Di kelas
Jam belajar telah usai. Kini para mahasiswa-mahasiswi berbondong-bondong pergi ke kantin. Ada juga yang menghabiskan waktu istirahat dengan membaca buku yang dimana membuat mereka nyaman.
Shailene dan Meymey mendekati meja yang ditempati Yurie. Dengan dahi mengerut mereka memperhatikan Yurie melamun. Biasanya gadis tersebut selalu terlihat ceria, tapi hari ini mereka melihat hal yang berbeda dari sang sahabat.
"Rie ada apa?" tanya Shailene seraya menepuk pundak Yurie hingga membuatnya tersentak kaget.
Hah.....
Yurie kelabakan karena lamunannya buyar akibat dua sahabatnya itu.
"Ayo kita makan," ajak Meymey dengan tangan menentang rantang, mereka akan makan di kantin kampus.
"Aku belum lapar," ucap Yurie.
"Plis deh tadi kamu juga melewati sarapan pagi dan kini kamu bilang belum lapar? aku saja sudah menahan lapar," cicit Meymey.
"Cerita dong jika ada masalah. Atau kamu sakit?" Shailene menimpali seraya mengusap dahi itu. Tapi suhu badan itu normal-normal saja.
"Percaya deh aku tak kenapa-kenapa. Kalian pergi saja aku ingin melukis saja," ucap Yurie dengan raut wajah meyakinkan dua sahabatnya itu.
"Benar nih?" Meymey tak sepenuhnya yakin.
Yurie mengangguk dengan senyuman manisnya.
"Ingin melukis dimana? biar setelah makan kami akan menyusul," ucap Shailene.
"Di tempat biasa," sahut Yurie masih tersenyum.
"Oke!"
+++
Di taman belakang kampus
Di sanalah tempat Yurie sering menghabiskan waktu istirahat. Jika bosan membaca buku maka ia akan membuang kejenuhannya melukis. Ia memang pecinta seni lukis dari sejak duduk di bangku sekolah dasar.
Yurie mulai melukis. Kali ini ia melukis pemandangan yang lebih unik.
Hmm
Deheman halus itu membuat konsentrasi Yurie teralihkan. Ia berhenti sejenak dan mendongak menatap sosok yang tengah mendekat.
"Senior Yunis," gumam Yurie kaget.
"Laki melukis?" tanya Yunis dengan tatapan ke kanvas lukisan yang belum sempurna.
"Iya senior, buang kejenuhan," sahut Yurie dengan kikuk. Sungguh berhadapan dengan Yunis membuatnya salah tingkah.
"Pemandangan yang indah. Seandainya tempat itu nyata adanya pasti pengunjungnya banyak," koreksi dari Yunis.
Hehe.....
Yurie terkekeh kecil karena itu hanya lukisan khayalan semata, yang keluar dari kepalanya.
Yunis duduk di samping Yurie, hal itu membuat Yurie semakin salah tingkah.
"Hmm ini lukisan yang pernah aku lukis tempo dulu. Sangat sulit bertemu denganmu, jadi baru sekarang aku menyerahkannya," pungkas Yunis seraya menyodorkan lukisan diri Yurie.
"Wah cantik sekali," kagum Yurie tanpa sadar telah memuji dirinya sendiri.
"Baru sadar?" ujar Yunis.
Hah
Seketika mulut itu langsung bungkam. Kesadarannya kembali, bahkan wajah Yurie memerah.
"Terima kasih senior," ucap Yurie dengan kikuk.
Yunis hanya mengangguk masih dengan ekspresi datar.
Mereka berbincang-bincang, membahas mata pelajaran tentunya. Tanpa disadari seseorang menatap tajam dengan rahang mengeras.
Melangkah pergi dengan perasaan murka tanpa jelas.
+++
Yurie menghela nafas sesaat. Cukup lama ia berbincang dengan Yunis. Baginya cukup asik karena Yunis termasuk pria berpikiran dewasa, tak banyak neko-neko.
Dengan tangan memegang lembaran lukisan dan juga peralatan lukis. Yurie berjalan, ingin kembali ke kelas.
Awww
Ia tersentak kaget bahkan memekik ketika tubuhnya tiba-tiba ditarik dengan cukup kasar.
"Apa yang senior lakukan?" ucap Yurie dengan tatapan tak suka.
"Aku?" Yudanta menunjuk dirinya sendiri dengan aura wajah masam.
"Beri aku jalan," ucap Yurie seperti perintah.
"Kau berani beri perintah? siapa kau?" bentak Yudanta.
"Apa kesalahanku? seperti yang aku ketahui aku tidak bersalah ataupun menganggu hi------"
"Dia bisa kenapa aku tidak bisa!" Dengan kasar Yudanta menarik tubuh Yurie, memegang tangannya.
...Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Mariaangelina Yuliana
dasar aneh🤭
2023-10-13
0
Shanty Alviani
next thor .
2022-07-16
0
auzi
lnjt dong up ya
2022-07-16
0