Tiffani yang bergabung sebagai panitia ospek, mereka tengah berada di aula. Mata Tiffani melihat kesana kemari mencari keberadaan pacarnya. Tentu dia tidak menemuka Alex.
"Ray, Alex kemana? Kenapa ga gabung sama kita di aula," ujar Tiffani bertanya ke Ray yang kebetulan ada disampingnya.
"Kayanya Alex masih dibawah Fan, tadi pas dia lagi memberi arahan tiba-tiba toanya langsung dikasih ke gue, dia buru-buru pergi ke arah pagar, entah gue juga ga tau disana ada apa sampai menarik perhatian Alex," papar Ray menjelaskan.
"Berarti Alex lagi di lantai bawah, gue izin keluar dulu nyari Alex." Tiffani lekas keluar, dia melihat kebawah, ternyata benar Alex masih dibawah. Tetapi tidak sendirian melainkan bersama seorang gadis. Tiffani yang penasaran dengan gadis yang bersama pacarnya, lantas dia bergegas menuruni tangga.
"Sayang," panggil Tiffani melangkah cepat menghampiri Alex dan melihat siapa gadis yang berhadapan bersama pacarnya.
"Kamu aku cariin, ternyata disini," ucap Tiffani tangan bergelayut pada lengan Alex.
"Fani lepasin tangan lo, ini masih disekolah paham. Jangan memberi contoh tidak baik, lihat di depan kita sekarang ada adik kelas," tegur Alex melepas paksa tangan Tiffani dari lengannya.
Queen sedari tadi memperhatikan kedua kakak kelas dihadapannya, merasa bingung. Saat arah pandangnya tak sengaja melihat raut wajah kakak kelas yang cewe berubah cemberut, hampir saja ia mau tertawa melihatnya, beruntung ia masih bisa menahan tawa. Andai tidak dalam situasi seperti ini, Queen sudah pasti tertawa lepas.
"Kenapa lo kaya mau ketawa? Mau ketawain gue lo, berani memangnya," ketus Tiffan menatap sinis gadis di depannya.
Queen menggeleng-gelengkan kepala, seperti biasa ia memilih menunduk untuk menghindari perkelahian.
"Fani jaga sikap! Lebih baik lo kembali ke atas, lanjutin tugas lo sebagai panitia. Adik kelas ini biar urusan gue," tukas Alex.
"Aku mau disini aja sama kamu, biar di aula yang lainnya aja ambil alih," ucap Tiffani santai.
"Kalau itu pilihan lo, baik lo gue keluarin dari panitia ospek dan jabatan osis lo gue cabut," terang Alex berkata tegas.
"Sayang aku kan pacar kamu, masa kamu tega sama pacar kamu sendiri," kata Tiffani.
"Disini kita bekerja sama Fani, gue harus tegas, kalau tingkah lo kaya gini, lebih baik lo berhenti jadi osis."
"Fine Alex gue balik. Buat lo adik kelas, ingat jangan kecentilan sama pacar gue," kata Tiffani memberi peringatan pada Queen yang tak mengerti maksud kakak kelasnya.
"Ekhem," deham Alex mengembalikan suasana yang sempat terganggu oleh kedatangan Tiffani.
"Gue mau tanya alasan lo telat masuk sekolah kenapa?" Pertanyaan Alex malah membut Queen gugup untuk menjawab jujur.
"Jawab saja, tak perlu takut," ucap Alex.
"A-aku telat gara-gara nonton drama korea kak," jawab Queen membuat Alex tertawa lepas mendengar jawaban adik kelasnya.
"Oh jadi karena itu yang membuat mu sampai telat ke sekolah." Queen mengangguk.
"Berarti kamu harus siap menerima konsekuensi dari keterlambatan mu." Lagi Queen hanya bisa mengangguk.
"Sekarang kamu tetap berdiri disini, hormat pada bendera sampai jam istirahat. Jangan coba-coba untuk kabur atau hukuman mu akan bertambah dua kali lipat."
"Baik kak, tapi boleh engga aku berdiri di tempat yang teduh aja. Disini panas banget kak," ucap Queen mencoba bernegosiasi.
"Heh! Kamu pikir bisa bernegosiasi, jalani saja hukuman mu atau mau ditambah lagi hukumannya," cetus Alex bukan bermaksud kejam, melainkan ia harus tegas pada siswa-siswi yang terlambat agar tidak terulang lagi. Apalagi gadis di depannya ini sudah disuruh pulang oleh satpam, tetapi memilih tetap kekeh ingin masuk.
"Eum baik kak," cicit Queen seraya melepaskan tas sikutnya menaruh di lantai dekatnya berdiri. Queen berdiri dan mengangkat tangannya hormat pada bendera merah putih.
Sedangkan Alex pergi melanjutkan urusan, yaitu pergi naik ke aula melihat sampai mana arahan dari teman-temannya untuk seluruh siswa-siswi baru yang mengikuti ospek.
Setengah jam lagi bell istirahat berbunyi, Queen mulai kelelahan berdiri diteriknya matahari, kepalanya berdenyut-denyut, lelehan keringat membasahi kemeja putihnya.
"Kepala ku pusing sekali," keluh Queen.
Dari lantai atas Alex yang terus memantau adik kelasnya menjadi khawatir. Sehingga ia memutuskan untuk turun kebawah, tepat sekali saat sampai di tengah lapangan adik kelasnya telah pingsan.
Alex menggendong adik kelasnya membawanya ke ruang uks. Ruang uks sedang kosong tidak ada yang berjaga, Alex memutar otaknya akhirnya mengambil keputusan membawa ke rumah sakit. Alex merogoh saku celana mengambil ponsel menghubungi salah satu temannya.
"Halo Lex ada apa?"
"Bil bilangi ke yang lain, gue mau keluar ada urusan."
"Lo mau keluar kemana?"
"Ke rumah sakit."
"Hah! Rumah sakit, ngapain? Siapa yang sakit?"
"Nanti aja gue ceritain, sekarang gue mau cepat-cepat ke rumah sakit."
Alex mematikan sambungan telpon secara sepihak. Alex menggendong adik kelasnya membawa masuk ke dalam mobilnya. Alex mengendarai mobil dengan kecepatan, agar cepat sampai di rumah sakit.
Dalam waktu 15 menit mobil Alex tiba di depan rumah sakit. Alex kembali menggendong adik kelasnya, membawa masuk ke dalam.
"Suster tolong," teriak Alex panik.
Suster membawa berangkar dan Alex perlahan merebahkan gadis dalam gendongan. Alex bantu mendorong berangkar sampai masuk ke ruang UGD.
"Maaf adik silahkan tunggu diluar, biar dokter bisa melakukan pemeriksaan," ucap suster menghalangi Alex. Memintanya menunggu diluar.
Di dalam telah ada dokter Asyraf yang sedang melakukan pemeriksaan ternadap pasien yang sudah amat dikenalnya.
"Kamu pasti berpanas-panasan sehingga menyebabkan mu kelelahan dan akhirnya tumbang. Mengapa kamu susah sekali diberitahu, badan kamu tidak sekuat yang dulu Alesha, kamu cuma punya satu ginjal untuk bertahan hidup,
seorang dokter cuma bisa memprediksi, tapi kematian sesungguhnya hanya yang maha kuasa yang mengetahui takdir kita. Saya akui kamu adalah gadis yang kuat, rela mengorbankan apapun yang kamu miliki demi saudara mu agar tetap hidup sehat," tutur dokter Asyraf sampai merasakan sesak didadanya, setiap melihat wajah pucat pasien kecil harus dirawat inap dirumah sakit.
"Kunci satu-satunya agar keadaan mu kembali kaya dulu adalah melakukan transplantasi ginjal, tapi itu enggak semudah yang dibayangkan Alesha, karena kita harus mencari donor ginjal yang cocok." lanjut dokter Asyraf bicara sendiri, suster yang merupakan assisten cuma bisa menjadi pendengar.
Suster yang merupakan assisten dokter Asyraf adalah suster Citra Lescya. Suster Citra tahu seberapa perhatian dan sayangnya dokter Asyraf pada Alesha sang pasien. Setiap memeriksa keadaan Alesha atau melakukan cuci darah, dokter Asyraf selalu sedih. Tetapi akan berubah pura-pura ceria, saat Alesha sadar, suster Citra mengerti bahwa dokter Asyraf memahami situasi dan kondisi Alesha. Kadang suster Citra sendiri yang melihat keadaan Alesha pun ikut merasakan apa yang dialami gadis kecil itu.
...🥀🥀🥀...
To be continue. . .
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian yaitu vote, like, comennt dan gifts agar author semakin semangat updatenya.
Yuk follow ig author : @dianti2609
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Ni nyoman Sukarti
semangat author, ditunggu lanjutannya 👍🙏
2022-07-23
1
Raya S
kasihan Queen ,semoga cpt sembuh
2022-07-22
1
Indah Yuli
lanjuttttt
2022-07-19
1