"Eng-Ngga mungkin lah, kalau Mas Abi bangkrut. Itu perusahaan besar loh, masa iya bisa hancur?" senyumnya.
"Ngga ada yang ngga mungkin di dunia ini, Elsa. Bahkan, apa kamu tahu, jika saya mengidap gangguan pasca trauma?" jawab Abi, dengan wajahnya begitu tenang.
"Sa-sakit jiwa? Stres?"
"Ya, gangguan kejiwaan." jawab Abi, memundurkan tubuh, bersandar di bahu kursi dengan menyilangkan kedua tangannya di dada.
"Itu, keadaan nyata saya. Dibalik sosok yang sempurna ini. Menurut kamu."
Elsa tersenyum kecut. Ia tampak semakin gelisah, dan memainkan minumannya. Wajahnya tampak gemetar dan berkeringat di bagian dahinya.
"Kau takut denganku?"
"Engga... Engga, Elsa ngga takut. Elsa, cuma kebelet pipis. Permisi," ucap Elsa, lalu berlari meninggalkan Abi di kursinya.
"Bi, mana Elsa?" tanya Mama Sofi, yang kembali datang dengan Tante Reni.
"Ke Toilet, katanya kebelet. Yuk, pulang. Abi laper, pengen Mama masakin."
"Oh, baiklah. Ayo," gandeng sang mama.
Tante Reni lantas penasaran dengan putrinya. Ia menghampirinya di kamar mandi. Dan rupanya, Elsa sedang menangis disana.
"Kenapa jodohin Elsa sama orang sakit jiwa? Mama jahat!" sergahnya.
"Sa-sakit jiwa, gimana?"
"Iya, Mas Abi ngaku, kalau dia sakit jiwa. Gangguan mental dan... Ah, sakit jiwa pokoknya!" Elsa menangis menghentikan kakinya bak anak kecil.
"Astaga! Dia nolak kamu juga? Keterluan."
"Bukan nolak, tapi dia jujur keadaan dia. Ganteng, mapan, tapi kalau sakit jiwa, Elsa ngga mau, Ma!" tangisnya semakin menjadi jadi.
**
"Ngobrol apa sama Elsa, Bi?" tanya Mama sofi. Ia, seolah mendapat firasat buruk akan perjodohan nya kali ini. Seperti akan gagal, untuk yang kesekian kalinya.
"Hanya jujur, Ma. Tak salah, kan? Abu hanya mau, dia menerima Abi apa adanya. Bukan karena, ada apanya."
"Wanita mana lagi, Bi? Rasanya, semua sudah Mama usahakan buat kamu. Kenapa tak ada yang berhasil? Mama capek, Bi."
"Capek, berhenti, Ma. Abi tak pernah meminta Mama menjodohkan Abi dengan siapapun. Kalau tiba waktuny, Abi akan...." ucapan terpotong, ketika Abi mengerem mendadak mobilnya.
"Abi! Begini bisa celaka!" omel Sang Mama.
"Maaf, Ma. Ada sesuatu di depan. Abi, turun dulu. Mama Stay, okey." pintanya.
Abi pun turun dari mobilnya. Berjalan ke depan, dimana ada keramaian disana.
"Mba, ada apa?" tanya Abi, pada salah seorang dari mereka.
"Ada ibu-ibu gila, lagi ngamuk. Semua pengendara dilemparin pakai batu. Itu ada cewek, lagi berusaha menenangkan. Bentar lagi, dinas sosial datang kayaknya."
"Ah, baiklah. Terimakasih." ucap Abi. Biasanya, Ia tak pernah mau tahu urusan di jalan raya. Tapi kali ini, perasaan nya seolah terpanggil, dna menyaksikan bagaimana sang gadis menangani ODGJ itu.
Gadis itu tampak akrab dengan sang wanita. Mengajaknya mengobrol, layaknya sahabat sendiri. Duduk di trotoar, dan tertawa bersama. Tak jarang, Ia tertawa meski mungkin tak tahu arti bicara orang tersebut.
"Perlukah menjadi pura-pura gila, demi menjinak kan orang gila?" tatap Abi aneh. Bahkan, ketika melihat gadis itu menangis dengan curahat hati sang wanita gila itu.
"Wanita aneh. Bisa-bisanya seperti itu ditengah jalan. Kalau di serang, bagaimana?" gerutunya dalam hati. Ia pun terus memperhatikan, hingga petugas Dinas sosial datang mengambil nya.
"Siti ikut Pak dokter, ya? Nanti, ketemu sama suami siti. Kalau udah ketemu, kita jalan-jalan bersama."
"Tunggu Siti ya, Kakak. Kita ketemu disini, kapan-kapan." ucap wanita gila itu.
Gadis itu pun melepaskan lambaian tangan untuknya. Tak terasa, air mata Abi menetes melihat semuanya.
"Tulus?" tanya nya dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
Itsaku
jadi ingat teh novi g sih
2023-06-24
0
Niesa punya Kenz Arbeto🌸
itu pasti Nisa😻
2023-05-18
0
Qaisaa Nazarudin
Seperti itu tuh cewek yg kamu cari,yg bisa menenangkan kamu nanti saat kamu depresi..Jodoh kamu tuh,,
2023-04-04
0