"Bi, Rere pamit. Bahagia, bisa bertemu Abi. Maaf, cuma ketemu ditengah jalan," ucap Rere terputus-putus. Abi hanya menggelengkan kepalanya, tak bisa menerima kenyataan itu.
Rere tampak menghela nafas dengan begitu panjang. Namun, tak pernah menghembuskan nya kembali.
Wanita tadi, memeriksa denyut nadi Rere. Leher, dan tangan nya secara bergantian. Tatapnya pasrah, mengetahui nadinya sudah tak berdenyut lagi.
"innalillahiwainnailaihirojiun," ucap orang-orang disana.
"Re! Rere, bangun, Re. Aku mohon. Kamu ngga bisa tinggalin aku begini, Re. Jangan, Re. Rere, Aaaaarrrrghhh!" pekik Abi membabi buta. Semua orang hanya mampu menatapnya. Beberapa mengusap bahunya memberikan empati seadanya.
Ambulance datang, tapi semua telah terlambat. Perawat turun dan mencoba membawa Rere naik kedalmnya. Namun, Abi justru menyerang mereka.
"Kemana kalian! Kekasihku sudah Meninggal, kalian baru datang, hah!" cengkramnya di kerah baju salah satu perawat pria.
"Tuan, maaf Tuan. Kami sudah berusaha secepat mungkin. Apa masih salah kami, jika mereka bahkan tak memberi akses jalan untuk mempercepat laju kami." lerai salah seorang diantara mereka.
"Kami turut berbela sungkawa. Kami ikut sedih karena semuanya terjadi. Kami akan bawa jenazah untuk outopsi lebih lanjut, dan kami minta Anda mengkonfirmasi pada keluarganya."
"Rere, hanya tinggal bersama Neneknya. Bagaimana aku bisa menjelaskan ini. Bagaimana? Aku harus bagaimana?" Abi tampak begitu frustasi, mengacak acak rambutnya di depan banyak orang dan menangis tanpa airmata. Seperti itu, hingga Ambulance meninggalkan nya sendirian disana.
Beberapa menit, Abi tersadar. Ia segera bangkit dan membawa motornya kerumah Rere. Entah bagaimana caranya, Abi mengatakan perihal Rere pada sang Nenek.
"Assalamualaikum," ucapnya lemah.
"Abi, Rere mana?" tanya Nek Tini. Wajahnya sumringah, menyambut Abi yang memang telah lama Ia kenal baik.
"Nek, mari Abi bantu bereskan rumah. Sebentar lagi, Rere akan pulang." ajak Abi.
Tanpa berkata apapun lagi, Nek Tini tahu apa maksud Abi padanya. Apalagi, melihat pakaian Abi dengan beberapa noda merah. Air mata pun langsung berlinang, meraung, dan terduduk di lantai tanpa alas itu.
" Rere! Rere kenapa? Kenapa Rere duluan, Kenapa ngga Nenek aja. Masa depan Rere masih panjang, Nak. Kenapa bukan Nenek aja yang pergi?" raungnya, mengundang para tetangga datang kesana.
"Mas Abi, ada apa?" tanya Pak Broto, salah satu tetangga Nek Tini.
Abi pun harus kembali mengulang cerita perih itu. Membicarakan lagi setiap proses yang Ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Ia pura-pura kuat, meski hatinya lah yang paling sakit sekarang..
Semua orang pun kaget. Tak menyangka akan kepergian Rere yang begitu mendadak. Dan diantara mereka membantu Nek Tini yang masih saja larut dalam tangis sedihnya.
"Bagaimana? Aku harus berbuat apa? Serasa semua gamang. Aku bahkan seperti setengah sadar disini." gumam nya dalam hati. Sendiri, sepi, meski begitu banyak orang berada disekitarnya saat ini.
Suara Ambulance memecahan lamunan nya. Ia melangkah tertatih menghampiri, berusaha sampai disana agar dapat menyambut Rere dalam dekap hangatnya.
" Tidak... Aku tak dapat memeluknya. Tidak boleh. Bahkan, aku tak boleh menangis di hadapan nya. Ia akan sedih, ketika melihatku menangis."
Abi telah tiba, tepat di depan pintu belakang Ambulance itu. Petugas pun membukanya. Rere disana telah memakai pakaian barunya. Putih, bersih, dan begitu wangi dalam keranda besi yang mereka sediakan. Abi, menjadi orang pertama yang menerima jenazah kekasihnya, dan berada di barisan depan, membawanya masuk ke dalam rumah Nek Tini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
Fatma Nuhuyanan
sungguh menarik ceritanya. dn
sedih sekali pertemuan rere dan abi
hanya sementara 🥲
2023-08-20
0
Rahmad Saleh Prd
sangat menghibur diri
2023-06-23
0
Ummi Na Ssya
😭😭😭😭😭😭😭
2023-04-19
1