Bab. 06. Balas dendam

Kegiatan yang tak pernah dipedulikan bahkan dipandang sebelah mata. Tetapi kali ini seperti ada ketertarikan magnet. Ke enam sahabat saling memandang dalam diam, hanya memberi kode dengan gerakan bola mata.

Aneh itulah yang memenuhi isi kepala mereka. Selama ini mereka tak pernah ikut serta dalam orientasi studi.

Tiba di aula kampus seketika kegaduhan yang semulanya seperti pasar ikan kini hening tanpa suara seperti kampung mati, tidak ada penghuni.

Mahasiswa-mahasiswi yang mengikuti ospek tercengang tak percaya ketika kini di atas panggung sedang berdiri pria-pria tampan tersebut, yang tak lain adalah senior mereka. Mereka tak menyangka jika mereka ikut andil, karena seperti yang mereka ketahui bahwa Y7 tidak akan Sudi untuk melakukan kegiatan tersebut.

"Ya ampun jika mereka yang menjadi panitia, sampai malam pun aku betah lama-lama di sini." Itulah gumaman dari pada mahasiswi. Beda halnya dengan mahasiswa, mereka merasakan tidak akan aman.

Sebagai pembuka acara Yupiter yang ditugaskan. Dengan percaya diri pria memiliki kulit hitam manis tersebut naik di podium dengan tangan memegang mic. Sedangkan yang lainnya duduk di kursi yang sudah di sediakan.

"Oke terima kasih atas kesempatan yang diberikan. Selamat pagi untuk kita semua, khususnya mahasiswa-mahasiswi baru. Selamat bergabung di Universitas tercinta ini. Baiklah terlebih dahulu saya memperkenalkan diri dan juga panitia lainnya. Perkenalkan nama saya adalah Yupiter." Yupiter memperkenalkan diri dengan sikap wibawa.

Tepuk tangan pun memenuhi aula.

"Saya perkenalkan panitia lainnya. Yoga, Yukio, Yahya, Yadevandra, Yunis Samudera dan yang terakhir yang tentunya sudah tidak asing lagi yaitu Yudanta Hugo, putra pemilik Universitas tercinta ini. Beri tepuk tangan kepada para panitia."

Tepuk tangan histeris kembali memecahkan keheningan. Di pojokan kursi sana seorang gadis tercengang mendengar jati diri pria yang sempat berdebat dengannya beberapa jam tadi.

GLEK

Yurie menelan ludah ketika mendengar perkenalan tersebut. "Ya ampun bagaimana ini? aku sungguh ceroboh. Sadar Rie ini bukanlah desa, yang semuanya kamu. Sekarang kamu sedang berhadapan dengan orang-orang keluarga terpandang." Yurie bersungut-sungut, merutuki kebodohannya.

"Oh my God. Mereka sungguh keren-keren. Keberuntungan luar biasa, ospek dibimbing oleh Hyung keren ini." Bisik-bisik histeris dari kaum hawa.

"Oke sekarang sekarang giliran junior yang kan memperkenalkan diri. Sesuai kesepakatan kami panitia hanya memilih mahasiswa-mahasiswi dari luar kota yang dipersilahkan memperkenalkan diri naik ke podium, selain itu cukup menuliskan nama di papan nama yang sudah disediakan." Pernyataan itu membuat semuanya kaget karena ada peraturan seperti itu, terlebih lagi Yurie karena dia termasuk mahasiswi luar kota.

"Payah! Padahal ini kesempatanku untuk tampil di muka umum, hitung-hitung dilirik para Hyung," cicit kecewa para kaum hawa.

"Kalian sungguh bodohh apa begoo sih?" batin Yurie, padahal umpatan itu sama arti.

Barisan pertama dipersilahkan jika ada yang menempati. Tetapi sepertinya calon mahasiswa-mahasiswi luar kota tidak terdapat dibarisan pertama. Satu-persatu sudah berlalu kini yang terakhir barusan, barusan dimana ditempati oleh Yurie.

Dengan perasaan gugup Yurie beranjak bangkit, berjalan dengan sebaik mungkin. Dia berusaha menenangkan diri. Bukan karena merasa malu berdiri di muka umum tetapi perasaannya ada yang tidak beres. Yurie sudah sering berdiri di depan orang banyak ketika mengikuti berbagai macam perlombaan, bahkan dia pernah satu panggung dengan gubenur Ibu kota tiga tahun yang lalu.

"Bukankah gadis itu yang berani mengacuhkan senior utama?" bisik-bisik mahasiswa-mahasiswi ketika menyadari sosok yang sedang berdiri di atas podium.

Beda halnya dengan Y7. Tatapan tak biasa mereka tujukan kepada Yurie.

Yudanta tersebut menyeringai, tetapi tentunya tidak dia tunjukan. Sasaran kini telah berdiri di atas podium. Sasaran yang membuatnya menyetujui menjadi kepala ospek.

"Terima kasih atas waktu dan kesempatan untuk saya memperkenalkan diri. Perkenalkan nama saya adalah Yurie, mahasiswi dari kota x." Yurie dengan lancar memperkenalkan diri.

Sosok paling tampan diantara Y7 beranjak bangkit dari tempat duduknya. Berjalan menuju podium dengan tangan memegang botol kemasan jus.

Prok prok

Tepuk tangan sebanyak dua kali tersebut membuat konsentrasi Yurie terganggu. Dia kaget bukan main karena sosok itu tengah berdiri di sampingnya. Yurie sungguh tidak menyadari kapan sosok itu berdiri di sana.

Yurie mengigit bibir bawahnya, dengan bola mata bergerak-gerak. Dia menyadari akan sesuatu yang terjadi.

"Anda tidak menyapa?" sindiran itu membuat suasana menjadi hening.

Dahi Yurie mengerut. Bukankah dia sudah menyapa semua orang yang ada dalam aula ini, tetapi kenapa pria angkuh ini kembali bertanya.

Yurie tetap diam karena dia juga tidak paham apa maksud Yudanta mengatakan pertanyaan itu. Diamnya Yurie memancing emosi Yudanta. "Apa anda tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa?" suara lantang serta tegas tersebut membuat dada semua orang sesak kecuali Yurie.

"Tahu senior," ucap Yurie dengan kepala menunduk hormat. Dia terpaksa melakukan hal tersebut.

"Dasar bisa masuk di Universitas?" entah itu pertanyaan atau hanya sekedar berbicara Yurie tidak paham.

"Karena mendapat beasiswa senior," sahut Yurie seakan kalimat yang dilontarkan Yudanta adalah sebuah pertanyaan.

Bunyi jentik jari sebanyak tiga kali membingungkan semua orang. Itu dilakukan oleh Yudanta, hingga membuat Yurie spontan menoleh ke samping. Tatapan mereka bertemu dengan tatapan terkunci.

BYURR

Hah......

Jus dalam botol yang ada di tangan Yudanta di siram sampai habis di atas kepala Yurie. Semua membungkam mulut tak percaya melihat tontonan di atas podium.

"Kau sudah mempermalukan diriku beberapa jam tadi dan sekarang kau merasakannya. Jangan berani membuat masalah. Kau hanya seutas ujung kuku di sini, bisa masuk di sini karena mendapat beasiswa. Aku dapat melemparkan keberadaan kau di sini kapan saja!" Hinaan dan dipermalukan itu membuat Yurie menunduk, dia bahkan tidak mengusap wajahnya yang sudah basah. "Ini peringatan untukmu!"

BRAK

Botol kosong tersebut di buang ke lantai, terus i injak sekuat mungkin hingga menimbulkan bunyi suara memekakkan telinga.

Menangis? itu bukan kesehariannya. Gadis seperti Yurie tidak akan cengeng oleh masalah sekecil ini. Dia adalah gadis tangguh dan sudah kebal mendapat hinaan.

"Apa yang dia lakukan?" ucap para sahabat Y7 melihat perbuatan Yudanta yang tak terpuji tersebut. Mereka ingin protes tetapi siapa yang berani.

Yurie beringsut melangkah. Turun dari podium bagai neraka tersebut. Dengan perasaan sedih, terhina, dipermalukan membuat langkahnya lebih cepat. Ingin segera keluar dari aula itu.

Yudanta menatap kepergian Yurie dengan perasaan puas. Ini belum seberapa, ini permulaan. Itulah arti dari tatapan penuh tanya yang dipancarkan oleh Yudanta.

"Bubar!!!"

+++

Di taman belakang kampus

Yurie duduk dengan berlinang air mata . Bukan karena dipermalukan tetapi tiba-tiba bayangan kedua orang tuanya terlintas. Bagaimana jika mereka tahu apa yang dia alami di hari pertama masuk kuliah. Jika mereka tahu kebenarannya, apa yang dialami putri mereka. Jangan ditanyakan lagi apa yang mereka rasakan. Orang tua mana yang ingin putrinya mendapat perlakuan kurang menyenangkan, bahkan apa yang dia alami ini sudah keterlaluan.

"Pa, Ma......hiks hiks...." Yurie terisak dengan mulut terbungkam. Dia tidak ingin siapapun melihatnya.

...Bersambung...

Terpopuler

Comments

Mariaangelina Yuliana

Mariaangelina Yuliana

awaas ajah nanti kamu jatuh cinta dan ngejar² dia yang kamu hina😓

2023-10-13

0

Noni hartati

Noni hartati

woah anaknya rebeca ama keenan ngebully

2022-07-13

0

auzi

auzi

up lgi

2022-07-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!