Aku dan Mio makan pagi bersama.
Karena masalah yang terjadi di pagi hari, kami membantu Hilda-sensei untuk membereskan kekacauan yang terjadi. Hilda-sensei telah kembali bertugas dan membawa laki-laki itu untuk di mintai keterangan.
Tindakan Mio yang berani melawan laki-laki itu mendapat pujian dari pemilik toko dan memberi kami hidangan makan pagi gratis. Kebetulan, aku masih belum mencicipi sarapan pagi karena Mio pergi menghilang.
Di saat Mio menikmati hidangan pagi, aku membuka percakapan kecil.
“Nee.. Mio. Apa kau sedang marah kepada ku?” tanya ku saat kami duduk di meja makan.
“T-Tidak seperti itu, Lily-sama” jawab Mio terburu-buru.
“Lalu.. kenapa kau tidak menemui ku pagi ini?”
“Eh? Apa aku belum bilang ke Lily-sama?”
“Eh??” aku sedikit memiringkan kepala ku.
Apa yang Mio bicarakan?
Aku sedikit kebingungan dengan alur pembicaraan ini.
“Ah! AAAAAHHHH!!” wajah Mio tiba-tiba berwarna merah dan berteriak panik. Mio menutupi wajahnya dengan kedua tangan.
Sepertinya, Mio menyadari kesalahan yang diperbuatnya.
“M-Maafkan aku, Lily-sama. Aku lupa mengatakannya.. jika aku mengajukan cuti tiga hari untuk merayakan ulang tahun Ibu ku. Seharusnya aku membicarakan ini kemarin malam tapi..”
“J-Jadi.. kau tidak marah kepada ku?” tanya ku untuk memastikan.
Sejak kejadian tadi malam, sikap Mio sedikit berubah dan terlihat seperti menghindari ku. Jadi, aku berpikir jika Mio sengaja melakukan ini untuk menghindari ku.
Untuk Maid lain, aku sudah terbiasa dengan sikap mereka yang menghindari ku. Tapi untuk Mio, entah kenapa.. bagian di dada ku terasa sakit jika Mio menghindari ku.
“Em.. Mio.. Jika aku melakukan kesalahan pada mu. Aku minta maaf!” aku berdiri dan membungkuk di hadapan Mio.
“Awawawa!!!” Mio sangat panik ketika melihat ku membungkuk di hadapannya.
“L-Lily-sama!! Tolong hentikan itu!!” ucapnya dengan cepat. Mio mendekati ku dan memperbaiki posisi tubuh ku.
“A-Aku tidak marah kok.. hanya saja..” Mio mencoba menjelaskan situasinya.
Sebuah nada kecil dan lembut terdengar di telinga ku, “Aku hanya cemburu dengan Alice-sama dan Alyssa-sama yang mencium pipi Lily-sama.”
Suara itu sangat kecil, namun terdengar jelas di telinga ku.
Wajah Mio sedikit cemberut dan pipinya melebar. Itu sangat lucu, jadi.. aku sedikit mencium pipinya.
Eh?
Kenapa ini terasa sangat kenyal?
Aku memainkan gigi ku dan mengigit pipi Mio.
“Munya!!” aku bisa mendengar suara Mio yang terkejut.
Aku melepas ciuman kecil ku di pipinya, sebuah bekas gigitan berwarna merah menghiasi pipi Mio.
Mio terdiam dan memegang pipinya. Sepertinya.. dia sedikit marah dengan tindakan ku ini.
“M-Miooo?” aku mencoba memanggilnya.
Mio terlihat begitu senang, wajahnya dipenuhi senyuman dan air liur tipisnya keluar dari sela-sela bibirnya.
“Hey, Miooo..” aku sedikit menggerakkan kedua tangan ku di depan matanya. Mio kembali tersadar dan mengusap bibirnya untuk menghilangkan jejak air liurnya.
“Ah.. Eh.. Maaf Lily-sama..” Mio menahan rasa malu dan senang secara bersamaan.
Tiba-tiba, kami dikejutkan dengan suara tertawa kecil dari orang-orang yang berada disekitar. Tampaknya, mereka memperhatikan tindakan kami. Bahkan.. mereka seperti tersenyum menikmati tindakan kami. Bunga-bunga kecil menghiasi wajah mereka.
Uh.. perasaan apa ini.
Ini sedikit memalukan, tapi.. aku menyukainya.
Aku tersadar dengan keramaian toko ini, sepertinya.. tindakan kami mengundang beberapa orang untuk mengunjungi tempat ini.
Aku menahan rasa malu ku dan bergegas menghabiskan makan pagi kami.
“Uuuuuh.. memalukan..” aku sedikit bergumam dan menaikkan penutup kepala jubah putih ku.
Berbeda dengan ku, Mio menikmati makan pagi ini dengan suasana hati yang bahagia.. bersama dengan orang-orang yang melihat tingkah laku kami sebelumnya.
Setelah makan pagi, aku berkeliling kota dengan Mio.
“Mio.. bukankah kau harus kembali?” tanya ku.
“Lily-sama, ini masih satu arah dengan rumah ku” balas Mio. Berbeda dengan kecanggungan kami sebelumnya, Mio melangkahkan kakinya tanpa beban dan sedikit bersenandung riang gembira.
Mio terlihat sangat bahagia.
“Akhirnya.. aku bisa berkencan dengan Lily-sama” gumam kecil Mio.
Kencan kah?
Aku tidak tahu apa artinya itu.. selama Mio bahagia. Aku akan melakukannya!
Langkah kaki kami tiba di sebuah bangunan yang memiliki cerobong asap tinggi. Di lihat dari tulisan di depannya, ini adalah bangunan Blacksmith.
“Papa! Aku pulang!!” Mio masuk begitu saja ke dalam bangunan dan melempar barang-barang yang ia bawa.
Seorang laki-laki dengan postur tubuh yang tinggi dan berotot datang untuk menangkap barang bawaan Mio.
“Mio.. berhati-hatilah dengan hadiah untuk Ibu mu!”
Ibu? Apa mungkin laki-laki ini.. Ayah Mio?
“Hoho.. siapa gadis mungil ini?” laki-laki itu menatap ku dan berjalan menuju ke arah ku namun Mio menghalanginya.
Mio sedikit berlebihan dengan mengeluarkan pedang di ikat pinggangnya dan mengarahkannya ke leher laki-laki itu.
“Melangkah sedikit saja.. kau akan mati!” ucap Mio dengan nada yang kasar.
“M-Mio.. tenanglah.. sepertinya hanya diri mu. Seorang gadis cantik yang tega mengancam Ayahnya.”
“Lily-sama.. tolong tunggu sebentar disini” nada suara Mio terdengar dingin.
“Uh.. Uhm.. Baiklah” aku tidak tahu apa yang terjadi. Lebih baik, aku mengikuti perkataan Mio. Seperti yang ku duga, ternyata laki-laki itu adalah Ayah Mio.
Mio menarik kerah baju Ayahnya dan membawanya masuk ke dalam.
Entah apa yang terjadi, aku bisa mendengar suara benturan yang keras dan teriakan kecil dari Ayah Mio.
Mio keluar dari pintu utama rumahnya, “Semuanya telah bersih, Lily-sama. Silahkan masuk..”
Uh, apa aku akan baik-baik saja di dalam?
Aku berjalan masuk ke bangunan Blacksmith ini, kesan pertama ku untuk bangunan ini adalah..
Kualitas yang sangat bersih. Berbeda dengan Blacksmith yang terkesan bau, kotor, dan pengap. Bangunan Blacksmith ini di isi dengan lantai kayu dan lemari kaca yang di isi senjata.
“Eng? Apa itu?” rasa penasaran ku dengan senjata yang aneh pun tak tertahankan.
“Ada apa, Lily-sama?” Mio menghampiri ku yang terdiam di depan lemari kaca.
Aku mengamati sebuah peraga boneka yang dibalut dengan pakaian dan senjata.
“Mio, pakaian dan senjata apa ini? Bentuknya aneh tapi cantik dan elegan.”
“Lily-sama...” Mio terdiam menatap ku.
“I-Itu adalah karya pertama ku” ucap Mio dengan nada yang menahan rasa malunya.
“Eh? Ini buatan Mio? Boleh aku membelinya?” entah kenapa.. aku sangat tertarik dengan senjata dan pakaian ini.
“L-Lily-sama..”
“Oh, ini bayarannya.. dan jika harganya masih kurang.. aku akan membayar kekurangannya” aku segera memberi kantung uang yang diberikan oleh Sebastian.
“T-Tidak! B-Bukan itu masalahnya.. hanya saja.. kualitas bahan yang digunakan tidak sepadan untuk Lily-sama.”
“Eh? Apa maksudnya?”
“Lily-sama.. karya ku ini masih belum sempurna!”
“Tapi, kau masih bisa menyempurnakannya kan?”
Entah kenapa, aku sangat ingin mendapatkan karya pertama Mio.
“Uhh.. jika Lily-sama memaksa.. boleh sih.. tapi ada satu syarat!”
“Eh?” aku merasa ada yang aneh dengan syarat ini.
“Aku akan menilainya setelah Lily-sama mengenakannya!” ucap Mio dengan nada bersemangat.
Mio.. pemikiran mu selalu membuat ku terkejut. Tapi, karena aku menginginkan karya milik mu.
Aku akan melakukannya!
Mio membuka lemari kaca dan mengambil karya pertamanya itu, bentuknya seperti kain berwarna putih dan garis kecil yang melingkar berwarna merah. Di sampingnya terdapat pedang aneh yang ku maksud.
Aku sedikit membuka jubah putih ku, Mio yang melihat ku sedang melepas jubah putih ku tiba-tiba terdiam.
Darah kecil keluar dari hidungnya.
“Mio, kau tidak apa-apa?”
Aku mendekat ke arah Mio dan memegang wajahnya.
“Ada darah kecil di hidung mu..”
Aku sedikit mengusapnya, namun.. darah yang keluar dari hidungnya mengalir semakin cepat.
“MIIIIOOOOOO!!” aku sedikit panik dan mengguncang tubuh Mio.
“A-A-Aku bisa mati dengan tenang, sekarang...” kata-kata yang diucapkan Mio membawa dirinya ke dalam tidur yang dipenuhi senyuman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Reepha
Emotional demage🤣
2024-04-22
0
Frando Kanan
blacksmith? gk heran MiO bs pke pedang
2022-10-13
0
Lumiere
adem banget chapter ini ( ͡◡ ‿ ͡◡)👌, semangat thor.
2022-08-13
2