Dengan perasaan senang karena diberikan uang saku yang sangat banyak oleh ayahnya, Nina keluar rumah bersama Luca lantas membawanya bersama ke salah satu warnet besar di kotanya itu, Warnet Zion.
Dengan perasaan yang sangat antusias, Luca melihat sekeliling. Banyak hal yang menarik perhatiannya, mulai dari crane game, permainan billiard, permainan lempar darts, dan sebagainya. Tetapi dari semua itu, yang paling menarik perhatiannya adalah tidak lain TV digital yang ada di dekat sang penjaga warnet.
“Hei, Kak Nina, Kak Nina. Ada bangsa kurcaci di dalam kotak tipis itu. Mengapa mereka dikurung di dalam dan bagaimana mereka muat padahal kotaknya sangat tipis?” Tanya Luca dengan polos.
Nina menatap sejenak ke arah Luca dengan ekspresi yang serius.
“Ibu bilang bahwa Luca adalah anak dari kerabat jauh Ibu, tetapi apa mungkin Luca tinggal di tempat yang belum terjamah teknologi seperti televisi? Memang apa masih ada tempat seperti itu di bumi?” Gumam Nina dalam hati.
Dia pun menanggapi serius pertanyaan Luca tersebut.
“Itu dinamakan televisi. Yang kamu lihat di dalamnya itu hanya gambar yang direkam. Orang-orang aslinya tidak berada di dalam. Tapi memang ada teknologi lho di mana sekarang kita dapat terhubung ke dunia virtual, semacam masuk ke dalam kotak seperti itu, mirip seperti yang kamu bilang barusan. Kebetulan aku memang berencana ke sana. Ayo ikut, Luca. Pasti menyenangkan.”
Luca hanya bengong dengan ekspresi kagum di wajahnya mendengarkan penjelasan Nina. Sebenarnya Luca sama sekali tak paham apa yang dikatakan oleh Nina, hanya saja cara Nina menjelaskannya dengan senyumnya yang menawan, membuat Luca terpukau.
Nina berlari sembari memegangi tangan Luca bersamanya. Mau tidak mau, Luca pun ikut berlari menyamakan pace-nya dengan Nina.
“Ini dia tempatnya. Syukurlah, pertandingan e-sportnya baru saja akan dimulai. Pertandingan hari ini adalah Tim White Star vs Tim Silver Hero. Aku sangat mengagumi Tim White Star, terutama dengan adanya Tuan Malik di tim tersebut. Walaupun dia hanya orang kedua di timnya, tetapi cara bertarungnya itu sangat memukau, terlebih wajahnya yang tampan… Ah, membuat hatiku tak berdaya karenanya.”
Luca hanya menyaksikan tingkah Nina dalam diam sembari memperhatikan baik-baik wajah Malik yang dikagumi Nina tersebut yang memang dia akui sedikit tampan, tetapi membuatnya bertanya-tanya mengapa Nina sampai memujanya seperti itu padahal menurut Luca, dirinya masihlah lebih ganteng.
“Etto, pertandingan e-sport tahun ini diikuti oleh 38 tim profesional. Dua terbaik nantinya akan dikirim mewakili Indonesia di ajang pertandingan e-sport internasional. Babak penyisihan dibagi ke dalam delapan grup dan Tim White Star masuk ke grup G bersama dengan Tim Silver Hero, Tim Passionate, dan Tim Wolf Fang.”
“Hasil skor sementara dalam 3 pertandingan adalah White Star memimpin dengan skor 6, disusul oleh Silver Hero dengan skor 3. Sementara Tim Passionate dan Tim Wolf Fang masih belum mendapatkan skor. Jika White Star menjamin kemenangannya hari ini, bisa dipastikan Tim White Star-lah yang akan mewakili grup G ke babak semifinal.”
Ujar Nina menjelaskan kepada Luca dengan antusias, walaupun orangnya sendiri lebih sibuk memperhatikan minuman cola yang dibawa orang-orang.
“Kak Nina, Kak Nina, aku juga mau itu.” Ujar Luca kepada Nina sembari menunjuk ke arah mesin otomatis penjaja minuman cola.
“Yah, baiklah. Akan kubelikan. Tapi kamu harus janji padaku kalau kamu akan bersikap baik ya.”
“Iya, aku janji Kak.” Jawab Luca datar.
Sesuai janjinya, Luca pun berdiri dengan tenang sembari menyantap minuman cola-nya di belakang Nina yang tengah asyik menonton jalannya pertandingan pertama, antara orang nomor lima Tim White Star terhadap orang nomor lima Tim Silver Hero.
“Ah, lidahku kesemutan.” Gerutu Luca pada saat pertama kali mencoba minuman cola.
“Ah, kamu kenapa, Luca?” Mendengar gerutuan Luca yang tidak bisa dia dengar dengan jelas karena kebisingan ruangan, Nina pun berbalik ke arah Luca.
Akan tetapi, justru yang dilihatnya adalah seseorang yang paling terakhir ingin ditemuinya itu di hari bahagianya. Dialah senior Nina di sekolahnya, anak kelas 3 SMA anggota tim inti e-sport sekolahnya, Areka.
Tampak dia melihat Nina dengan pelototan mata yang sampai-sampai akan melubangi kepala Nina dengan ekspresi yang begitu kesal.
“Geh.” Ujar Nina menunjukkan ketidaksukaannya sembari kembali berbalik ke depan, pura-pura tidak melihat apa-apa.
“Kamu lagi-lagi membuang-buang waktumu di sini sembari bermimpi ingin menjadi pemain e-sport. Dengar, kamu itu tidak berbakat, jadi tidak pantas berada di sini. Sampai kapan pun kamu tidak akan bisa menjadi pemain e-sport dengan bakatmu yang sampah itu. Jadi tidak usah sia-siakan waktumu. Cepat keluar saja dari sini dan jangan merusak pemandangan!”
Kata-kata kasar dari Areka itu lantas membuat perasaan Nina sangat terluka. Diapun meringis sedih dan tanpa sengaja membuat matanya berkaca-kaca.
“Senior selalu saja sok hebat mentang-mentang Senior adalah anggota tim inti e-sport sekolah. Kalau kamu memang segitu hebatnya, ayo kita berduel. Jika kamu kalah, maka aku akan mengambil tempatmu sebagai anggota tim inti e-sport sekolah tersebut.” Teriak Nina dengan kesal kepada Areka.
“Baiklah, aku terima tantanganmu. Tapi bagaimana jika aku menang? Apa kamu bersedia untuk tidak bermimpi lagi menjadi pemain e-sport?” Areka pun tambah memprovokasi Nina.
“Hei, Areka, itu keterlaluan. Bagaimana kamu bisa mempertaruhkan posisimu di tim inti e-sport sekolah kita? Pertaruhannya terlalu besar.” Teman Areka yang datang bersamanya pun mencoba menenangkan Areka agar tidak bertindak gegabah.
“Kamu pikir gadis kikuk yang sudah bermain The Last Gardenia sejak dibukanya bulan lalu, masih terjebak di level 7 bisa mengalahkan aku?”
“Ya, itu sih, tidak mungkin.”
Tampak Nina berupaya sekuat tenaganya menahan kesal akibat hinaan yang diterimanya dari dua orang anggota tim inti e-sport di sekolahnya itu. Dia sendiri sadar bahwa dirinya saat ini tidak mungkin mengalahkan Areka. Tetapi melihat dirinya dihina oleh orang yang angkuh di hadapannya itu, dia sangat tidak terima.
Hingga tanpa sadar, keluarlah ucapannya, “Baiklah, aku terima tantanganmu. Aku pasti akan mengalahkanmu, sialan!”
“Ah, kamu sudah bilang kan. Jangan sampai kamu lupa janjimu untuk keluar dari circle e-sport jika kamu kalah.” Ujar Areka dengan ekspresi merendahkan seakan melihat seekor anjing liar yang ketakutan di hadapannya.
Pikiran Nina kosong kala itu. Baginya, e-sport adalah tujuan hidupnya. Dan dia tidak ingin hal itu direnggut darinya. Namun, dia telah terlanjur mengumbar janji.
Akan tetapi, di kala itulah Luca maju ke hadapannya.
“Kakak, kamu baru saja membuli Kak Nina kan? Aku sebenarnya kurang mengerti apa yang kalian bicarakan, tapi kurang lebih, itu soal duel kan? Biar aku saja yang menggantikan Kak Nina melawanmu. Akan kupastikan, kamu tidak akan bisa bersikap sombong lagi seumur hidupmu dan meringkuk malu dalam penghinaan dengan mengalahkanmu sampai babak-belur.”
Luca pun melindungi Nina dari Areka seraya menatap wajah jahat sang senior dengan tatapan amarah yang membara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
Semau Gue
..oooO..............
...(....).....Oooo...
....\..(.......(...)....
.....\_).......)../.....
...............(_/......
2023-04-06
1
budi setia(satu)
Jutaan orang bahkan tidak menyadari bahwa mereka dapat menghasilakan 1000 rupiah sehari tanpa meninggalkan rumah dan anda adalah salah satunya
2022-09-22
0
꓄ꋬꋊꉣꋬ ₦₳₥₳♛⃝꙰𓆊
game Mlbb FF atau pubg?
2022-09-11
2