas meja.
"Saya pamit dulu kalo gitu, bu ! Permisi." Ucap Ellena dengan sopan.
"Gak mau nge teh dulu ? Soalnya saya mau tawarin kue, tapi kuenya gosong."
"Gak usah, bu ! Terima kasih banyak tawarannya, tapi di toko lagi kekurangan orang ! Saya takut yang lain pada kewalahan."
"Ya sudah kalau gitu ! Sekali lagi, terima kasih ya !".
Ellena segera berjalan keluar dengan terburu-buru. Dia lupa, tadi kunci motor masih menancap di tempatnya sebelum dia masuk.Ellena khawatir kalau motor itu hilang. Apalagi, dia parkir didepan gerbang, bukan didalam pekarangan rumah.
"Semoga motornya gak kenapa-napa tuhan ...".Ellena berkata pelan dengan nada gusar.
Saat sudah didepan pintu keluar, Ellena bertabrakan dengan seorang lelaki bertubuh jangkung yang sontak membuat Ellena jatuh. Lelaki itu mendengus kesal dan bersiap memaki orang yang menghalangi jalannya.
"Punya mata nggak sih ? Sudah bosan kerja ya kamu ?". Ucap pria itu sambil melihat wanita yang menabraknya tadi. Wanita itu tidak menampakkan wajahnya karena terhalang rambut panjang nya yang terurai. Namun, saat wanita yang hanya setinggi dadanya itu berdiri dan mendongak menatapnya, matanya seketika membola.
"Kamu ? Ngapain di rumah saya ?." Seru Bima Dirgantara kesal bercampur kaget.
Ya, pria itu Bima Dirgantara, lelaki yang paling tidak ingin ditemui Ellena lagi. Namun sepertinya tuhan masih ingin memanjangkan ikatan kebencian antara dia dan pria itu. Dari sekian banyak orang kaya di Indonesia, kenapa harus rumah Bima yang di masukinya ?.
" Saya cuma ngantar bunga !". Jawab Ellena malas. " Udah minggir, saya mau pulang." Sambung El sambil mendorong tubuh Bima yang menghalangi pintu keluar.
"Heh, bocah !! Bisa sopan sedikit nggak sama yang lebih tua ?." Bima rasanya sangat ingin menggigit tulang-tulang bocah itu saking kesalnya.
"Saya tidak perlu bersikap sopan kepada manusia tunasusila seperti anda."
"Apa kami bilang ?" Bima tidak percaya pada pendengarannya sendiri.
"Saya bilang, saya nggak perlu bicara sama manusia tu-na-su-si-la seperti an-da !" Ucap Ellena penuh penekanan dibeberapa kata.
Bima merasa tidak percaya. Dirinya tertawa hambar sambil menggeleng tak percaya. Bagaimana bisa , harimau kecil yang sudah dia cabut taringnya masih bisa menggigit !? Bahkan jauh lebih sakit dari sebelumnya. Bima sudah menyuruh semua pelaku bisnis di kota ini untuk tidak menerima pelamar kerja bernama Ellena Anastasia. Tapi bagaimana bisa, gadis ini masih mendapat pekerjaan. Siapa orang yang berani menantangnya di kota ini ?
" Heh bocah ! Siapa yang berani kasih kerjaan ke kamu ?". Bima menarik tangan El dengan kasar agar mendekat padanya.
"Bukan urusan anda,pak !". El berusaha melepas cengkraman tangan Bima namun sia-sia.
"Ayo jawab !". Bima masih memaksa dan El masih bertahan tidak ingin memberitahu siapa nama bos nya sekarang.
"Loh, ini kenapa ?".
Tiba-tiba suara Nyonya Puspa terdengar dibelakang Ellena. Bima yang kaget langsung melepas tangannya dari Ellena. Ellena pun segera berbalik menghadap Nyonya Puspa dengan wajah sedikit pias.
"Ma ? Mama kenal sama bocah ini ?". Tanya Bima sambil melirik Ellena yang berdiri di sampingnya.
"Dia Ellena, pegawai baru di toko bunga tantemu. Memangnya kenapa ? Kalian saling kenal ?". Nyonya Puspa balik bertanya.
"Nggak kok , Bu !!! Saya sama Pak Bima gak saling kenal, saya pamit ya bu ! Permisi !". Ellena segera mengambil langkah 1000 menjauhi Bima dan Ibunya. Untungnya, motornya masih disana dan sudah diamankan oleh Pak Ardi. Setelah mengucapkan terima kasih, Ellena segera melajukan motornya kembali ke Adelis.
"Cepat jelaskan ! Ada hubungan apa kamu sama Ellena ?". Selidik nyonya Puspa kepada Bima anaknya.
"Gak ada, Ma !! Mama kan denger sendiri dia bilang apa ? Bima sama bocah itu gak kenal sama sekali."
"Mama gak percaya. Kalau memang gak ada hubungan, ngapain kamu pegang dia segala tadi ?".
"Tadi cuma nggak sengaja ma !!". Bima mulai jengah ditatar mamanya. Jujur saja, orang tuanya terutama sang mama sudah ingin melihat dia berkeluarga di usianya yang sekarang terbilang sudah matang. Namun, Bima masih tidak ingin berkomitmen dengan wanita manapun. Baginya, pernikahan hanya akan membawa laki-laki kedalam penjara dan tidak bisa lagi merasakan nikmat yang bisa dia dapatkan dari wanita-wanita yang di gilirnya hampir tiap malam.
"Pokoknya mama akan tetap cari tahu. Mama gak percaya omongan kamu ! Lagipula, kalau kamu jujur kalo dia pacar kamu, mama gak masalah kok ! Buat mama latar belakangnya gak masalah, atau usianya yang masih muda banget dibawah kamu juga mama gak peduli. Anaknya sopan dan hormat banget sama yang lebih tua. Sama pak Ardi aja dia sopan."
"Tapi sama aku nggak ada sopan-sopan nya." Uppsssss Bima keceplosan. Kini dia sadar, kalau dia sudah menggali kuburnya sendiri sekarang. ****** !!!
"Nah, kan ! Ketahuan ! ayo jujur !". Nyonya Puspa mendekat ke wajah Bima yang reflek membuat Bima menatap ke arah lain.
"She's your girlfriend ?".
"No , Mom !!!."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 244 Episodes
Comments
fitriani
jahat bgt bima masa dy blokir nama el disemua t4.... arogan sekali anda tuan bima yg terhormat
2025-02-21
0
⧗⃟ᷢʷ𝙵𝚑𝚊𝚗𝚒𝚊🦂🌻͜͡ᴀs
wah bakal ketemu camer☺☺☺
2024-09-17
0
⧗⃟ᷢʷ𝙵𝚑𝚊𝚗𝚒𝚊🦂🌻͜͡ᴀs
karna pemilik nya tantenya si Bima🤣🤣
2024-09-17
0