"Abi, ya Allah, Nak. Kamu ngga papa?" Mama Sofi datang menghampiri putranya. Pedih, melihatnya termenung duduk di depan jenazah sang kekasih.
"Rere pergi, Ma. Bahkan, Abi belum sempat memakaikan cincin nya." jawab Abi. Cincin itu, di beli berdua oleh nya dan Mama Sofi, karena ukuran jari mereka yang sama. Memang Abi tak memberi tahu Rere, karena ingin memberi nya kejutan di hari jadi mereka.
"Itu sudah janji Rere, dengan yang maha kuasa, Nak. Sabar. Nenek mana?" tanya Mama Sofi, menoleh kencari Nek Tini yang seolah menghilang.
"Bi. Mama mohon, jangan menangis seperti ini. Ikhlaskan."
"Tapi Abi melihatnya, Ma. Bagaimana Abi bisa lupa? Kejadian itu, selalu terbayang dalam ingatan Abi."
Mama Sofi hanya diam kali ini. Ia menganggap nya wajar, karena baru beberapa jam berlalu. Mama Sofi pun berdiri, dan mencari Nek Tini di dalam kamarnya. Tak kalah hancur perasaan nya, ketika cucu yang Ia rawat selama ini, justru pergi duluan meninggalkan dirinya.
"Kenapa tidak saya duluan? Masa depan Rere masih panjang, Bu Sofi." ucap Sang Nenek, dengan mata sembabnya.
"Sudah janjinya, Nek. Allah lebih sayang dengan Rere," usap Mama Sofi di bahu Nek Tini.
Hari semakin larut. Jenazah Rere terpaksa menginap, dan di makamkan esok pagi. Abi tetap menunggunya disana, tertunduk dengan segala kenangan yang ada.
*
Pagi yang masih ditemani duka. Imam telah datang. Abi menyingkir sebentar untuk mengganti pakaiannya yang penuh noda merah itu. Sebuah koko, yang di belikan Rere lah, yang Ia pakai untuk menyalatkan Jenazahnya.
Perih, menahan tangis. Ketika Abi tepat di belakang Imam shalat jenazah itu. Ia tak berani mengimami sendiri, takut jika justru tak bisa khusyu seperti seharusnya.
"Mas Abi, antar jenazah ke makam, yuk?" ajak Pak Broto.
"Ya, baiklah." Abi mengusap air matanya sekali lagi. Mengusap juga hidungnya yang terasa mendadak pilek karena semua tangisnya semalaman. Matanya pun sembab, efek Ia yang tak dapat memejamkan matanya.
"Nenek ikut," pinta Nek Tini, yang telah siap dengan selendangnya.
"Nenek dirumah aja, sama Saya." cegah Mama Sofi.
"Saya hanya ingin mengantar Rere, untuk yang terakhir kali. Saya mohon,"
"Tapi...."
"Saya mohon, saya tak akan menangis ataupun pingsan, disana."
"Ma, biar aja Nenek ikut." jawab Abi.
Nek Tini dan Mama Sofi duduk di kursi depan, dekat dengan supir. Sedangkan Abi, duduk di belakang mendampingi Rere.
"Pak, ini cincin beliau. Semalam, lupa saya kasih," ucap sang petugas. Abi pun menerimanya, berterimakasih dengan senyuman. Tapi, hatinya dirasa semakin perih.
Tiba di pemakaman. Abi turun dan membawa keranda itu paling depan. Menaruh, dan masuk ke dalam lubang makam untuk mengantar Rere ke tempat terakhirnya. Abi bahkan mengadzaninya dengan begitu merdu, ditemani deraian air mata yang membuat suaranya bergelombang.
Pemakaman selesai. Sesuai janjinya, Nek Tini tak menangis bahkan pingsan. Mereka pun pulang, mengikhlaskan Rere yang telah di rumah barunya.
"Abi pulang. Abi akan kemari, seminggu sekali untuk jenguk Nenek. Kalau ada apa-apa, hubungi Abi."
Tak ada kata lain bagi Nek Tini, selain mengikhlaskan untuk kedua kalinya. Mereka yang seharusnya datang berdua, dan berjanji merawatnya di hari renta, justru pergi dengan jalan nya masing-masing.
" Kamu ikhlas, Bi?" tanya Sang Mama, di perjalanan pulangnya.
"Entah. Setiap menit pun, bayangan itu selalu hadir. Nyaris membuat Abi gila dengan semuanya." jawab Abi, dengan nada datarnya. Tatapan nya pun kosong, seolah kehilangan arah hidupnya seketika.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
Fatma Nuhuyanan
sungguh berat skli..rere yg bgitu disayangi Abi dn keluarganya... begitu cepat meninggalkan merka semua..
t👍
2023-08-20
0
Tunirah
ikhlaskan bi biar dia tenang d sana
2023-06-22
0
Ummi Na Ssya
😭😭😭😭
2023-04-19
0