Dagger taring serigala perak
Durabilitas: 500
Strength: 35
Luca mendapatkan dagger yang bagus dalam sekali percobaan sintesanya. Terlebih, dagger itu memiliki kualitas yang tak kalah dari dagger yang berharga sepuluh ribuan.
Engineering Lv 1 --> Lv 2
Dan level skill engineering Luca pun turut meningkat.
Luca lantas menatap ke arah sisa waktu yang disediakan oleh sistem, 2 menit 41 detik, dan terus saja menghitung mundur.
“Kalau begini, waktunya tidak akan cukup untuk menemui Paman Heisel. Yah, lagipula aku akan punya banyak waktu untuk menemuinya setelah quest ini selesai. Ayo sistem, aku siap. Aku berharap kalau lawan quest kali ini benar-benar takkan lagi mengecewakanku.”
“Ning nung ning ning, ning nung ning ning.” Tiba-tiba terdengar bunyi alarm jadul seperti bunyi bel kelas zaman dulu ketika kelas akan kembali dimulai.
Perhatian! Sekarang telah menunjukkan pukul 00.00 tepat untuk Kota Jakarta dan sekitarnya. Bagi pemain yang masih di bawah umur yakni yang berusia kurang dari 18 tahun, sistem akan menutup otomatis akunnya sampai pukul 08.00 besok pagi.
Dikarenakan ada aturan kesejahteraan anak, sistem menjamin bahwa anak di bawah umur akan memperoleh hak kesejahteraannya dengan pembatasan waktu bermain game. Harap dimaklumi.
Bagi yang sementara melaksanakan quest yang tak boleh terputus, jangan khawatir karena sistem telah menyediakan kebijakan khusus untuk dapat melanjutkannya setelah jam larangan bermain game bagi anak di bawah umur berakhir tanpa adanya penalti sedikit pun.
Seketika pandangan di hadapan Luca memburam. Rupanya kesadarannya telah ditransfer kembali ke dunia nyata.
“Ah, padahal aku lagi semangat-semangatnya. Tapi yah, bagus juga. Soalnya memang aku sudah sangat ngantuk sekarang.”
“Puak.” Luca dengan cepat membuang badannya ke kasur yang ada di sebelah meja komputernya itu. Tak berapa lama kemudian, pemuda itu pun tertidur.
“Luca. Luca. Luca!” Sebuah sahutan sembari menggoyang-goyangkan tubuhnya lantas kembali menyadarkan Luca dari tidurnya.
“Duh, kamu ini. Habis bangun subuh, lantas tidur lagi. Jangan mentang-mentang ini hari minggu, jadi kamu bisa santai seperti ini. Kamu harus keluar jalan-jalan dong supaya sehat. Lihat, sekarang sudah jam 11. Ayo cepat makan siang sana, kamu kan tadi belum sempat sarapan. Habis itu ikut aku jalan-jalan di mall. Kebetulan aku mau beli beberapa persediaan makanan untuk masak sebentar, soalnya makanan di kulkas sudah pada habis.”
Rupanya yang membangunkan Luca dengan suara kerasnya tidak lain adalah Nina.
“Hmm. Baik, Kak Nina. Tapi aku mau mandi dulu.” Jawab Luca yang masih mengantuk.
“Ya sudah, sana cepat mandi. Aku tunggu di bawah ya, di meja makan.”
“Siap, Kak Nina.”
Nina pun meninggalkan kamar Luca sementara Luca tengah bersiap-siap.
Sekitar pukul 12 siang lewat sedikit, mereka pun meninggalkan rumah dengan mengunci pintu persoalan kedua orang tua Nina belum datang juga sejak kemarin malam karena kesibukan masing-masing di tempat kerja. Jadilah Nina seorang diri yang mengurus sarapan dan makan siang kala itu.
Nina dan Luca memilih berjalan kaki untuk menuju ke supermarket karena jaraknya yang cukup dekat dari rumahnya, di samping Luca bisa menikmati pemandangan sekeliling kota.
Namun, mungkin karena ini pengalaman keduanya keluar rumah, Luca tidak lagi tampak seantusias di hari pertamanya dalam mengamati pemandangan sekeliling. Tetapi begitu memasuki supermarket, tampak Luca sangat penasaran dengan berbagai macam makanan dan minuman, juga berbagai barang belanjaan lain di supermarket yang disusun rapi secara beraturan berdasarkan jenisnya.
Nina dan Luca pun berjalan keluar meninggalkan supermarket. Karena mungkin barang bawaan yang berat perihal Luca banyak merengek untuk dibelikan berbagai macam cemilan manis, di tengah perjalanan, Nina tampak tak sanggup lagi membawa barang belanjaannya. Dia pun beristirahat sejenak di salah satu pinggiran taman.
“Hah, hah, aku lelah. Kita istirahat di sini dulu ya, Luca.”
“Tampaknya barang bawaan Kakak berat. Sini, biar giliran aku yang membawanya, Kak.”
Luca khawatir dengan Nina yang tampak keletihan karena membawa barang yang cukup berat. Terlebih, itu semua salah Luca yang minta dibelikan banyak cemilan manis sehingga barang bawaan Nina pun jadi menumpuk.
Nina hanya menggeleng seraya tersenyum.
“Tidak perlu, Luca. Kakak masih sanggup membawanya. Lagipula mana mungkin aku menyuruh anak sekecil seperti kamu untuk membawanya.”
Luca sedikit kesal dengan perkataan Nina yang menganggapnya sebagai anak kecil dan ingin mengomentarinya. Namun, Nina keburu mengucapkan kalimat selanjutnya.
“Tidak usah pedulikan aku. Kamu sendiri bagaimana, Luca? Kotanya indah kan? Di sini, kamu tidak perlu lagi mengkhawatirkan soal perang karena di sini adalah tempat yang damai. Maka nikmatilah hari-harimu dengan penuh kebahagiaan.” Ujar Nina seraya menatap penuh empati ke arah Luca.
Nina masih salah paham tentang asal Luca. Tapi kurang lebih dunia di dalam game, tempat asal Luca itu juga memang bisa disamakan dengan daerah rawan perang, tidak ada waktu untuk hidup dengan santai karena setiap hari harus memperhatikan keselamatan nyawa.
Oleh karena itu, begitu Nina mengucapkan kalimat itu, hati Luca tersentuh. Luca pun menjawab,
“Iya, Kak Nina. Terima kasih.” Ujar Luca dengan penuh ketulusan.
“Ah hah, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa ini semua salahmu sehingga kita sampai membeli barang sebanyak ini yang membuatku jadi kesulitan untuk membawanya. Sebagai hukumannya, kamu belikan aku di minimarket sana sebuah cola, C-O-L-A.” Ujar Nina menyuruh Luca sembari menunjuk minimarket yang ada di belakangnya.
“C. O. apa?” Sayangnya, bersamaan dengan Nina mengucapkan bagian terakhir kalimatnya itu, ada mobil dengan suara berisik yang lewat sehingga Luca tak sanggup untuk mendengarnya dengan jelas.
“Sudah, sana, Luca, Kakak tunggu ya!”
“Baik, Kak.”
Nina sama sekali tidak menyadari hal itu dan Luca pun terlalu malas untuk menanyakannya kembali. Jadilah dia hanya mengambil uang Nina lantas segera berangkat ke minimarket.
Luca pun memasuki minimarket.
Karena Luca tidak tahu jenis barang apa itu padahal yang dimaksud Nina adalah barang yang sama yang sudah membuat Luca merengek untuk dapat meminumnya kemarin, hanya saja dia kurang jelas dalam mendengar ucapan Nina barusan.
Jadilah Luca bertanya ke kasir dengan polosnya.
“Maaf Kak, apa di tempat ini ada yang jual C.O.?”
Sontak kedua kasir yang kebetulan berjaga di minimarket itu terperangah dengan mata terbelalak tak percaya, melihat anak sepolos Luca membeli barang dewasa sesat itu. Tetapi mereka segera berpikir, “Oh, mungkin orang tuanya atau kakaknya yang liar yang menyuruhnya membelinya.”
Jadilah Luca membeli barang itu tanpa mengetahui jenis barang tersebut. Dengan polosnya, dia lantas membawanya ke Nina.
Begitu melihat anak yang terlihat sangat polos itu membawa barang dewasa sesat itu kepada Nina, mata kedua kasir minimarket kembali terbelalak kaget sembari menatap Nina seolah Nina adalah suatu keberadaan yang menjijikkan.
Nina mulai curiga bahwa pasti ada sesuatu yang tidak beres yang telah dilakukan oleh Luca. Dan keyakinannya itu terbukti ketika melihat barang yang salah dibeli oleh Luca itu.
“Luca, barang sesat apa yang sudah kamu beli ini?!” Nina akhirnya menyesal telah menyuruh anak polos [bodoh] itu untuk berbelanja sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
Semau Gue
..oooO..............
...(....).....Oooo...
....\..(.......(...)....
.....\_).......)../.....
...............(_/......
2023-04-06
1
farway
sus.
2022-10-18
1
Myoui
CO...REK Api.. mungkin dikira Nina mau merokok 🗿
2022-09-08
1