Abi dengan percaya dirinya keluar. Tatapan nya tampak tajam dan begitu dingin. Beberapa diantara mereka mundur, tapi banyak pula yang bertahan ditempatnya.
"Apa mau kalian? Katakan saja." ucap Abi, dengan nada yang begitu santai.
"Kamu tak mau, tanah kami di bangun apartemen. Berapapun ganti nya. Ini tanah leluhur kami, tak akan bisa di bayar berapapun!" tegas seorang pria diantara mereka.
"Baca saja dulu perjanjian itu, baru kita rundingkan lagi." ucap Abi. Setelah menghela nafas dan menggaruk sedikit keningnya yang gatal karena kepanasan.
"Tidak! Bagaimanapun, tetap Tidak! Semua berkata tidak, disini." tegas mereka sekali lagi.
Abi hanya tersenyum kesal. Rupanya, memang pendirian mereka tangguh. Benar, apa yang di katakan Alex padanya. Dan mungkin, ini belum seberapa.
Rundingan demi rundingan Ia lakukan. Tapi jawaban mereka tetap tidak. Bahkan, mereka pun mengancam jika akan membuat keributan jika terus di paksa. Kekerasan, menjadi jalan satu-satunya bagi mereka.
Dita yang takut, lantas meminta Abi untuk segera pulang ke kantor mereka. Tapi sayangya, seseorang menyerang Abi di tengah jalan. Sebuah balok kayu mendarat di kepalanya. Pelakunya, seorang nenek tua.
"Aaaakh!" Abi memekik kesakitan. Kepalanya pun berdarah, bahkan mengalir dengan cukup deras.
"Bapak! Bapak tak apa?" tanya Dita, yang tampak begitu khawatir. Ia pun membawa Abi masuk ke dalam mobilnya dengan segera, menutup luka itu dengan sapu tangan merah hati miliknya..
"Perlu ku lapor polisi?" tanya Alex, yang tampak geram.
"Tidak usah... Hanya nenek tua. Biarkan saja." balas Abi.
Alex melanjutkan menyetirnya. Dengan begitu cepat, mereka telah kembali ke kantor. Dita pun segera membawanya masuk dan mengambil kotak P3K nya.
"Ayo, ku obati." ajak Dita. Tapi, Abi menepisnya. Ia justru menepis tangan Dita, dan melirik Nisa di tempatnya.
"Kau," panggil Abi.
Dita awalnya tak mendengar. Ia di colek rekan sebelah, hingga akhir nya merespon panggilan Abi.
"Iya, saya?" tunjuk Nisa, pada dirinya sendiri yang kala itu masih bingung.
"Ya, masuk." pinta Abi. Ia meraih kotak obat itu dari Dita, dan meninggalkan nya masuk ke dalam ruangan itu.
"Eh kamu! Kalau di panggil Bos itu cepet! Malah melongo sana sini. Itu kepala Bos luka!" bentak Dita
"I-iya." balas Nisa, yang langsung berlari secepat kilat untuk menuhi panggilan Bosnya itu.
Dita tampak kesal, tatapan nya pun tampak begitu sinis. Entah apa yang Abi inginkan, hingga meminta pegawai baru itu yang mengobatinya. Namun, kekesalan itu tak Ia tunjuk kan. Hanya menarik nafas, lalu kembali ke ruangannya dengan begitu elegan seperti biasa.
"Permisi, Pak?" ucap Nisa, yang masuk ke dalam ruangan besar itu.
"Ya, duduk." titah Abi padanya.
Nisa hanya bisa menurut, apalagi ketika melihat luka dan kotak obat. Ia pun spontan mengobati dahi Abi dengan membersihkan darahnya terlebih dahulu.
"Aaawh!" Abi terpekik, perih menahan luka yang tengah di basuh cairan Nacl itu.
"M-maaf, Pak. Memang sedikit perih, tapi ini akan segera bersih." ucap Nisa. Abi hanya diam, kembali dengan tatapan dinginnya, yang entah tertuju kemana.
Nisa dengan terampil, membalut luka itu dengan kasa dan plaster begitu rapi. Ia pun membersihkan dahi dan wajah Abi, dengan tisu basah yang tersedia.
" Sudah, pak." Nisa membereskan peralatannya.
"Ya, terimakasih." jawabnya. Hanya itu, dan Nisa segera kembali ke tempatnya bekerja.
"Dari sekian banyak, kenapa harus aku?" fikir Nisa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
Itsaku
jadi khawatir dita akan menyakiti nisa
2023-06-27
2
🌹Fina Soe🌹
jangan² neneknya nisa yg pukul kepala abi...😌
2023-01-18
0
Widya Febrina
itu yg mukul Abi...jangan2 nenek Nisa lagi 🤔🤔🤔🤔
2022-09-22
10