#Gea
"Kabupeten Pangkep! Kabupaten Pangkep! Ayo naik-ki Bu!"
Suara kernet bus yang sedari tadi mencari penumpang menjadi suara pertama yang menyambut ku di terminal yang ada di kota Makassar ini.
"Nanti kamu naik bus ke Pangkep, nah sampai di Pangkep kamu tinggal naik kendaraan apa yah aku lupa bentor kalau ga salah masuk ke daerah hutan dalam, nanti di gerbang hutan ada urusan Pak Kades yang nungguin kamu soalnya desanya ditengah hutan."
"Utusan Pria sialan itu maksud kamu?" tanyaku membenci saat Enjel menyebutnya dengan Pak Kades.
Hm berbicara tentang kendaraan yang di maksud Enjel itu adalah bentor sejenis becak yang ditarik oleh motor bukan sepeda sehingga namanya menjadi bentor atau becak motor.
"Kau terlalu membencinya, Gea."
Aku tidak mendengarkannya dan memilih meraih tangan Gibran untuk turun dari mobil Enjel menuju bus tujuan kabupaten Pangkep.
"Kabari aku kalau kamu sudah sampai."
"Itu pun kalau ads sinyal," jawabku sekenanya yang membuat Enjel hanya menggelengkan kepalanya menatapku.
Aku menggendong Gibran yang sedang tertidur dengan menyeret koperku aku berjalan ke arah kernet bis tersebut. "Ke kabupaten Pangkep-ka?"
"Iyek, naik-ki, mau-mi berangkat bis-ka."
Aku mengangguk kemudian naik ke atas bus sedangkan koperku dibantu kernet yang tadi, setelah cukup lama nge-tem, apakah aku harus menjelaskan juga kalau nge-tem itu adalah kegiatan menunggu penumpang.
Setelah cukup lama nge-tem. Akhirnya bus yang akan membawaku menuju tujuanku ini berangkat, aku membuka ponselku dan mengecek google maps sekedar memperkirakan waktu yang akan aku habsikan selama di perjalanan dan ternyata aku akan menghabiskan waktu selama dua jam di perjalanan itupun kalau tidak macet, kali ini ekor mataku melirik jam di pojok kiri layar ponselku yang sudah menunjukkan pukul dua belas siang.
Rasanya aku hanya akan menghabiskan waktuku untuk tertidur saja jika begini terus.
•
•
"Ma?"
"Mama?"
Aku membuka mataku perlahan karena sebuah tangan kecil mengelus pipiku, yah itu adalah tangan Ridwan yang membangunkan ku karena ketiduran.
"Gibran, kenapa nak?" tanyaku menatap wajah Gibran.
"Bus-nya udah berhenti kayaknya udah sampai," jawab Gibran begitu formal.
Yah entah keturunan darimana, Gibran masih saja menggunakan bahasa indonesia walaupun sekeluarga kami menggunakan logat Makassar dalam percakapan sehari-hari.
Aku melongoskan kepalaku menatap jendela, rupanya benar aku sudah sampai di tujuanku, kabupaten Pangkep, aku menatap penumpang yang lain mulai turun, akupun begitu, aku mengajak Gibran turun dan ternyata koperku sudah diturunkan oleh kernet tadi.
"Makasih," Aku tersenyum kemudian menarik koperku mencari bentor yang akan mengantarkanku ke gerbang hutan dimana utusan pak kades maksudku pria sialan itu menungguku.
"Bentor Bu?"
Seorang pengendara bentor yang sedang menunggu penumpang menawariku bentornya, tentunya aku menerima hal tersebut, aku menyebutkan tempat yang akan aku datangi kemudian naik ke bentor itu.
"Mama, sebenarnya kita mau kemana?"
"Kita bakal liburan, sayang," jawabku berbohong.
Tidak mungkin aku jelas kan kepada Gibran apa tujuanku pergi ke desa gertomulio untuk menemui bapaknya dan membuat bapaknya menderita.
Tak lama kemudian bentor yang aku membawaku ke gerbang desa sampai, aku segera membayar dan turun ternyata disana sudah ada pria yang duduk di atas motor tampak membelakangi ku.
"Utusan Pak Kades yah?"
"Mbak-nya ini Mbak Gea?"
Tunggu kenapa logat jawa-nya sangat khas? Mengingatkanku pada seseorang,Pria tersebut membalikkan badannya dan benar saja wajah pria itu adalah pria yang empat tahun aku cari.
"Saya, Pak Kepala Desanya, Mbak."
Deg!
•
•
•
TBC
Assalamualaikum
Jangan Lupa Like
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
zha syalfa
ih sama, kupikir di jawa aja nge-tem 😁
2023-12-26
0
herma0ne
kalo di malang ngetem itu hamil 🤭
2023-11-29
1
Fhebrie
pasti ada kesalah pahaman nantinya
2022-12-20
0