Setelah pertemuan itu, Mutiara kembali melalui rutinitas hariannya. Mutiara menjalani hari-harinya dengan selalu semangat, dan tak mengenal lelah. Setiap jam dua dini hari, dia sudah bangun untuk menunaikan sholat malam, lalu jam setengah tiga, dia pergi ke pasar untuk memulai pekerjaannya, hingga jam tujuh pagi. Setelah itu dia pergi ke kampus, untuk kuliah yang waktunya tak pasti selesainya. Terkadang hanya setengah hari, terkadang juga hingga sore hari. Mutiara anak yang giat, dia adalah mahasiswi budikmisi, di sebuah universitas negeri di kota yang cukup jauh dari kota kelahirannya. Dia mengambil fakultas pendidikan, tepatnya prodi PGPAUD.
Malam itu, Mutiara telah selesai mengerjakan tugasnya berupa PPT yang akan dia persentasikan besok pagi. Dia sudah menyiapkan segala bahan materinya secara matang, karena besok pagi dia harus persentasi pada jam pertama, dengan dosen yang terkenak killer.
"Alhamdulillah, selesai. Okey, besok aku siap untuk persentasi, bismillah, semoga hasilnya memuaskan. Aku yakin, setidaknya nilai ku nanti, tidak akan mengecewakan." gumam Mutiara sambil membayangkan dirinya berdiri dihadapan teman-temannya yang akan dinilai oleh dosen killer bermata elang.
"Hm... kalo ngingetin mata elang itu, jadi ciut sih ini mental. Tapi, demi mempertahankan beasiswa ini, aku harus berani, harus bisa, harus maksimal." katanya lagi sambil memegang erat makalah hardfile nya.
Selain menyiapkan bahan materi, dia juga menyiapkan pakaian yang pantas untuk persentasi besok pagi, mulai dari rok, tunik dan jilbabnya. Kemudian diapun istirahat, untuk menyambut hari esok.
Seperti biasanya, Mutiara pulang dari pasar jam tujuh pagi, dan pulang ke kos kosan nya dulu untuk mandi dan berganti pakaian, setelah sepagi berkecimpung dengan bahan-bahan pokok harian dapur.
Diapun siap untuk berangkat, tepat pukul delapan pagi, meski jam masuk kuliah itu jam sembilan, tetapi sudah menjadi prinsip Mutiara kalau hendak persentasi dia harus bisa berangkat lebih pagi.
"Bismillah tawakaltu 'alallahi laahaula walaquwwata illabillah." ucapnya sambil nyeyater motor Kesayangannya.
Mutiara pun melakukan motornya melewati jalan biasanya, namun dia teringat sesuatu. Bensin nya sudah menipis, yang mana dia harus pergi ke pom bensin terlebih dahulu, meski harus melewati jalan lain. Diapun memutuskan melewati jalan sepi, di daerah belakang perumahan ellite di kotanya, agar tidak terjebak macet.
Ciiiit, brush....
Tiba-tiba ada sebuah kecelakaan, tepat dihadapannya, namun masih cukuo jauh dari jangkauannya, sebuah motor gede yang tadi menyalipnya, menyerempet seorang ibu-ibu paruh baya. Namun, ketika Mutiara sadar akan kejadian itu, motor gede itu langsung melaju kencang meninggalkan ibu-ibu tak berdaya itu. Mutiara menambah kecepatan motornya, dengan niatan mengejar motor yang telah menabrak ibu itu, namun saat sampai di tempat ibu malang itu tergeletak penuh darah, Mutiara mengurungkan diti untuk mengejar sesuatu yang tak terjangkau. Dia lebih memilih mengehentikan motornya sembarang tempat, menolong ibu malang itu, karena jalanan sepi, baru ada beberapa orang di sekitar jalanan itu yang berlari kearah korban tabrak lari dihadapannya. Mutiara segera memangku kepala korban.
"Astaghfirullah. Bu,,, yaa Allah, darahnya banyak banget. Tolong!!! Tolong!!!" teriak Mutiara.
Beberapa warga sekitar mengerumuninya, namun tak berani melakukan tindakan.
"Pak, tolong carikan mobil untuk membawa ibu ini ke rumah saki." kata Mutiara panik.
"Baik mbak." kata salah seorang warga, yang langsung berdiri mencari pertolongan.
Saat sedang panik, tiba-tiba sebuah mobil avansa putih lewat jalan itu, yang kemudian dihadang oleh warga yang tadi mencoba mencari mobil.
"Pak, pak. Tolong. Itu ada korban tabrak lari." kata bapak itu.
"Innalillahi. Ya pak. Tolong angkat ke mobil saya ya. Kebetulan saya juga bekerja di RSUD." kata Laki-laki pemilik mobil.
"Mbak, sudah ada mobil. Biar kami angkat mbak." kata bapak-bapak warga sekitar.
"Baik pak. Terimakasih." kata Mutiara masih dengan panik nya. Pakaiannya sudah tak dihiraukan lagi, jika beberapa titik terkena noda darah dari korban.
Saat Mutiara mengikuti korban yang diangkat menuju mobil,
"Tiara?" sapa seseorang yang suaranya tak asing bagi Mutiara. Mutiarapun menoleh ke arah sumber suara.
"Mas Dzen?" Mutiara tampak terkejut.
"Ini, siapa Tiara?" tanya Dzen pada korban tabrak lari.
"Saya ga tau mas. Ini tadi saya pas lewat, ibu ini ketabrak motor gede, tapi yang nabrak langsung pergi, ga tanggung jawab." jelas Mutiara.
"Astaghfirullah. Ya udah, sekarang kamu ikut saya ya. Kamu jaga ibu ini." kata Dzen sambil berjalan ke arah kemudi.
"Tapi saya bawa motor mas." kata Mutiara.
"Tinggal dulu motornya, diambil nanti ya, yang penting ibu ini segera ditangani." kata Dzen.
"Iya mas." kata Mutiara.
"Biar motornya di warung saya mbak, saya amankan." kata bapak yang tadi menghadang mobil.
"Oh, ya pak. Terimakasih pak. Saya titip motor saya ya pak." kata Mutiara.
"Ya mbak." jawab bapak itu.
Mutiara duduk di kursi penumpang dengan memeluk tubuh korban dengan penuh haru. Dzen mengemudi dengan kecepatan cukup tinggal, agar segera sampai lokasi.
"Tiara, darahnya bnayak ga?" tanya Dzen.
"Banyak banget mas. Ini aku bersihin pake tisuku." kata Mutiara.
"Di belakang ada kotak obat, kamu bisa ambil perban disitu untuk menutupi lukanya, biar darahnya tidak keluar terus." kata Dzen mengarahkan.
"Ya mas." Mutiarapun mengikuti perintah Dzen.
"Mas, agak cepet ya." kata Mutiara.
"Iya. Apa dia pingsan?" tanya Dzen.
"Iya, tadi pas di lokasi, Pas nunggu dapet mobil." kata Mutiara.
"Okey. Sabar ya."
Dzen pun menelpon pihak rumah sakit untuk menyiapkan tempat untuk pasien yang dibawanya. kemudian Dzen melajukan mobilnya, hingga sampai di RSUD.
Sesampainya di lokasi, Mutiara ikut serta mengantarkan korban ke ruang IGD.
"Tiara, kamu tunggu disini dulu ya, sampai ada pihak keluarga korban yang datang." kata Dzen.
"Iya mas." kata Mutiara.
Dzen langsung masuk ruang IGD dan mengenakan jas dokternya. Sedangkan Mutiara di luar ditanyai oleh perawat bagian pendaftaran.
"Maaf mbak, nama pasien siapa ya?" tanya petugas.
"Saya kurang tau sus. Saya hanya orang yang kebetulan lewat, dan menolong nya." kata Mutiara.
"Oh, baik. Ada barang milik pasien yang dibawa? Seperti tanda pengenal? Biar kami hubungi keluarga nya." tanya petugas lagi.
"Wah, saya juga tidak tau sus. Tadi sih, pas dimobil saya cari-cari tanda pengenalnya, tapi tidak ada sus." kata Mutiara.
"Oh, ya baik. mbak bisa tunggu dulu saja disitu, Terimakasih mbak." kata petugas pendaftaran itu ramah.
"Ya mbak." jawab Mutiara.
Saat duduk, Mutiara baru sadar bahwa pagi ini dia harus persentasi. Dia menengok jam dinding yang menempel di ruang IGD itu. Sudah jam 8.45, Lalu dia mencari tas nya, dia bari sadar, bahwa tasnya yang berisi bahan presentasinya semua ada di dalam mobilnya Dzen. Begitupun dengan ponselnya, sehingga dia tidak bisa menghubungi kawannya di kampus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
achilla 82
gpp g presentasi, moga aja dosennya ngerti kondisinya, dimaklumi gtu,,,paling" pak dosennya jg kesengsem sama kebaikan tiara,,,
2022-11-26
0
Herry Murniasih
tu gimana ya, kasihan tiara presentasinya bakal molor ini, pasti kena marah ama dosen killernya, lanjut thor
2022-11-20
0