Malam harinya suasana perkemahan sangat meriah dengan adanya api unggun dan orang-orang yang secara bergantian bernyanyi dengan iringan suara gitar.
“Bos, semua sudah siap. Mereka semua akan tertidur begitu selesai makan, dan setelahnya Bos bebas memilih wanita mana yang ingin Bos nikmati lebih dulu.”
“Aku hanya menginginkan Wina dan dua wanita yang mengawalnya, selebihnya kalian bebas melakukan apapun pada mereka!” Jefri adalah orang yang dipanggil bos, sedangkan yang memanggilnya bos adalah tiga pria teman satu kelasnya.
“Jefri, apa kau lupa kalau para guru akan menjadi milik kami?” Burhan guru matematika dan Bayu guru olahraga muncul di tenda Jefri tempat mereka melakukan pertemuan.
“Bapak-bapak sekalian tentu aku tidak lupa. Mereka juga sudah tahu kalau seluruh guru malam ini sepenuhnya milik Bapak-bapak sekalian.” Teman-teman Jefri menganggukkan kepala mendengar itu.
“Kalau begitu sebaiknya kalian segera keluar dari tempat ini sebelum membuat curiga murid lainnya!” Burhan merasa tidak aman berkumpul di tempat lain saat yang lainnya sedang berada di tempat api unggun.
Jefri juga merasakan hal yang sama, kemudian mereka bersama-sama pergi meninggalkan tenda tanpa melihat di bagian belakang tenda ada dua orang yang sejak awal ikut mendengar semua pembicaraan mereka.
“Sepertinya aku sudah tau apa yang harus aku lakukan pada orang-orang seperti itu.”
“Apa yang ingin kamu lakukan?” Reinar bertanya pada wanita di sebelahnya yang tak lain adalah Bella.
Keduanya mempercayakan keamanan Wina pada Sarah dan Mapvin saat mereka pergi diam-diam mengikuti kelompok Jefri.
“Aku cukup pura-pura tertidur seperti yang mereka inginkan, lalu sebelum salah satu dari mereka berhasil menyentuhku, aku akan membuat mereka kehilangan masa depannya.” Bella menunjukkan belati kecil yang tersembunyi di pinggangnya.
Reinar menelan ludahnya kasar, dia tak sanggup membayangkan apa yang akan menimpa Jefri dan yang lainnya. ‘Semoga milik mereka tenang di alam sana, dan semoga mereka masih bisa menjadi pria sejati meskipun tidak lagi memiliki kejantanannya.’ kata Reinar membatin.
“Sebaiknya di masa depan aku tidak membuat Bella maupun Sarah marah supaya aku terhindar dari hal buruk.” Reinar bergumam lirih sambil memegang miliknya.
Reinar dan Bella memutuskan kembali ke tempat Wina, dan dengan suara pelan mereka menceritakan apa yang ingin dilakukan Jefri pada Wina serta dua orang lainnya.
Selesai menceritakan semua pada Wina, Sarah dan Malvin. Reinar juga menceritakan rencana Jefri yang dibantu beberapa murid dan dua orang guru pada Wulan, guru bahasa inggris yang dulu sering membantu dirinya saat dibully murid lain.
Kebetulan Wulan saat ini sedang sendirian karena baru saja mengabadikan beberapa photo di tempat dengan pemandangan indahnya langit malam yang dipenuhi bintang.
“Aku tidak menyangka mereka memiliki niatan buruk sampai seperti itu. Bukannya lebih baik kita segera memberitahu yang lainnya?” Wulan ingin memberitahu semua orang setelah mendengar cerita Reinar.
Cepat Reinar menggelengkan kepalanya. “Biarkan saja mereka melakukannya, tapi bukannya mendapatkan keberhasilan, malam ini mereka hanya akan menemui hal buruk, dan aku sendiri tidak sanggup membayangkan hal buruk seperti apa yang akan mereka temui.”
“Entah kenapa saat aku mendengar suaramu, aku merasa tidak asing denganmu. Apa sebelumnya kita pernah bertemu?” Wulan mulai merasa kengenali Reinar yang sejak awal sampai di gunung sampai sekarang masih setia menggunakan masker untuk menutupi sebagian wajahnya.
“Bisa dikatakan aku cukup sering bertemu dengan Bu Wulan di hari-hari yang lalu, terutama di ruang kesehatan sekolah.” Reinar sebenarnya tidak ingin menutupi identitasnya dari Bu Wulan karena selama wanita itu sangat baik padanya, dan dirinya belum pernah bisa membalas kebaikannya.
Reinar membuka masker dan menunjukkan senyuman di wajahnya.
“Reinar, ternyata benar-benar kamu.” Wulan tiba-tiba memeluk Reinar. “Ibu kira sudah tidak bisa lagi bertemu denganmu setelah ada surat yang memberitahukan kamu telah pindah sekolah.”
“Bu Wulan, kita masih di kota yang sama dan lagi sekarang aku bekerja sebagai pengawal Wina, jadi kita masih ada kesempatan bertemu.” Reinar berkata sambil melepas pelukan Wulan karena dia tidak ingin ada yang melihat dan terjadi salah faham.
“Kenapa kamu tidak melanjutkan sekolah dan justru memilih bekerja?” Wulan bertanya setelah melepas pelukannya, tapi tatapan kedua matanya masih tertuju pada Reinar yang sudah dia anggap seperti adiknya sendiri.
“Aku tinggal mengikuti ujian untuk menyatakan kelulusan. Sedangkan untuk pekerjaan, selagi ada kesempatan dan lagi gajinya sangat memuaskan kenapa juga tidak aku ambil.” Reinar menjawab sambil menemani Wulan kembali ke perkemahan, dan setelah lima menit berjalan kaki akhirnya mereka sampai di perkemahan.
“Sebaiknya Bu Wulan segera merapikan barang-barang dan membawanya ke tenda Weni! Selama Bu Wulan berada di tenda Weni, aku bisa leluasa menjaga Bu Wulan dan Weni.” Reinar tidak ingin konsentrasinya terganggu dengan jauhnya jarak antara tenda Weni dan tenda Wulan.
“Kalau begitu kamu tunggu di sinisini! Aku tidak lama.” Wulan segera masuk ke dalam tenda mengemasi barang-barang nya.
Sambil menunggu Wulan mengambil barang-barang nya, Reinar melihat sekeliling dimana semua murid sedang menikmati makan malam mereka. Di kejauhan dia juga melihat Wina, Bella, Sarah, dan Malvin sedang menikmati makanan mereka.
Akan tetapi, jika benar-benar diperhatikan mereka tidak pernah memakan makanannya, melainkan membuang makanan itu ke bawah, yang mana di bawah mereka sudah tersedia kantong plastik untuk wadah makanan supaya tidak berceceran kemana-mana.
Reinar tersenyum melihat itu, kemudian dia mencoba mencari keberadaan Jefri dan yang lainnya. Setelah melihat kesana-kemari kedua matanya melihat Jefri dan yang lainnya sedang duduk bersama sambil melihat mereka yang sedang makan. Selain kelompok Jefri yang tadi berkumpul di tenda, Reinar juga mencium keterlibatan petugas dapur yang malam ini menyiapkan makanan.
“Mereka sekumpulan para pria normal, tentu mereka tidak akan menolak memberi bantuan pada Jefri, dengan imbalan tubuh wanita mana saja sesuai keinginan mereka.” Dari tempatnya Reinar jelas melihat petugas dapur yang tidak ikut makan. Mereka justru asik melihat keindahan para wanita yang sedang menikmati makanan pengantar tidur.
“Apa tidak apa-apa membiarkan mereka makan-makanan itu?” Wulan yang baru muncul di hadapan Reinar merasa tidak tega melihat murid-murid nya memakan makanan yang tak seharusnya mereka makan.
“Mereka hanya akan tertidur sampai pagi. Selebihnya mereka tidak akan merasakan efek buruk yang merusak tubuh.” Reinar menjelaskan efek obat yang diberikan Jefri, kemudian dia dan Wulan berjalan bersama menuju tenda Wina.
“Sayang siapa wanita itu?” Sarah langsung saja bertanya saat melihat Reinar kembali dengan membawa seorang wanita.
“Perkenalkan Bu Wina, guru di sekolah yang sudah aku anggap seperti kakakku sendiri!” Reinar memperkenalkan Wulan pada Sarah, Bella, dan Malvin.
“Oh iya, siapa tadi yang kamu panggil sayang?” Reinar bertanya pada Sarah.
“Tentu saja panggilan itu untuk kamu. Bukannya kita sudar resmi?” Sarah berkata sambil mengedipkan sebelah matanya.
“Bukan satu, tapi kamu sudah memiliki dua kesayangan.” Bella tiba-tiba menarik Reinar duduk di sebelahnya.
Wulan dan Malvin tersenyum melihat dua wanita cantik mengelilingi Reinar.
“Reinae juga milikku!” Tiba-tiba saja Wina memeluk erat tubuh Reinar dari belakang, menempelkan dada lembutnya ke punggung Reinar.
“Bukan dua, tapi tiga. Astaga, wajah kamu yang keterlaluan memang bukan hal yang baik untuk kaum wanita.” Wulan tersenyum semakin lebar melihat Reinar dikerumuni tiga keindahan.
‘Kalau saja aku sedikit lebih muda, aku rela jadi yang keempat.’ kata Wulan membatin.
“Bukannya ini sudah waktunya kalian pura-pura tidur?” Mendengar itu semua orang segera melihat sekeliling dan benar saja orang-orang mulai tidur di tenda mereka masing-masing.
“Bu Wulan dan Bella, kalian tidur di tenda belakang. Wina dan Sarah tidur di tenda depan. Malvin, kamu pura-pura tidur di depan tenda.” Reinar mengatur posisi tidur mereka.
“Kamu sendiri tidur di mana?” tanya Bella.
“Ada sesuatu yang harus aku urus, dan untuk urusan Jefri aku percayakan pada kalian.” Setelah memastikan semua berada di tempat sesuai pengaturannya, Reinar memutuskan pergi ke tempat berkumpulnya petugas dapur.
“Ikut ambil bagian dalam niat jahat mereka, telah menyeret kalian ke dalam lembah penuh mara bahaya.” Tiba-tiba sosok Reinar telah muncul diantara petugas dapur yang berjumlah lima orang, dan tanpa permisi dia langsung menghajar mereka tanpa ampun.
Gigi rontok, tulang hidung patah, wajah babak belur, dan segala jenis luka lainnya dapat dilihat dari lima petugas dapur yang sudah kehilangan kesadarannya. Mereka yang tidak memiliki dasar beladiri, tentu tidak memiliki kesempatan menang melawan Reinar yang memiliki skill Ahli Beladiri.
“Sekarang saatnya bertemu lawan yang akan sedikit membuatku repot.” Dengan mata tembus pandang Reinar dapat melihat jelas mesti keadaan gelap gulita, dan sejak sampai di puncak gunung dia sudah melihat keberadaan belasan orang yang terus mengawasi pergerakan Wina.
“Beranggapan malam hari adalah waktu terbaik untuk melakukan penyerangan adalah pilihan terburuk yang mereka ambil disaat aku yang menjadi pengawal Wina.” Soso Reinar melesat masuk ke dalam lebatnya hutan, menghampiri mereka yang sedang mempersiapkan persenjataan untuk melakukan penyerangan.
...----------------...
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Apud Tahu
langsung hajar bos biar nyaho.
2025-02-20
0
Ferry Andy
mantap
2024-12-22
0
kwon dae
action yg paling penting brokk, bukan ngtd mulu
2024-10-28
0