Hagia Sophia dan Princes Islands

Hagia Sophia atau Ayasofya dalam Bahasa Turki, adalah warisan sejarah yang selalu menjadi primadona. Bangunan ini dulunya gereja yang dibangun di masa kekaisaran Byzantium, jauh sebelum penaklukkan Istanbul atau yang disebut juga Konstantinopel. Setelah penakhlukkan yang dilakukan pada tahun 1453 oleh Sultan Al Fatih, Hagia Sophia diubah menjadi masjid.

Pada masa pemerintahan Mustafa Kemal Ataturk, Hagia Sophia diubah menjadi museum dan sekarang di masa Erdogan Kembali diubah mejadi masjid oleh Presiden Turki tersebut. Terlepas dari berbagai catatan sejarah ini, Hagia Sophia memang indah. Bangunan ini juga dinobatkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada tahun 1985.

Aku dan Luky bersepakat akan menghabiskan waktu kami di sekeliling area Hagia Sophia hari ini.

Kami berjalan menembus keramaian orang-orang yang berkumpul di halaman Hagia Sophia. Sulit mencari sudut kosong untuk berfoto yang jarang ada orang-orang sebagai backgroundnya. Berapa kali pun berpose dan fotonya dijepret berkali-kali, selalu penuh dengan background manusia. Kami mengalah dan menerima saja dengan kondisi ini. Setelah meminta turis lainnya mengambil beberapa foto kami ini, akhirnya kami berjalan ke arah Blue Mosque, di sana pun orang-orang berdesakan baik yang mau ibadah atau hanya yang sekedar mengambil foto.

Kami melipir ke taman yang ada halaman rumputnya. Di sana kami duduk Bersama para turis atau masyarakat local lainnya yang sedang piknik hamper di seluruh halaman. Ada yang sedang makan, sedang membacakan buku untuk anaknya, sedang melamun, sedang bermesraan dengan pasangannya. kami berdua berbaring di atas rumput dan menjepret beberapa foto kami sendiri. Menikmati bayang-bayang sinar matahari di antara rindangnya pohon.

“Eh aku mau telpon genk gepuk sebentar ya. Mau video call, biar mereka juga bisa menikmati pemandangan Hagia Sophia dan Blue Mosque” kataku pada Luky yang sedang memejamkan matanya sambal berbaring.

“Say hi from me” katanya pendek.

“Sure. See you soon” aku memberikan kecupan untuk Luky dan kemudian beranjak, mencari sudut lainnya untuk melakukan video call dengan genk gepuk kesayanganku.

Vavan, adalah teman lamaku yang dulu sering melakukan traveling denganku. Salah satunya ke Turki ini pada saat kami mengikuti konferensi di kota Bursa dulu. Kami memutuskan extend dan kemudian menghabiskan beberapa hari untuk berkeliling Istanbul. Vavan balik ke Jakarta, aku masih stay di Istanbul karena sibuk pacaran dulu. Betapa menyenangkan mengingat saat-saat itu. Aku yang belum punya banyak pengalaman traveling ke luar negeri, beruntung ditemani Vavan yang sudah berpengalaman menjelajah banyak negara untuk urusan kerjaannya.

Livi, gadis Papua yang pertama kali bertemu di organisasi pemuda yang kami ikuti, kemudian menjadi teman akrab denganku sejak dia memutuskan merantau ke Jakarta. Mauli yang dulu bertemu denganku pada saat ia mendaftar menjadi relawan di organisasi yang kupimpin akhirnya menjalin persahabatan yang juga melampaui hubungan urusan organisasi. Kami berempat telah menjadi teman dekat, ditambah pada saat kami jatuh cinta pada Ayam Gepuk Jakarta. Ayam yang mencuri hati kami semua dan mengikatnya dengan hangat dalam pedasnya sambal cabe yang menggoda.

Aku masih menunggu, belum ada satu pun yang mengangkat telponku. Padahal aku sudah bilang akan menelpon saat aku tiba di Hagia Sophia. Ini juga weekend, harusnya mereka semua tidak padat karena tak harus bekerja.

“Euy! Gadis Gepuk!” vavan menyapa. Menyusul Livi dan Mauli juga sudah terhubung.

“Kukira nggak jadi video call” kataku cemburut.

“Ya jadilah, Vasla! mana Hagia Sophia, coba hadapkan kamera ke situ!” pinta Mauli.

“Eh buset! Bukan aku dulu yang ditanya, disapa, disayang-sayang, malah Hagia Sophia dulu yang mau dilihat” aku tambah cemburut melihat kelakuan Mauli.

Livi ketawa melihat tingkahku, yang terjadi seperti biasa. Kami bercerita dengan Bahagia. Aku telah menepati janjiku untuk menelpon mereka dan membawa mereka berjalan-jalan di sekeliling Hagia Sophia, tour yang sangat singkat. Namun mereka juga terlihat sangat Bahagia, apalagi Vavan yang serasa mengulang memori denganku dulu di sini. Aku juga menunjukkan padanya tempat-tempat di mana kami pernah mengambil foto beberapa tahun lalu. Aku Kembali pada Luky setelah menelpon sahabat-sahabatku.

“Jadinya kita mau ke pulau yang mana nih?” tanyaku setelah kembali ke tempat Luky dan ia masih sangat menikmati matahari yang menyinari tubuhnya. Dasar bule, di mana-mana memang suka berbaring di bawah sinar matahari, pikirku. Bagaimana pun, sebagai seseorang yang datang dari negara 4 musim, apalagi di musim gugur dan musim dingin yang jarang matahari, Luky seperti teman-temanku bule yang lain, menyukai matahari. Bisa duduk atau berbaring di bawah matahari dan senang berlama-lama, sementara aku kepanasan.

“Princes Islands!” katanya kemudian dan bangun duduk sejajar denganku.

“Princes Island? Di mana itu?” aku belum pernah mendengar Princes Island. Dari sini, aku sadar betul kalau aku kurang baca. Berbeda dengan Luky yang hobinya memang membaca terutama menjelajah berbagai artikel di internet, dan ia juga menyukai sejarah. Aku kalah jauh dalam hal membaca, meski membaca tetapi tidak sebanyak Luky kalau menyangkut informasi tentang sebuah tempat atau sejarah dari tempat tertentu.

“Coba kamu googling deh, aku ke toilet dulu. Nanti kita diskusi usai itu ya, mhhuah muaahhh” dia mencium pipiku dan berlalu.

Aku mengetik Princes Islands dan kemudian membaca informasi-informasi mengenai pulau ini. Princes Islands atau Kepulauan Pangeran atau disebut juga Adalar adalah pulau yang terletak di Pesisir Kota Istanbul. Kepulauan ini terdiri dari 9 pulau, 4 pulau besar dan 5 pulau kecil. 4 pulau besarnya yang terkenal yaitu Büyükada, Heybeliada, Burgazada dan Kinaliada. Princes Islands ini berada di Laut Marmara. Menariknya, meski sudah pernah ke Turki 3 kali, aku belum pernah ke sini.

“Udah nemu?” tanya Luky saat balik.

“Udah, bagus banget ternyata pulau-pulaunya. Aku pernah mendengar beberapa nama pulaunya, Cuma nggak tahu kalau itu disebut Kepulauan Pangeran” jawabku.

“Kamu tau nggak kenapa disebut kepulauan pangeran?” tanyanya lagi.

“Kenapa?” aku balik bertanya, sesungguhnya karena memang aku tidak tahu.

“Jadi dulu tu, jaman para sulthan memimpin negeri ini, mereka memiliki banyak istri. Dari istri-istri mereka atau mungkin para selir, mereka punya banyak anak. Karena tidak mau anak-anaknya berebut tahta, jadi sulthan membuang anak-anaknya ke pulau-pulau itu. Hanya anak yang menjadi pilihannya yang bisa tinggal di Istanbul atau di kota dan menerima tahta dan warisannya. Sementara anak-anak lainnya yang dibuang ke berbagai pulau tak pernah menemui orang tuanya dan tak mendapatkan harta dan juga tak diketahui oleh publik, karena di masa itu tidak ada akses menuju ke sini, hanya untuk kalangan tertentu yang bisa datang” Luky bercerita seolah tour guide yang sedang memanduku.

“Lalu para pangeran yang terbuang itu makannya gimana, emang ada makanannya di sana, rumahnya gimana?” banyak pertanyaan di otakku.

“Mereka mendapat supply makanan dan juga ada rumah yang dibangun untuk mereka”.

“Kamu baca di mana sih? Kok aku nggak nemu cerita tentang ini?” tanyaku penasaran.

“Ada, di salah satu artikel. Udah lama sih, aku lupa pun linknya, jangan terlalu percaya, bisa jadi cerita ini mitos".

“Ah payah” kataku kecewa.

“Udah pilih pulaunya belum? Jadi mau yang mana?”

“Buyukada, aku mau kita berpetualang ke sana, ke pulau yang paling besar” pilihanku mantap dan penasaran dengan pulau Buyukada yang terkenal.

“Oke, malam ini kita packing ya. Soalnya belum tahu kita akan menginap berapa hari di sana” saran Luky langsung kusambut baik.

“Jalan lagi yuk!” ajakku pada Luky.

Kami bangun dan saling bergandengan tangan, berjalan di antara keramaian, melihat polisi standby di mana-mana. Sibuk menegur masyarakat yang tidak pakai masker. Kami mengenakan masker jadi bisa menerobos tanpa perlu was was. Memanglah masa Corona, repot.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!