"Sa, kamu ngapain didalem?" tanya Febi, sesama karyawati baru disana.
"Nih, ngobatin lukanya pak bos." jawab Nisa, yang masih memegang kotak P3K di tangan nya. Ia pun segera mengembalikan kotak itu pada tempatnya.
"Kenapa kamu yang di panggil? Bu Dita kan ada?" Febi kembali menghampiri dan mencecarnya dengan berbagai pertanyaan.
"Aku ngga tahu, Feb. Aku cuma ngobatin, terus balut luka. Itu aja. Diajak ngobrol aja engga."
"Sebegitu dingin kah, atau memang sombong?"
"Siapa yang sombong? Siapa yang kalian omongin?" sergah Dita, yang mendadak ada di depan mereka..
"Ngga sopan kalian. Kalian itu anak baru disini. Harusnya, kalau dikasih kepercayaan itu seneng, di jaga dengan baik. Mau kena Sp1?" imbuhnya.
Febi dan Nisa hanya menggeleng. Mereka tertunduk dan bahkan begitu segan untuk menatap wajah marah Dita yang mengerikan. Apalagi Nisa, yang memang begitu tak ingin mencari masalah dalam pekerjaan barunya itu.
" Kerja yang bener. Baru, udah berulah pula." omel Dita, sembari menggebrak meja Nisa.
Nisa pun hanya dapat menghela nafas dengan kasar. Kembali duduk dan fokus terhadap laptop yang ada di hadapan nya itu. Hanya fokus, dan berusaha bekerja dengan sebaik mungkin saat ini.
"Inget, Sa. Jangan baperan, cari kerja sekarang susah." ucapnya dalan hati. Memang sakit, jika di bentak seperti itu. Apalagi, tak mau sama sekali mendengar penjelasan dan mencari pembenaran. Tapi, lagi-lagi Nisa hanya bisa diam dan diam..
Jam pulang telah tiba. Nisa segera menyandang tas nya dan bersiap untuk pulang. Belum ada jadwal lembur untuknya, hingga Ia bisa pulang tepat waktu untuk neneknya..
"Kau akan pulang?" tanya Abi, yang bertemu Nisa di depan pintu masuk.
"Iya, maaf, permisi Pak." angguk Nisa, menghindari kontak berlebih pada Abi.
"Dia menghindar? Kenapa?" tanya Abi sendiri.
"Hey, Abi! Kau kenapa?"
"Kenapa apanya?"
"Tidak. Ayo, ku antar pulang." gandeng Alex. Abi menatap geli lengan menggandeng nya itu. Tapi, Ia hanya tetap pasrah dan menurut padanya.
Perjalanan keduanya terasa ramai. Alex memang tak pernah membiarkan Abi untuk diam dan melamun. Ada saja bahan untuk nya mengajak Abi bicara. Asal, tak membahas masa lalu kelamnya.
"Lex, mampir ke resto biasa. Mama titip makanan." pinta Abi yang fokus dengan Hpnya.
"Ya, baiklah." Alex langsung berbelok sesuai yang Abi perintahkan.
"Biar aku yang turun. Kau, sekalian cari minum." ucap Abi. Alex mengangguk, Ia mengambil Hpnya dan mulai memainkan Game favoritnya. Setidaknya itu, hiburan Ia kala menunggu Abi yang mungkin akan sedikit lama.
"Selamat siang Tuan, mau pesan seperti biasa?" tanya Sang pelayan, yang memang sudah biasa melayani Abi dan Mama Sofi.
Braaaak! Sebuah kecelakaan mobil terjadi, tepat di depan restauan itu. Semua orang berhamburan keluar. Abi yang awalnya tenang, tubuhnya langsung terasa gemetar dan dingin. Wajahnya pun tampak begitu pucat. Namun, Ia berdiri dan mencoba berjalan menuju kerumunan itu.
"Haish, Abi!" Alex langsung meletak kan Hpnya, keluar dari mobil dan mencari Abi di dalam sana.
"Abi!" pekiknya, ketika Abi tampak mematung menatap keluar dinding kaca itu. Alex langsung menghampirinya. Ia segera membuka jas, dan menutupkan nya ke kepala Abi.
"Jangan dilihat, kita pergi." lirih Abi padanya. Ia juga mengode sang kasir, agar makanan yang telah di pesan, diantar ke rumah mereka via delivery order.
"Baik, Pak." angguk petugas itu padanya.
Alex membawa Abi masuk ke dalam mobil. Dan hingga jauh, jas itu tak pernah di buka. Oleh Alex, maupun Abi sendiri. Kepalanya tetap tertutup, dan tubuh Abi masih saja diam dan dingin..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
Nur Haidah
bentar lagi jumpa sama pawangnya,yg tak lain adalah Nisa
2022-11-04
4
Bryan Askyyan
yaaa... walaupun ada kata² yg salah ketik, gpp laah. yg penting seru!!! tapi d eps sebelumnya saya Nemu kata² yg salah ketik dan saya gk mgertiii
2022-09-26
0
Eman Sulaeman
seruuuu juga y
2022-09-20
0