"Selamat sore, Pak." sapa Dita, ketika Abi masuk ke dalam ruangannya.
Abi mengangguk. Ia kemudian duduk, dan menatap kaki Dita dengan fokus.
"Bapak, ada apa dengan kaki saya?" tanya Dita.
"Ukuran sepatumu, berapa?"
"Ti-tiga tujuh, kenapa?"
"Belikan satu sepatu, ukuran Tiga tujuh. Segera minta antarkan kemari."
"Buat?"
"Lakukan saja."
"Baiklah," jawab Dita, pasrah. Ia pun keluar, dan melakukan yang Abi perintahkan padanya. Lalu kembali, setelah beberapa lama menunggu pesanan super ekspresnya.
"Ini, Pak." Dita masuk, dan memberikan sepatu itu.
"Baiklah, mana mereka? Karyawan baru yang perlu saya sambut."
"Di luar, Pak." timpal Dita.
Keduanya keluar. Sepatu ditinggal Abi di dalam. Mereka menemui karyawan yang telah menunggu, dan langsung berdiri menghampiri keduanya.
"Selamat sore, selamat datang di perusahaan kami...."
"Maaf, saya telat." seorang wanita masuk. Ia berjalan dengan menjinjitkan kakinya, tertunduk malu melewati Abi dan Dita. Bagian ibu jari kaki nya berdarah, dan Ia berjalan tanpa alas kaki.
"Kamu, baru masuk perkenalan tapi udah berani telat. Ngga sopan,"
"Dita, udah." tegur Abi. "Sepatumu mana?"
"Patah, Pak." jawab gadis itu, menunjukkan sepatu yang memang telah rusak.
"Duduk." titah Abi padanya.
Perkenalan kembali dimulai. Satu persatu dari mereka, menyebutkan namamya dan motifasi mereka masuk ke perusahaan itu.
"Saya, Anisa Oktarina. Motivasi saya masuk kemari, karena perusahaan ini benar-benar menerima karyawan berdasarkan cv, nilai, dan etos kerjanya. Bukan karena, adanya orang dalam." jawabnya jujur.
Semua tertawa atas kejujuran Nisa, termasuk Dita. Tapi tidak dengan Abi, yang menatapnya tajam dengan mata dinginnya.
" Apa aku salah ngomong? " Nisa tertunduk malu.
Baiklah. Perkenalan sudah dilakukan. Kalian tahu saya, dan saya sudah mengenal kalian. Tinggal bagaimana pekerjaan kalian, saya akan menilainya.
"Baik," jawab mereka kompak.
Abi pun mengajak Dita keluar, lalu membalik badan kembali.
"Kamu," tunjuknya pada Nisa.
Gadis itu tak menyahut, hingga seorang rekan mencoleknya.
"Hah, iya, saya? Ada apa?" kaget Nisa.
"Ikut saya, keruangan." pinta Abi. Nisa bengong kebingungan. Untuk apa Bos memanggilnya, padahal belum resmi bekerja. Tapi, Ia pun segera menurutinya.
Nisa mengikuti langkah Abi dan Dita di depan nya. Lalu ikut masuk ke ruangan Abi, memperhatikan seluruh sudut ruangan besar itu.
"Bapak, mau apa panggil saya?" tanya Nisa, canggung.
Abi bergeming. Ia mengambil sepatu yang baru saja Ia beli, dan memberikannya pada Nisa tanpa sepatah kata pun.
"Ini? Sepatu siapa?"
"Buat kamu, pakai." jawab Abi, datar.
"Kok, buat saya? Saya ngga minta, Pak. Besok, saya beli sendiri kok. Serius, ngga papa. Tadi itu, cuma kecelakaan kecil, jadi patah. Lagian, udah jelek." jelas Nisa, dengan panjang lebar.
Namun, Abi justru berdiri. Ia menghampiri Nisa, dan berjongkok di hadapannya.
" Ba-Bapak, mau apa?" tanya Nisa, mulai kebingungan.
Abi masih diam. Meraih sebuah plaster dalam kantong jasnnya. Ia pun Membalut luka Nisa.
"Maaf, Pak. Jangan," lirih Nisa, mencoba menyingkirkan tangan Abi dari kakinya.
Abi memang menyingkir sebentar. Tapi, hanya untuk meraih sepatu itu. Dan Ia pun memakaikan nya di kaki Nisa hingga terpasang dengan baik.
"Pas, cocok dengan kaki mu." ucap Abi.
Nisa masih tercengang. Dia syok hebat dengan perlakuan Abi padanya. Ia tak pernah kenal, bahkan tak pernah melihat Abi sama sekali dalam hidupnya. Ia masih bengong, bahkan hingga Abi kembali ke kursinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
Itsaku
sepatu patah bawa hoki ya niiisss
2023-06-25
1
Surtinah Tina
jodohnya tuh....
2023-04-17
0
Qaisaa Nazarudin
# Abi udah lihat kamu nenangin org gila tdi di jalan,,
2023-04-04
0