TINGGAL TERPISAH

"Tu..tuan"

"Jawab !" bentak Zio pada Jihan. Jihan terkejut saat mendapat bentakan dari Zio.

Jihan yang sedari kecil tak pernah mendapatkan bentakan dari orang tuanya menjadi geram karena Zio. Ia menatap tajam Zio tak terima jika Zio berbicara kasar padanya.

"Tidak perlu membentakku Tuan, aku akan menjawabnya jika kau bertanya baik-baik padaku"

Zio seakan tak percaya jika Jihan berani melawannya. "Oh kau berani melawanku ya ?!"

"Kenapa memangnya aku tidak takut padamu, ingat walaupun kita sudah menikah bukankah kau tidak menginginkan pernikahan ini bahkan kita tidak boleh mencampuri urusan kita masing-masing. Dan satu lagi, Tuan tenang saja aku tidak akan membocorkan pernikahan ini. Karena suatu keuntungan bagiku, bukan ? aku akan terus dianggap seorang gadis yang belum menikah" cecar Jihan panjang lebar.

Zio tersentak kaget ia semakin tak percaya jika Jihan berbicara seperti itu padanya.

"Oh, baguslah kalau mengerti posisimu sekarang. Ingat aku tidak akan pernah datang kerumah ini lagi, nikmatilah saja kasih sayang yang diberikan oleh kedua orang tuaku" Zio menuju ruang ganti dan mengambil beberapa pakaian baru miliknya ia berniat tinggal diapartemen saja.

Jihan yang melihat suaminya keluar dari ruang ganti dengan membawa koper berukuran sedang. Langsung menghentikan Zio yang hendak keluar dari kamar mereka.

"Tuan, kau mau kemana ?"

"Bukan urusanmu !"

"Tapi apa yang harus ku katakan pada Mama dan Papa jika Tuan pergi ?"

Zio berbalik dan melangkahkan kaki ke hadapan Jihan. "Kau bilang saja aku pergi ke Jepang kerena urusan bisnis" Zio kemudian pergi meninggalkan Jihan dan pergi menuju apartemennya.

Jihan yang melihat mobil suaminya itu keluar dari halaman rumah, merasa sedih dan juga senang karena tak lagi berhadapan dengan suami yang dingin dan datar.

"Baguslah jika ia pergi, aku akan tenang menjalani hari-hariku. Dasar suami kulkas" gerutu Jihan kemudian ia tertidur lelap tanpa memikirkan suami kulkasnya itu.

.......

Zio kembali ke apartemennya ia merebahkan dirinya disofa ruang tamu. Sekelebat ucapan Jihan tadi mampu mengusik pikirannya. Namun ia dengan cepat merasa tak peduli lagi dengan Jihan.

"Iya mungkin lebih baik tinggal terpisah, lagi pula aku tidak ingin Cindy tahu kalau aku sudah menikah" Zio semakin frustasi berada disituasi yang begitu rumit baginya.

Zio merogoh saku celananya mencoba menelfon Cindy, sedari tadi siang ia menelfon calon istrinya itu tapi tak kunjung diangkat.

"Halo" telpon tersambung

"Sayang kau dimana, aku menelfonmu dari tadi siang tapi tidak kau angkat"

"Ah...maafkan aku, aku ada pemotretan" balas Cindy.

"Apa kau sudah pulang, aku akan ke apartemenmu sekarang"

"Jangan, aku belum pulang. Besok saja okey, karena aku sedang diluar kota. Sudah aku tutup dulu ya, Da..muaach"

Telpon dimatikan sepihak oleh Cindy, Zio menatap nanar telfonnya yang tak tersambung lagi dengan calon istrinya itu. Semakin lama Cindy semakin sibuk dengan karirnya. Padahal mereka akan menikah dalam waktu dekat.

Tanpa ia sadari Cindy bermain api dibelakang Zio. Cindy berselingkuh dengan Gabriel CEO agensi yang dinaunginya untuk mendobrak karirnya semakin gemilang sampai saat ini. Bahkan Cindy saat ini sedang melakukan percintaan panas dengan Gabriel disebuah hotel.