Episode 15.

Selang beberapa menit, mobil Abian tiba di halaman rumah kediaman mereka. Queen keluar duluan tanpa menunggu di bukakan pintu. Abian yang melihat tingkah princessnya hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Lihat saja sebentar lagi princess akan berteriak heboh mengagetkan mama yang sedang memasak," kata Abian seraya menghitung mundur.

"MAMAA!!! Queen cantik sudah tiba, pelukan hangatnya mana," teriak Queen menggelegar dalam rumah membuat wanita tua yang masih cantik di umurnya 48 tahun.

Naila yang tengah memasak menghela napas mendengar teriakan menggelegar dari princess tersayangnya. Maka dari itu Naila harus menghentikan acara memasaknya untuk pergi ke depan menyambut princess Horison.

"Bibi tolong lanjutin masakannya, saya mau ke depan menyambut Alesha," ujar Naila berbicara pada ARTnya.

"Baik nyonya." Balas ARTnya.

Naila segera mencuci tangannya, lalu melangkah ke ruang tengah.

"Princess mama tumben banget ke rumah, gak ngabarin lagi," ujar Naila memeluk primcess dengan eratnya.

"Sengaja mama, aku mau mengejutkan, dan ya aku berhasil," ucap Queen senangnya.

"Assalamu'alaikum mah," salam Abian mendekati Naila dan Queen yang masih berpelukan.

"Waalaikumsalam sayang," balas Naila.

"Queen sudah ijin belum sama abang abang kalau mau ke rumah mama," ujar Naila bertanya.

Queen menggeleng, "Nanti aku telpon abang mah."

"Ya udah sekarang kamu bersih bersih ya sayang, mama mau lanjutin masak bantuin bibi. Sekalian buatin makanan kesukaan kamu," tukas Naila menyuruh Queen segera ke kamar membersihkan diri.

Queen memang tak perlu membawa pakaian ganti jika pergi ke rumah papa mamanya. Sebab disini pakaian untuk dirinya telah disediakan dan ia juga punya kamar tersendiri yang dikhususkan buat dirinya.

"Ayo princess! Abang juga mau sekalian ke kamar," ajak Abian menarik lembut tangan Queen.

🥀

Di tempat lain, Arsen baru saja menyelesaikan operasi. Arsen memasuki ruangannya dengan langkah lelahnya, ketika membuka knop pintu seorang suster memanggilnya.

"Dokter Arsen!"

Arsen menoleh ke belakang mendapati suster Citra Lescya yang merupakan asissten dokter Asyraf. Suster Citra melangkah mendekati dokter Arsen, suster Citra nampak terlihat gugup jika berhadapan dengan dokter Arsen.

"Ada apa suster Citra?" tanya Arsen.

"Eum dok tadi ada yang mencari anda, saya memberitahu padanya kalau anda sedang ada operasi, lalu saya menyuruh orang itu menunggu saja di ruangan anda," jelas suster Citra merasa lancang telah menyuruh orang yang tal dikenal memasuki ruangan Arsen untuk menunggu disana.

Arsen mengkerutkan keningnya mendengar penjelasan dari suster Citra."Siapa dia?"

"Mengapa suster memintanya menunggu di ruangan saya, padahal suster bisa menyuruh orang itu menunggu di tempat lain atau meminta untuk kembali lagi nanti setelah saya selesai operasi." Lanjutnya.

Arsen merasa tidak suka ada orang yang tidak dikenal dengan seenaknya memasuki ruangan tanpa persetujuan darinya.

"Maaf dokter Arsen saya lupa menanyakan namanya. Maaf juga saya sudah lancang menyuruh orang itu menunggu di ruangan anda," kata suster Citra menunduk tak berani menatap orang dihadapannya.

"Baiklah, lain tolong jangan diulangi lagi. Selain keluarga saya, jangan pernah memberi ijin pada siapapun untuk menunggu diruangan saya," ujar Arsen memperingati suster Citra agar kejadian ini tidak terulang kembali.

"Iya dok, saya akan mengingatnya," balas suster Citra lalu segera pergi melanjutkan pekerjaan membantu dokter Asyraf.

Arsen kembali menaruh tangan di knop pintu dan menekan untuk membukanya. Arsen masuk dan menutup kembali ruangan, matanya mengitari ke sekeliling ruangannya mencari orang yang di maksud oleh suster Citra.

"Dimana orangnya."

Krek... Terdengar suara pintu toilet yang dibuka. Arsen membalik badan dan betapa terkejutnya dirinya mendapati seorang pria berbadan kekar dengan kemeja warna biru dan celana kain berwarna hitam. Pria dengan warna mata abu-abu yang tidak lain adalah sahabatnya satu profesi dengannya.