"Astaga, Abi!" Alex terbangun dari duduk santainya. Ia segera berlari tergopoh-gopoh, naik dan mendobrak kamar Abi. Ia pun segera menuju kamar mandi dan menemukan Abi meringkuk diam disana.
"Ya Allah," Mama Sofi menyusul, dan kaget melihat putra semata wayangnya dalam keadaan yang seperti itu.
Alex meraih tubuh Abi, Mama Sofi memasang handuk ditubuh Abi, setelah melepas semua pakaian basahnya. Mereka berjibaku memapah Abi untuk menidurkan tubuhnya di ranjang. Abi, langsung menutupkan pergelangan tangan nya di atas mata dan terus terpejam dalam lemahnya.
"Abi, kenapa lagi? Kenapa akhir-akhir ini, sering banget histeris, Nak?" tanya Mama Sofi.
"Rere, Ma. Rere datang, Ma." jawab Abi lesu, dan menutup kedua matanya dengan lengan.
"Mama lama-lama jengah, Bi! Kamu seperti ini terus. Rere sudah meninggal Lima tahun, tapi kenapa masih seperti ini." Mama Sofi akhirnya angkat bicara akan semua rasa lelahnya. Sakit, beribu kali sakit ketika putra semata wayangnya selalu seperti ini. Meski di kantor berbeda, dengan segala wibawanya, tapi begitu lemah ketika dirumah dan sendirian...
" Bangun Abi! Bangun!" Mama Sofi menarik tangan Abi, berusaha mengangkat tubuhnya yang tergeletak tampak begitu lemah.
"Mam, Mama! Please, Mam. Alex tahu, Abi juga ngga mau ada dalam posisi begini. Abi sakit, Mam. Abi akan semakin sakit jika di paksa." lerai Alex, yang serba salah ketika ada di tengah keduanya.
"Alex, Keluar. Bawa Mama," pinta Abi.
Alex hanya kembali mengangguk, dan menggandeng Mama Sofi keluar dari kamar itu.
Abi kembali membuka mata. Jalan satu-satunya agar Ia tenang, adalah dengan meminum obatnya. Dan itu segera Ia lakukan, meski Ia baru akan bangun esok hari.
**
" Tadi mereka datang lagi."
"Siapa?"
"Orang-orang dari perusahaan itu. Mereka bersikeras mau menggusur kita. Nenek pukul pakai balok sampai terluka."
"Astaga, Nenek. Kenapa main pukul orang. Itu Bos Nisa, nanti kalau tahu terus Nisa dipecat gimana?"
"Nenek sudah bilang, kamu jangan kerja disana. Kalau orang sini tahu kamu bekerja di perusahaan yang ingin menggusur mereka, kita yang akan diusir.".
"Nek, cari kerja susah. Itu aja bersyukur banget, Nisa bisa kerja disana. Dapet gaji, biar bisa beli obat nenek. Buat makan kita sehari-hari. Tolong nenek sabar."
Praaaang! Sebuah mangkuk nasi di sengol nek Pur dengan sengaja. Jatuh, dan mengagetkan Nisa yang tengah bersusah payah membujuknya tenang.
Ya, kata orang, ketika usia semakin tua, maka Ia akan semakin dekat kembali dengan sifat ke kanak kanakan nya. Itu semua tengah dialami Nisa. Gadis yatim piatu yang tengah membagi-bagi tugas hidupnya tersebut.
Nek Pur, dan semua penduduk disana memang begitu mempertahankan tempat tinggal mereka. Meski tak terlalu luas, tapi mereka telah tinggal disana sejak puluhan tahun lalu. Mereka lah, yang membangun tempat itu hingga menjadi sebuah hunian yang layak, hingga di resmikan menjadi sebuah kampung kecil di tengah kota.
"Katakan sama Bosmu. Demi uang berapapun, kami tak akan pernah meninggalkan kampung ini." ucap Nek Pur. Ia pun melangkah pelan, kembali ke dalam kamarnya yang kecil dan pengap itu.
Nisa hanya menghela nafas lelahnya. Lelah karena tumpukan tugas dikantornya. Lelah harus merahasiakan identitas di kantornya, dan lelah, ketika dirumah masih harus berlelah ria. Ya, Ia harus meminta Alex merahasiakan tempat tinggalnya pada Abi. Memohon, agar Ia tetap dapat bekerja disana, meski kampungnya sendiri tengah menjadi incaran mereka.
"Capek," keluhnya. Menangis dalam hati, tanpa air mata itu memang sangat menyakitkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
Sunarmi Narmi
Nenek memang kdang bikin jengkel tpi yakinlah disaat mereka sdh ada di Surga kita akan kangen dgn sikap" beliau yg kdang bikin darting...baca ini nyesek Thor 😭😭😭😭😭
2023-06-07
2
Inayah Rahmadani
nisa menyimpan rahasia
2023-02-27
0
Justme
😬😬
2022-12-06
0