Part 2 Telepon dari jauh

Keumala bersembunyi ketika melihat teman- teman suaminya hingga mereka lewat dan masuk keruangan tempat suaminya dirawat.

Ia memegang tangga anaknya terus melangkah keluar, namun tiba-tiba keumala berhenti

dan berbalik arah menunju ke tempat suaminya dirawat.

"Kenapa, Mama?" tanya anak lelakinya.

"Tidak ada sayang, kita coba balik ke dekat ruang ayah ya, ikuti Mama, kalian jangan bersuara!" Perintah Keumala pada anaknya.

"Baik, Maa," jawab kedua anak-anaknya serentak.

Keumala terus melanjutkan dengan langkah cepat besama sang buah hati

rasa penasarannya meliputi nya kini.

************

🌺Di rumah🌺

Gelisah hati terus menghantui, Keumala tidak dapat berbuat apa-apa hanya bisa menunggu dirumahnya bersama sang buah hati tercinta,

Ia tidak dapat tidur padahal jam sudah menuju pukul 11 malam.

Air mata terus mengalir hingga membuat matanya Lembang.

Hatinya terus menjerit, air bening terus mengalir rasa sesak di dada terus melanda, ini kah sakit ketika dihianati, inikah luka kecewa ketika orang yang kita cintai pupus sudah, pudar sudah kasih sayang diapit dengan luka yang perih namun tak berdarah.

Inikah rumah tangga yang selama ini aku bina, Ku pertahankan dengan segenap jiwa raga, impian cinta dan kasih sayang kita mulai retak.

Ya Allah kenapa,

Aku selalu mengalah, walau orang tua nya menghinaku mengatai Aku,

Aku tetap diam demi keluargaku,

demi suamiku demi cinta ku, Aku rela.

Sekarang setelah sekian lama kita berumah tangga hampir 12 tahun kita bina, tiba-tiba kamu malu pada teman- teman mu memiliki istri seperti Aku.

Jika kamu malu kenapa melamar ku, Ayah

kenapa? hiks... hiks.. apa salahku, kenapa sekarang.

Banyak sekali pertanyaan kini ada di hati Keumala.

Pantas aja kamu tidak pernah mengajak aku ketempat umum yang daerah atau lokasi banyak teman-teman mu, Ayah, ternyata kamu takut jumpa dengan orang yang kenal kamu apa lagi jika jumpa sama teman teman mu, kamu jalan terus sendiri.. mengabaikan Aku sebagai istrimu di belakang, pura- pura tidak kenal Aku,

bodohnya Aku. Keumala terus bicara sendiri seakan suaminya ada di dekatnya.

Sakit sungguh sangat sakit, Aku tau Aku tidak cantik, Aku buka wanita kantoran seperti dulu, penampilan Ku tidak mewah.

Kamu tidak pernah memberiku uang untuk belanja apa lagi uang untuk kebutuhanku, Hiks... Hiks...

Keumala terus menangis dan menangis, sampai ketiduran.

***

Pagi pagi Keumala telah siap melakukan kewajibannya sebagai seorang muslim yang baik, melaksanakan ibadah sholat subuh.

Keumala terus menuju ke dapur mempersiapkan sarapan untuk sang buah hatinya.

"Udah banggung kamu, Nak, mandi dulu sana jangan lupa gosok gigi ya dan sholat subuh dulu, abang Mubaraq." Kata Keumala sama anak laki-lakinya sambil tersenyum

Anaknya bukan menjawab namun balik bertanya pada sang Mama.

"Mata kenapa, Mama? habis menangis ya, Mama?" tanya sang anak pada mamanya, dengan wajah cemas melihat ke arah mamanya.

"Tidak sayang," elak Keumala dengan tersenyum tipis, Ia mencoba meyakinkan anak lelakinya.

"Maamaa," sambil menatap ke mamanya dan bersuara anaknya berkata pelan sangat namun masih dapat di dengar oleh mamanya.

"Ya, Sayang," balas Keumala.

"udahlah, ke kamar mandi dulu ya, Mama.. " Jawab anaknya, anaknya tidak mau bertanya lagi Ia tidak mau membuat mamanya yang lagi sedih dan tambah lagi dengan Ia terus bertanya takut mama tambah sedih, itu yang ada dalam pikiran anak laki-lakinya.

Anaknya tau, karena umurnya yang sudah besar sudah mengerti dan Ia hanya tidak tau harus bagaimana, Ia merasakan kesedihan mamanya dan Ia juga mencoba untuk tidak membuat mamanya tambah sedih.

Al-mubaraq adalah anak yang sagat peka Ia anak yang mengerti segala suasana hati Mama dan Ayahnya, dia juga dari kecil sudah mendengan dan melihat bagaimana keluarga Ayahnya padanya dan terhadap mamanya. Ia hanya bisa diam dan mencoba menghibur mamanya.. Ia merasa ribet dan tidak mengerti kenapa bisa begitu, Ia juga sering di banding bandingkan dengan abang sepupunya oleh neneknya.

Walaupun umurnya beda hampir 5 tahun dengan abang sepupunya tapi neneknya membandingkan dia dengan abang sepupunya.

Namun Ia tidak mau sedih toh Ia mempunyai. mama dan ayah yang sayang dia yang tidak membandingkan dia dengan orang lain yang menyayanginya.

Ia pun jarang jumpa sama kakek dan neneknya karena neneknya tinggal jauh dari tempat ia tinggal. Ayahnya berasal dari kota S perjalanan yang di tempuh 14 jam.

kakek dan neneknya sering telpon tapi itu hanya mau bicara dengan Ayahnya saja..

jangan telpon berbincang-bincang dengannya tau mamanya jarang kecuali ayahnya lupa bawa handphone.

mungkin nenek dan kakeknya menganggap mereka tidak ada, itu yang ada di pikiran bocah laki itu.

Beda dengan sepupunya anak tantenya neneknya sering telpon dan berbincang lama-lama.

Oleh karena ibu Al-mubaraq dan adiknya Al-ziatun tidak dekat dengan Nenek Kakeknya.

*Ok sekilas tentang Al-mubaraq dengan keluarga ayahnya *

**Next**

Pagi ini tidak ada drama pagi seperti biasanya oleh anak bungsunya sebelum berangkat ke sekolah paud nya, jadi terasa lebih udah.

Siap sarapan Keumala langsung mengantar anak-anaknya sekolah dengan mengunakan motor metik kesayangannya.

Keumala menurunkan anak sulungnya di gerbang salah satu sekolah dasar negeri di kota A tempat anaknya menuntut ilmu pendidikan, baru setelah itu Ia mengantar anak perempuannya di sekolah Paud yang tidak jauh dari sekolah abangnya Al-mubaraq.

Siap melakukan aktifitas pagi antar mengantar keumala hendak pulang kembali kerumahnya namun ia merasa gelisah teringat suaminya di rumah sakit.

Tapi ia ragu untuk ke rumah sakit karena suaminya kemaren sore telah mengusirnya dari ruangannya.

Rasa sedih dah kecewa hatinya tidak bisa tenang, terus pikirannya menuju rumah sakit

Itulah yang dirasakan Keumala saat itu,

jiwanya tidak bisa kompromi dengan hati dan pikirannya.

Akhirnya Keumala memutuskan untuk ke rumah sakit, Ia biarkan mengikuti hatinya walau ragu mengecam dalam jiwanya.

*** Di rumah sakit***

Dreeet dreeet suara handphone.

Yahya langsung mengambil menekan warna biru dan meletakan di telinganya benda Pipih tersebut.

Ke betulan benda tipis itu Ia letakkan dekat bantal tidur agar mudah Ia ambil.

"Assalamualaikum, Mak.," Yahya Memulai percakapan.

"Waalaikumsalam, gimana kabar kamu, Yahya? gimana sudah sehat, Kamu?" Balas sapaan dari nyeberang sana.

"Alhamdulillah, Mak., sekarang Yahya sudah mulai baik." Jawab Yahya dengan sedikit tersenyum.

"Alhamdulilah kalo gitu.l, Mamak gak perlu ke sana kan, Mamak kemaren mau ke sana tapi kerjaan banyak, Kamu tau sendiri Wandi sekarang tinggal sama Mamak. " Ucap wanita paruh baya di ujung sana.

Wanita paruh baya itu Ialah Mak Hendon, Orang tuannya Yahyah. Wandi adalah keponakan Yahya yaitu anaknya dari adiknya Yahya.

"Wandi gak bisa mamak tinggal apa lagi Mamak dan Ayah sibuk." kata Hendon pada anaknya yahya.

"Iya, Mak tidak apa-apa " jawab Yahya dengan senyum kecewa, walau dalam hati ia ingin sekali ada mamak di sampingnya ketika sakit, namun Mak Hendon tidak ada waktu untuk dirinya, padahal Ia selalu mengutamakan orang tuannya dari pada anak dan istrinya sendiri.

"Istrimu itu mana? biarlah dia yang merawat kamu,Yahya," ucap Mak Hendon.

"Mak rasa dia pasti tidak mau, kalo dekat dan tidak ada keponakan kamu Wandi udah ke rumah sakit, bukan seperti istrimu itu Si Keumala taunya uang saja, dan enak saja," tambah Mak Hendon lagi dengan sinis nya.

"Dimana sekarang istrimu itu?" tanya Hendon lagi.

"Di rumah, Mak.." Akhirnya Yahya bersuara

"Tidak di rumah sakit dia?" Tanya Hendon

"Tidak Mak.." Jawab Yahya

Yahya tidak mengatakan pada mamaknya kalo emang dia lah yang menyuruh Keumala pulang dengan kasarnya.

"Istrimu itu emang gitu, sudah bodoh miskin eh malas lagi manusia macam apa dia itu? masih saja kamu mempertahankan istri macam" celoteh Hendon lagi.

Yahya cuma diam mendengar ibunya menjelekan istrinya, tidak sedikitpun ia membela istrinya.

"Tidak usah kasih uang untuk istrimu lagi yang ada dia akan sibuk beli pulsa bedak dan barang yang mahal-mahal, Yahya." Perintah Hendon lagi.

"Iya, Mak, Yahya tidak pernah lagi kasih uang untuk Mala, Mak," Yahya berkata sambil memejamkan matanya

"Bagus, itu baru anak Mamak." kata Mak Hendon sambil tersenyum penuh kemenangan.

"Oh ya, Yahya, Sawah kita yang dekat dengan sawah Pak Ma'el sudah siap di bajak, bisakah kamu kirim uang sedikit, Yahya, untuk biaya bayar uang bajak sawah Mamak dan Ayah,

Mamak sudah minta sama adik mu tapi kamu tau sendiri adik mu banyak kebutuhan ia lagi banggung rumah." Ucap Hendon panjang lebar.

"Adikmu lagi banggung rumah besar rumahnya, jadi adikmu butuh banyak uang, beda sama kamu, Kamu kan masih tinggal di rumah kontrak jadi tidak perlu banyak pengeluaran uang, jadi uang kamu kasih ke Mamak aja tuk biaya bajak sawah, " tambah Mak Hendon di seberang sana tanpa ragu sedikitpun.

"Iya, Mak, kalo Yahya sudah keluar nanti akan Yahya transfer, seperti biasanya." Kata Yahya akhirnya.

"Ayah mana, Mak" Tanya Yahya pada Mak Hendon mencoba mengalikan pembicaraannya.

"Ayahmu lagi ke pasar membelikan baju untuk keponakan mu Wandi, kebetulan Ayah mu dapat rezeki dari jualan padi, Kami baru panen, Mamak suruh Ayah mu untuk belikan baju tuk Wandi," Jawab Hendon dengan senyum bangga dan bahagianya.

"Oooo," hanya itu keluar dari mulut Yahya

"Tadi Mamak minta uang sama Yahya untuk biaya bajak sawah," tambah Yahya lagi.

"Iya, Yahya, kalo bukan untuk Mamak mu ini untuk siapa lagi eemm uang gaji kamu itu, Apa kamu tidak mau membayar uang bajak sawah mamak mu ini, kamu anak Mak laki satu satunya, pada siapa lagi Mamak ini minta kalo bukan pada Kamu Nak." Keluh Mak Hendon dengan suara lembut dan merayu.

"Apa kau mau kasih untuk Mala istrimu itu,

eemm... " Sambung Mak Hendon lagi dengan suara keras dan lantang berkata pada anaknya Yahya.

"Tidak, Mak, bukan begitu, maksud Yahya kenapa dengan uang Mak untuk membelikan baju Wandi, Orang tuanya itu ada, masih sehat Kedua orang tua Wandi, kenapa harus Mamak membiayai, uang Mamak gunakan untuk kebutuhan Mak dan Ayah saja," ucap Yahya.

"Kamu itu gimana, Mamak mu ini emang sudah tua, tapi Mamak dan Ayah masih sanggup beli baju dan kebutuhan Wandi Ia cucu Mamak, Mamak suka melihat kalo dia memakai baju dan berpenampilan mewah." Mak Hendon berkata sambil ketusnya di ujung sana.

Padahal Mak Hendon belum pernah membelikan atau memberikan sesuatu untuk anaknya Yahya.

padahal mereka cucunya juga namum Mak Hendon melupakannya Ia hanya merasa cuma Wandi , Johan serta Winda cucunya dan selalu di nomor satukan nya, di bandingkan anaknya sendiri Yahya apa lagi anaknya Yahya seperti tak ada saja.

"Baiklah, Mak, salam buat Ayah" Yahya mencoba mengakhiri pembicaraannya.

"Ya sudah ingat pesan Mamak, jangan selalu di manjakan istri mu itu, Yahya, Mamak tutup dulu ya, Assalamualaikum," Mak Hendon mengakhiri pembicaraannya.

"Waalaikumsalam," jawab Yahya menekan tanda off berwarna merah di benda dalam genggamannya.

Sepasang mata melihat dan mendengar pembicaraan Yahya dengan Mak Hendon.

***

Keumala ternyata di pintu berdiri dengan pintu terbuka sedikit Ia mendengar semua pembicaraan suaminya dengan Ibu Mertuanya.

Matanya mulai berkaca kaca kini tak terasa tumpah juga, membasahi pipi yang putih dengan mata yang lentik dan masih lembang karena menangis semalaman.

Akhirnya Keumala meninggalkan tempat dimana suaminya di rawat dan mencari tempat menyendiri untuk menenangkan diri.

Bersambung......

🌺 Apa yang dilakukan Keumala selanjutnya ya..

Terim kasih sudah mampir di karya Neunek Ulka tinggalkan jejak dengan meninggalkan Like Komen dan Vote. 🤗

💗💗💗 Kalian tanpa kecuali🤗

Terpopuler

Comments

Cellestria

Cellestria

Semangat kumala tetap kuat ya

2023-01-05

0

¸.•♥•.¸¸.••[SKY]•♥•.¸¸.•♥•🎤🎧

¸.•♥•.¸¸.••[SKY]•♥•.¸¸.•♥•🎤🎧

tangan anaknya mungkin kak

2022-11-26

0

myan_Off

myan_Off

kasihan sama kaumala, dasar suami kaya gitu, itu juga kenapa ibunya ikut campur rumah tangga anaknya seharusnya biarin aja karena itu merupakan hak mereka sendiri untuk mengatur semuanya, yahya kamu gak bisa tegas dasar

2022-11-25

3

lihat semua
Episodes
1 Part 1 Di Usir dari rumah sakit
2 Part 2 Telepon dari jauh
3 Part 3 Kembali kerumah Prov Keumala
4 Part 4 Norak dan kampungan
5 Part 5 Melamar kerja..
6 Part 6 Rumput Tetangga
7 Part 7 Wanita Lain Merawatku Prov Yahya
8 Part 8 Di Aja Pacaran
9 Part 9 Berdua..
10 Part 10 Ia Cucu Mu...
11 Part 11 Gelisah hati...
12 Part 12 Pelakor...
13 Part 13 Ke sekolah Al-Ziatun
14 Part 14 Siapa wanita itu...
15 Part 15. Ooo Mamak.... Pov Yahya
16 Part 16. Gagal dech...
17 Part 17 Cubitan...
18 Part 18 Siapa Pria itu...
19 Part 19. Tidak pulang semalam suamiku...
20 Part 20 Lipstik....
21 Part 21 Ku putuskan untuk pergi...
22 Part 22 Kata kramat dari bibir suamiku....
23 Part 23 Satu Syarat
24 Part 24 Telpon dari Sang Pelakor
25 Part 25 Rayuan. Pov. Yahya
26 Part 26. Menghilangnya Yahya.
27 Part 27 Keumala mulai bekerja
28 Part 28. Pov Yahya. Keluar kota dengan Siti
29 Part 29. Pov Yahya Keluar kota dengan Siti 2
30 Part 30 Membawa pulang perempuan
31 Part 31. Dasar Pelakor
32 Part 32. Terbongkar rahasia Yahya
33 Part 33. Malam penuh luka.
34 Part 34 : Rela istri pergi demi pelakor...
35 Part 35. Pilih Aku atau Dia
36 Part 36 Aku memilih Mu...
37 Part 37 Siti datang
38 Part 38. Cemburu Aku Pov Yahya
39 Part 39. Taktik Siti
40 Part 40 POV Mak Hendon
41 Part 41. Rayuan Siti
42 Part 42 Siti tidak mau pulang.
43 Part 43 POV YAHYA Aku diapit dua wanita.
44 Part 44 Ada syaratnya....
45 Part 45 Kembali Ke Rumah.
46 Part 46. Andaikan Mamakmu meminta untuk menceraikan Aku...
47 Part 47. Janji Yahya.
48 Part 48. Tertangkap Basah
49 Part 49 Manja kok sama suami orang?
50 Part 50. Hianati Keumala
51 Part 51. Nasehat Untuk Mak Hendon
52 Part 52 POV Yahya Ini tidak benar
53 Part 53. Kegelisahan Hatiku
54 Part 54 Mertua Minta Aku memberikan Izin Suami Nikah Lagi...
55 Part 55 Curhat Keumala.
56 Part 56 POV Tidak Itu Bukan Anak Aku.
57 Part 57 Ancaman Mak Hendon
58 Part 58 POV YAHYA Ada Syarat nya.
59 Part 59. Keumala curiga pada Siti.
Episodes

Updated 59 Episodes

1
Part 1 Di Usir dari rumah sakit
2
Part 2 Telepon dari jauh
3
Part 3 Kembali kerumah Prov Keumala
4
Part 4 Norak dan kampungan
5
Part 5 Melamar kerja..
6
Part 6 Rumput Tetangga
7
Part 7 Wanita Lain Merawatku Prov Yahya
8
Part 8 Di Aja Pacaran
9
Part 9 Berdua..
10
Part 10 Ia Cucu Mu...
11
Part 11 Gelisah hati...
12
Part 12 Pelakor...
13
Part 13 Ke sekolah Al-Ziatun
14
Part 14 Siapa wanita itu...
15
Part 15. Ooo Mamak.... Pov Yahya
16
Part 16. Gagal dech...
17
Part 17 Cubitan...
18
Part 18 Siapa Pria itu...
19
Part 19. Tidak pulang semalam suamiku...
20
Part 20 Lipstik....
21
Part 21 Ku putuskan untuk pergi...
22
Part 22 Kata kramat dari bibir suamiku....
23
Part 23 Satu Syarat
24
Part 24 Telpon dari Sang Pelakor
25
Part 25 Rayuan. Pov. Yahya
26
Part 26. Menghilangnya Yahya.
27
Part 27 Keumala mulai bekerja
28
Part 28. Pov Yahya. Keluar kota dengan Siti
29
Part 29. Pov Yahya Keluar kota dengan Siti 2
30
Part 30 Membawa pulang perempuan
31
Part 31. Dasar Pelakor
32
Part 32. Terbongkar rahasia Yahya
33
Part 33. Malam penuh luka.
34
Part 34 : Rela istri pergi demi pelakor...
35
Part 35. Pilih Aku atau Dia
36
Part 36 Aku memilih Mu...
37
Part 37 Siti datang
38
Part 38. Cemburu Aku Pov Yahya
39
Part 39. Taktik Siti
40
Part 40 POV Mak Hendon
41
Part 41. Rayuan Siti
42
Part 42 Siti tidak mau pulang.
43
Part 43 POV YAHYA Aku diapit dua wanita.
44
Part 44 Ada syaratnya....
45
Part 45 Kembali Ke Rumah.
46
Part 46. Andaikan Mamakmu meminta untuk menceraikan Aku...
47
Part 47. Janji Yahya.
48
Part 48. Tertangkap Basah
49
Part 49 Manja kok sama suami orang?
50
Part 50. Hianati Keumala
51
Part 51. Nasehat Untuk Mak Hendon
52
Part 52 POV Yahya Ini tidak benar
53
Part 53. Kegelisahan Hatiku
54
Part 54 Mertua Minta Aku memberikan Izin Suami Nikah Lagi...
55
Part 55 Curhat Keumala.
56
Part 56 POV Tidak Itu Bukan Anak Aku.
57
Part 57 Ancaman Mak Hendon
58
Part 58 POV YAHYA Ada Syarat nya.
59
Part 59. Keumala curiga pada Siti.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!