The Newbie Is Too Strong
Masih terngiang dengan jelas di ingatanku tentang kejadian sepuluh tahun yang lalu di hari itu. Kala itu, aku beserta ayah dan ibuku tengah asyik-asyiknya bermain di suatu padang rumput yang luas. Namun tiba-tiba, retakan di langit terlihat lantas menarik dan menelan ayah dan ibuku ke dalamnya. Di saat itulah, kudengar ayahku berucap,
“Luca, bertahan hiduplah sampai retakan langit berikutnya tiba di tempat ini lalu susullah ke tempat kami berada.”
Setidaknya, itulah yang dikatakan oleh ayahku sebelum akhirnya mereka berdua lenyap ditelan oleh langit.
“Suatu saat retakan langit akan tiba di tempat ini kah? Namun, sudah sepuluh tahun aku menunggunya sejak itu, belum juga terlihat sedikit pun tanda-tanda retakan langit berikutnya akan tiba.” Gumamku dalam hati.
Yah, palingan hari ini juga takkan muncul. Sebaiknya kusudahi dulu penantianku untuk hari ini pula. Aku harus segera bekerja, soalnya aku takkan bisa makan hari ini jika tidak bekerja.
Dengan perasaan hampa seperti hari-hari biasanya, menunggu penantian yang tak kunjung datang itu, aku pun meninggalkan padang rumput tersebut lantas bergegas ke guild untuk bekerja.
Ada sepuluh guild di daerah netral bernama Gardenia ini yakni guild swordmen, fighter, shielder, mage, archer, assassin, scout, tamer, cleric, dan alchemist. Aku adalah seseorang yang bekerja pada guild assassin. Asal kalian tahu, walau umurku masih terbilang belia yang baru masuk 15 tahun, aku sudah menduduki posisi yang cukup penting di guild kami, yakni sebagai wakil kapten.
Yah, walau bisa dibilang, tugasku tidak ubahnya seperti kacung sang kapten yang senantiasa mengurusi segala keperluannya, dan itu tidak sebatas sebagai asistennya di dalam guild saja, melainkan aku juga harus mengurus segala keperluan pribadinya di rumah. Singkatnya, aku adalah pembantu serba-bisa sang kapten.
Namun tak mengapa, soalnya sang kapten telah begitu berjasa bagiku. Sejak kedua orang tuaku tertelan ke langit, dialah yang menggantikan kedua orang tuaku untuk merawatku. Padahal aku bukanlah siapa-siapanya. Dia murni mengurusku karena perasaan simpati.
Wajar saja, setidaknya aku harus membalas budi dengan menjadi pengurusnya seperti ini yang sejak naik jabatan menjadi kapten guild delapan tahun yang lalu, dia tampak selalu disibukkan dengan berbagai urusan guildnya bahkan sampai lupa makan dan tidur. Dan mungkin karena disibukkan untuk mengurusku waktu kecil dulu, dan kini oleh urusan guild, sampai sekarang, sang kapten pun belum juga menikah di usianya yang sudah menginjak 43 tahun.
“Wah, seperti biasa, kantor guild diramaikan oleh para wanderer.” Ujarku dengan begitu antusiasnya melihat jibunan wanderer assassin yang mendaftarkan misi di guild atau sekadar ingin berlatih untuk meningkatkan kemampuan saja.
Wanderer, itulah istilah buat mereka, yang selalu muncul entah darimana, kemudian juga menghilang entah ke mana. Tidak jelas asal-usul mereka. Mereka secara tiba-tiba saja mulai bermunculan sekitar sebulan yang lalu. Namun mereka punya suatu kelebihan yang amat mengerikan, yakni ketika mereka tewas dalam pertempuran, mereka akan otomatis hidup kembali lantas tersummon di altar guild.
Bisa dibilang mereka itu abadi. Karena bakat mereka yang spesial itu, kebanyakan misi berbahaya yang bisa mengancam nyawa seperti membunuh monster level tinggi atau inspeksi daerah berbahaya, diserahkan kepada mereka.
Satu hal yang membuatku heran kepada mereka adalah kata-kata tak lazim yang sering aku dengarkan lewat mulut mereka, terutama bagaimana mereka memanggil antara rekan sesama wanderer mereka dan kepada kami warga pribumi. Player dan NPC, suatu istilah yang sangat asing di telingaku.
Hari ini, sang kapten, Paman Heisel, sebenarnya menugaskan aku untuk mengurus masalah pendaftaran misi para wanderer. Tetapi ada satu hal yang membuatku terganggu, yakni tentang salah satu laporan tim wanderer yang masuk pada kami yang menyatakan bahwa adanya retakan di langit di daerah Kerajaan Symphonia di barat laut Gardenia yang menelan puluhan ternak di sana.
Aku tidak berharap banyak karena retakan langit itu jauh dari tempat di mana retakan langit yang merenggut ayah dan ibuku berada. Tetapi seandainya saja, seandainya saja kedua retakan langit itu adalah sama, mungkin saja itu benar-benar dapat membawaku ke tempat di mana ayah dan ibuku berada.
Karena penasaran, kubulatkanlah tekadku untuk mengikuti misi ini, alih-alih kuserahkan kepada wanderer tanpa sepengetahuan Paman Heisel. Aku pun meminta tolong kepada Kak Derickson, salah satu anggota guild yang memang sudah sering mengurusi masalah administrasi guild berdua denganku, untuk menggantikan aku hari itu menangani sisa wanderer yang belum mendapatkan misinya.
Lantas, di hari itu juga aku mengikuti misi tersebut bersama dengan para wanderer dari guild lain, yakni misi pengintaian tentang penyebab munculnya retakan langit di Kerajaan Symphonia tersebut.
Misi kali ini diikuti oleh perwakilan lima orang dari masing-masing guild berbeda.
“Hai, aku Weckingpeach, player dari guild Swordman, level 21. Salam kenal.” Seorang wanderer wanita pun memperkenalkan dirinya dengan ceria.
“Aku Naoya, player dari guild Shielder, level 23. Salam kenal juga.” Dilanjutkan oleh perkenalan seorang wanderer pria dengan muka yang agak sedikit jutek.
“Aku Bentong, dari guild Creric, level 22. Mohon bantuannya.” Kali ini perkenalan dilakukan oleh wanderer pria yang berpenampilan sedikit lebih muda dengan tampak kikuk, namun ramah.
“Aku Chilivish dari guild Mage, spesialisasiku jurus api dan angin, level 21. Salam kenal.” Kemudian yang terakhir memperkenalkan diri adalah wanderer wanita yang berpenampilan mbak-mbak dewasa yang cantik tersebut.
Selesai mereka semua memperkenalkan diri, tibalah giliranku yang kali ini memperkenalkan diri, “Halo, aku Luca dari guild assassin.” Ujarku singkat.
Bukannya aku ingin merahasiakan kemampuanku atau bagaimana, hanya saja memang aku sama sekali tidak mengerti apa yang diucapkan oleh para wanderer ini, jadi aku tak dapat banyak bicara, terutama tentang apa yang mereka sebut sebagai level itu.
“Eh, kamu level 65? Itu bohong! Game ini baru mulai dimainkan sekitar sebulan yang lalu. Aku saja yang memainkan game ini sekitar 4 jam sehari baru bisa mencapai level 21. Jangan bilang kalau kamu tidak pernah berhenti memainkan gamenya sejak dirilis?” Ujar Chilivish tampak heran dengan sesuatu yang disebutnya sebagai level dan game itu terhadapku.
“Tidak, Chilivish. Lihat keterangan di atas namanya.” Ujar Weckingpeach sembari menunjuk sesuatu di atas kepalaku yang sama sekali tak terlihat ada apa-apa di mataku.
“Bohong, dia NPC?” Ujar sekali lagi Chilivish tampak kaget yang entah mengapa ketiga pemain lain juga ikutan kaget karenanya.
Karena kekesalan akibat ketidaktahuanku yang sudah memuncak sampai di ubun-ubun itu, aku pun berteriak dengan kesal, “Ah, sudah cukup dengan level dan NPC. Sebenarnya apa maksud dari kata-kata itu?”
Baik Chilivish maupun Weckingpeach tampak masih dengan ekspresi yang shok tersebut sehingga tidak dapat menjawab pertanyaanku. Justru yang menjawab pertanyaanku adalah orang yang tadi kuanggap paling jutek di antara mereka. Dialah Naoya.
“Anu, Dek Luca. Sebenarnya, kita ada di dunia game. Dan istilah NPC itu mengacu pada penduduk asli dunia game. Sementara level itu adalah ukuran kekuatanmu, semakin tinggi levelmu, maka semakin hebat dirimu. Karena levemu adalah 65, yang nilainya hampir tiga kali lipat dari punyaku, itu berarti kamu itu sangat sangatlah hebat, Dek Luca.”
Aku selama ini berada di dunia game? Apa yang orang ini katakan? Lagipula game itu apa? Aku sama sekali tidak paham penjelasannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
Semau Gue
..oooO..............
...(....).....Oooo...
....\..(.......(...)....
.....\_).......)../.....
...............(_/......
2023-04-06
2
~Kepala Kampung~
bismillah Thor kita baca ulang ... dulu cuma ad 60 eps sengaja nabung dan Yap udh 200 :))
2023-02-21
1
Mat Grobak
👍👍👍
2022-11-10
1