Seoul
Apartemen sederhana
Drrrtt
Getaran ponsel di atas nakas mengusik tidur gadis cantik tersebut. "Siapa sih?" gumamnya dengan mata masih terpejam. Tangan kecil itu meraba-raba atas nakas, menjangkau benda yang membuat tidurnya terusik. Dengan pandangan samar-samar dia menempelkan ponsel tersebut karena itu adalah panggilan biasa.
"Sayang kamu sudah sampai ditempat tujuan?" belum sempat menyapa tetapi pertanyaan langsung dilontarkan diseberang sana.
"Iya Ma 2 jam yang lalu. Maaf Rie lupa mengabari Mama maupun Papa, soalnya Rie mabuk dalam perjalanan." Benar saja ketika dalam pesawat gadis cantik bernama Yurie tersebut mabuk, bahkan sempat muntah. Maklum ini pertama kalinya naik pesawat.
"Ya ampun sayang, apa kamu sudah minum obat?" tiba-tiba suara panik diseberang sana membuat Yurie spontan bangun, mendudukkan tubuhnya dengan kepala berat. Rasa mual masih meliputi dirinya.
"Sudah Ma, jadi jangan panik begitu. Rie baik-baik saja." Yurie berusaha menyakinkan kedua orang tuanya.
"Baiklah sayang. Segera makan. Hmm bagaimana kondisi apartemen tempatmu?" pertanyaan itu membuat Yurie memperhatikan kembali apartemen kecil dan sederhana tersebut. Memiliki satu kamar tidur, kamar mandi, ruang televisi dan dapur.
"Ganti via Videocall saja Ma, biar Mama sama Papa lihat sendiri," ucap Yurie.
"Lain kali saja sayang karena Kouta internet Mama sudah habis," ucap Mama diseberang sana dengan nada kecewa.
"Oke Ma. Baiklah Rie ingin beres-beres dulu karena tadi belum sempat." Akhirnya Sabungan via telepon mereka akhiri.
+++
Usai beres-beres Yurie membersikan diri. Sore ini dia akan ke minimarket disekitar apartemen. Membelikan keperluan dapur. Sudah jauh hari dia memutuskan akan membawa bekal ke kampus karena dia ingin menghemat uang jajan.
Gadis cantik tersebut tidak ingin membuat kedua orang tuanya kerepotan untuk bekerja keras hanya untuk memenuhi kebutuhannya di sini. Bahkan dia bertekad ingin mencari kerja sampingan untuk menambah penghasilan kedua orang tuanya.
Sekarang dia menetap di kota besar dan memerlukan banyak uang karena di sini semuanya serba uang. Buang air besarr atau kecill saja harus ada uang, itulah susah senangnya hidup di kota besar. Beda jauh dari tempatnya di pelosok sana.
Hanya butuh waktu beberapa menit, ritual mandinya dia sudahi. Mengenakan pakaian santai dan tidak lupa mengkucir rambutnya hingga menampakan leher jenjang mulus tersebut.
Yurie keluar dari kamar apartemen. Apartemen sederhana yang ditempati oleh para pendatang. Memiliki tiga lantai, dan dia menempati lantai tiga. Itu juga ditanggung oleh pihak kampus yang memberinya beasiswa.
Benar saja hanya berjalan beberapa meter dia menemukan sebuah minimarket. Di sana menjual kebutuhan lengkap, mungkin karena peminatnya banyak, secara di sekitar itu terdapat apartemen.
Yurie menenteng keranjang, mulai memilih apa saja yang menjadi kebutuhannya untuk satu minggu ke depan. Untungnya apartemen yang dia tempati lengkap dengan perabotan. Seperti kasur, AC, lemari es, televisi dan lain sebagainya.
Usai memasukan buah kesukaannya, dia berjalan menuju kasir. Sepertinya sudah cukup, lain kali jika ada yang kurang bisa kembali ke sana lagi.
Kasir mulai menghitung jumlah pembelanjaan. "15 won Nona," ucap kasir dan juga sudah tertera.
Yurie membayar. Setelah itu dia kembali ke apartemen. Ingin segera memasak untuk makan malam. Makan malam pertamanya di Ibu kota, seorang diri. Untuk permulaan memang sulit tetapi dia harus terbiasa karena perjalanan masih panjang. Di sinilah gadis dari pelosok desa membuktikan dirinya kepada sekolah, salah satu murid yang beruntung mendapatkan beasiswa. Bahwa dia akan menjadi orang yang sukses, sesuai cita-citanya sejak kecil yaitu menjadi pembisnis. Ingin merubah nasib kedua orang tuanya. Ingin membalas Budi atas kerja keras kedua orang tuanya dengan kesuksesan yang akan dia capai nantinya.
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments