Mengakrifkan mata tembus pandang Reinar dengan mudah melewati lebatnya hutan di tengah gelapnya malam. Terus berlari hanya dalam lima menit dia sampai di tempat orang yang sedang bersantai diantara pepohonan besar.
“Mereka ada delapan belas orang.” Mata Reinar melihat tato di lengan beberapa orang.
“Tato ular kobra berwarna merah. Ternyata mereka anggota asosiasi pembunuh bayaran Red Cobra.”
Reinar merasa senang melihat keberadaan mereka karena dia bisa mendapatkan pundi-pundi kekayaan dengan membunuh anggota asosiasi pembunuh bayaran Red Cobra.
Jika nyawa satu orang dari mereka bisa memberinya uang sebanyak sepuluh miliar, delapan belas orang artinya sebentar lagi akan ada uang sebanyak seratus delapan puluh miliar masuk ke dalam rekeningnya. Jumlah uang yang sangat besar untuk menghargai nyawa para penjahat.
Melihat mereka masih belum menyadari keberadaannya, Reinar dengan tenang berjalan ke tempat mereka. Langkah kaki tanpa menimbulkan suara dan ditambah gelapnya malam membuat keberadaan Reinar tak terdeteksk oleh mereka yang sebenarnya sudah terlatih menghadapi musuh dalam kegelapan.
Mengeluarkan satu belati yang merupakan salah satu perlengkapan anggota pasukan elite, Reinar mendekati anggota asosiasi Red Cobra yang berada paling jauh dari yang lainnya.
Setelah membekap mulut orang itu, Reinar langsung memotong leger orang itu menggunakan belati di tangannya. Dengan darah yang mengalir deras, tak sampai dua menit orang itu mati setelah sebelumnya kejang-kejang.
“Satu beres, tinggal tujuh belas.” Reinar pergi ke tempat lainnya tanpa ada yang menyadari pergerakannya.
Melihat satu orang anggota asosiasi Red Cobra pergi dan kelihatannya dia ingin buang air kecil, Reinar pergi mengikuti orang itu, dan saat terdengar sudara gemricik air dia membekap mulut orang itu dan belati di tangannya kembali menjadi eksekutor.
Dua telah tumbang, tersisa enam belas orang tapi Reinar sudah mendapatkan dua puluh miliar dari membunuh dua orang anggota asosiasi Red Cobra. “Lima menit dua orang, kalau semua lancar, tidak sampai satu jam seharusnya aku berhasil membunuh mereka semua.”
Reinar kembali mencari celah. Saat melihat dua orang mengobrol di tempat gelap yang cukup jauh dari yang lainnya, dia tidak menyia-nyiakan kesempatan. Dengan pergerakannya yang cukup cepat di tengah kegelapan malam, hanya dalam hitungan detik dia telah sampai di belakang keduanya.
“Bugh... Bugh...” Reinar memukul keduanya di area belakang kepala, dan berhasil membuat keduanya pingsan tanpa sempat berteriak. Setelah keduanya pingsan, belati di tangannya kembali beraksi menjadi eksekutor.
Tiga puluh menit berlalu sudah sebelas orang mati di tangannya dan hanya menyisakan tujuh orang yang mulai merasakan keanehan karena keadaan di sekitar mereka tiba-tiba menjadi hening, dan samar-samar mereka mencium bau amis darah yang semakin lama semakin menyengat.
Menggunakan peralatan kacamata night vision, mereka mencoba mencari keanehan di sekitar, dan pada akhirnya orang-orang yang tersisa melihat kalau sebagian besar anggota mereka telah mati. Sekarang mereka hanya bertujuh, dan sama sekali tidak tahu dengan apa yang sudah terjadi di tengah gelapnya malam.
“Siapapun itu keluarlah dan lawan kami secara langsung! Jangan beraninya menyerang dalam kegelapan!” Salah satu anggota asosiasi Red Cobra berteriak.
“Door... Door...” Suara tembakan terdengar dan dua peluru berhasil merobohkan anggota asosiasi Red Cobra yang baru saja berteriak.
“Satu lagi tumbang. Kalian berenam siapa yang ingin mati lebih dulu?” Reinar bertanya pada enam orang yang terus mencari keberadaannya sambil membentuk lingkaran untuk saling melindungi, tapi yang tidak mereka ketahui, apa yang mereka cari ternyata berada di tengah-tengah lingkaran, yang berada tepat di tengah-tengah mereka.
Merasa suara yang terdengar berada tepat di belakang mereka, semua orang membalikkan tubuh mereka. Akan tetapi, begitu mereka membalikkan tubuh suara tembakan beruntun terdengar, dan hanya dalam satu tarikan nafas semua orang mati dengan satu peluru bersarang di masing-masing kepala mereka.
Melihat sekeliling setelah kematian delapan belas anggota asosiasi Red Cobra, Reinar memastikan tidak ada anggota lainnya yang sedang bersembunyi, dan setelah yakin tidak ada yang bersembunyi Reinar memutuskan mengumpulkan seluruh mayat musuhnya.
“Semoga Bella dan yang lainnya mampu mengatasi kelompok Jefri!” Reinar berharap tidak ada kejadian buruk yang menimpa mereka selama dirinya membereskan anggota asosiasi Red Cobra.
Sementara itu di perkemahan yang suasana sangat hening karena semua orang sudah terlelap dalam tidurnya, terlihat beberapa orang pria mulai memasuki tenda para wanita. Mereka adalah Jefri dan orang-orang nya yang mulai beraksi setelah memastikan semua orang benar-benar sudah tertidur.
Jefri langsung saja menuju tenda Wina, tapi saat melihat Wina yang sedang terlelap, dia ingin menikmati tubuhnya sebagai penutup. “Sepertinya wanita satunya berada di belakang.” Yang di maksud Jefri dengan wanita satunya adalah Bella, dan langsung saja dia masuk ke tenda yang ditempati Bella.
“Pria itu sepertinya adalah kekasihnya, dan dia sudah terlelap dalam mimpi. Hehehe... kebetulan, aku bisa menikmati wanita ini disamping kekasihnya.” Jefri mengira Wulan yang menutupi seluruh bagian tubuhnya menggunakan slimut adalah salah Reinar.
Padahal Wulan sengaja menutupi seluruh tubuhnya menggunakan slimut karena dia tidak ingin terkena cipratan darah setelah Bella menjelaskan rencananya.
Saat Jefri memasuki tenda yang ditempati Bella dan Wulan, Malvin bergegas pergi memasuki tenda yang di masuki teman-teman Malvin.
“Yo, apa kau tidak ingin berbagi wanita itu denganku?” Malvin bertanya pada salah satu teman Jefri yang mulai membuka pakaian eanir pilihannya.
“Ka... kau siapa? Dengan tubuh gemetaran orang itu bertanya.
“Aku hanya pahlawan kemalaman yang kebetulan lewat di tempat ini dan sangat ingin memukuli wajah jelekmu!” Langsung saja Malvin memukul wajah orang itu. Tidak cukup satu kali, tapi dia melakukannya berkali-kali sampai orang itu pingsan.
Setelah itu dia pindah ke tenda lainnya, tapi kali ini sebelum dia memukuli teman Jefri, dia terlebih dahulu merekam apa yang dilakukan teman-teman Jefri, itung-itung sebagai barang bukti tambahan.
Setelah semua teman Jefri berhasil di tangani, kini Malvin pergi ke tenda guru mencari keberadaan dua guru yang memiliki niat kotor pada guru wanita.
Malvin sejenak menghentikan langkah kakinya saat mendengar suara jeritan pria dari tenda yang ditempati Bella dan Wulan. “Pria itu sudah menemui akhir yang sangat buruk.” Malvin hanya bergumam kemudian dia kembali melanjutkan langkah kakinya.
Sedangkan di dalam tenda yang ditempati Bella dan Wulan, Jefri meringkuk kesakitan dengan darah mengalir deras dari area selangkangannya, setelah sebelumnya Bella memotong tiga seperempat milik Jefri yang dalam keadaan tegang.
“Sialan! Mataku ternoda gara-gara melihat milikmu yang hanya sebesar jari kelingkingku!” Bella berteriak lalu dengan sekuat tenaga dia menendang Jefri keluar tenda.
“Akan aku berikan hukuman yang pantas untuk orang sepertimu yang dengan begitu berani menunjukkan benda menjijikkan di hadapanku!” Bella membuat Jefri terlentang lalu tanpa ampun dia menginjak-injak area ************ pria itu.
Tak tahan dengan rasa sakit, Jefri sudah sejak beberapa saat yang lalu kehilangan kesadaran, dan dia bisa saja mati kalau Bella terus menginjak-injak area selangkangannya.
Beruntung Sarah muncul dan menghentikan Bella, tapi tetap saja keadaan Jefri sudah sangat menyedihkan, dan mungkin sedikit saja mendapat injakan nyawanya akan terpisah dari tubuhnya.
Wina sendiri sudah menghubungi pihak kepolisian, dan butuh satu jam untuk mereka sampai di puncak gunung yang sebenarnya bisa dijangkau oleh kendaraan roda empat.
Sementara itu Malvin yang mencari keberadaan dua guru yang berada satu kelompok dengan Jefri, dia menemukan keduanya sedang membuka kancing baju dua guru wanita yang berada dalam satu tenda.
Seperti sebelumnya, Malvin terlebih dahulu merekam mereka sebagai bukti tambahan, dan setelah merasa cukup dengan rekamannya dia masuk ke dalam tenda untuk menghajar dua guru yang sama sekali tidak memiliki dasar beladiri.
Menghadapi mereka yang tidak memiliki dasar beladiri tentu bukan sesuatu yang sulit untuk Malvin yang menguasai beberapa jenis beladiri.
“Beruntung kalian bertemu denganku karena setidaknya, kalian hanya babak belur. Tidak seperti salah satu murid kalian yang sepertinya bernasib sangat buruk karena bertemu dengan iblis wanita.” Menggunakan kedua tangan, Malvin menyeret kedua guru ke tengah-tengah lokasi perkemahan.
“Bagaimana, apa semua sudah kamu selesaikan?” Reinar yang baru datang langsung melontarkan sebuah pertanyaan pada Malvin.
“Aku tidak tahu kamu dari mana, tapi semua sudah selesai, dan tinggal menunggu datangnya pihak kepolisian.” Malvin menjawab pertanyaan Reinar.
“Nanti akan aku ceritakan apa yang baru saja aku lakukan, tapi sebelum itu kamu bisa pergi ke tempat petugas dapur dan menyeret orang-orang di tempat itu ke tempat ini! Mereka masih bagian dari Jefri.” Reinar berkata pada Malvin.
Malvin hanya mengangguk, kemudian dia pergi ke tempat yang berkumpulnya petugas dapur.
[Ding... Berhasil membunuh delapan belas orang anggota asosiasi Red Cobra]
[Mendapatkan hadiah Rp. 180.000.000. Hadiah sudah dikirim ke rekening Tuan]
“Akhirnya muncul juga notifikasi yang sudah sejak tadi aku tunggu. Mendapatkan seratus delapan puluh miliar dalam satu malam. Aku memang tidak memiliki perusahaan atau usaha, tapi aku memiliki banyak uang yang bisa menempatkanku sebagai salah satu generasi muda kaya.” Reinar tersenyum lebar membayangkan seberapa banyak uang yang ada di rekeningnya.
...----------------...
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Apud Tahu
kayanya tadi nolnya ada 10
sekarang ko Kurang.
2025-02-20
0
Muhammad Arsyad
/Facepalm//Facepalm/ bisa aja thor nieh..
sengaja disalah artikan
2024-11-14
0
kwon dae
bro wtf, creepy
2024-10-28
0