“Sekali lagi, Tolong!” ucap Mio sembari mengancam Dokter pribadi keluarga kami dengan pisau dapur.
Setelah kejadian mengerikan itu, Mio sedikit lepas kendali setelah melihat ku berdiri di tengah-tengah tumpukan mayat serigala hitam dan menyeret Dokter keluarga kami keluar dari ruang kerjanya hingga ke kamar ku.
Ya, untuk kedua kalinya aku menerima perawatan dari Dokter ini.
Yulia, seorang Dokter wanita yang diberi tugas untuk mengawasi kondisi kesehatan Marquess Rommel.
“Mio, tenanglah.. aku tidak apa-apa” ucap ku untuk menenangkan Mio dari kepanikannya.
“T-Tapi.. tapi.. tapi..!!” Mio masih tenggelam dalam kegelisahannya.
Bagaimana cara ku untuk menenangkan wanita yang panik seperti ini? tidak biasanya Mio seperti ini.
Apakah ini terjadi karena dia terlalu menyukai ku?
Aku sedikit menggelengkan kepala ku karena tingkah laku Mio.
“Lily-sama!”
“Lily-sama!!”
Mio dan Yulia berteriak di saat yang sama.
“Walaupun tubuh Lily-sama terlihat sehat, namun jangan di gerakkan seperti itu!” ucap Yulia untuk memperingati ku.
“Tidak apa-apa, aku bahkan tidak terluka sama sekali” aku bahkan turun dari tempat tidur ku dan melakukan gerakan kecil untuk menunjukkan diri ku baik-baik saja.
“Lily-sama!!” kali ini Mio memeluk ku dan mengendong tubuh ku untuk kembali ke kasur.
“Istirahat di atas kasur sampai sembuh!” ucap Mio.
Tapi.. bagaimana aku bisa sembuh jika tubuh ku tidak terluka?
“Hari ini istirahat penuh hingga makan malam!” lanjut Mio.
Aku hanya bisa pasrah menerima tindakannya ini. Siapa sangka dia akan setegas ini saat aku terluka. Ini pertama kalinya aku melihat sisi Mio yang seperti ini.
Sepertinya, dia masih memiliki sisi lain yang belum ku temukan.
Tanpa sadar, aku tersenyum dan menerima perintah Mio untuk beristirahat di kasur hingga makan malam.
“Kalau begitu, aku akan mempersiapkan obat untuk Lily-sama” Yulia berdiri dan bergegas keluar dari kamar ku.
Kini, hanya ada diri ku dan Mio. Ekspresi wajahnya yang sedih dan khawatir pun menyatu. Mio mengelus rambut ku untuk memberi rasa aman.
Mio.. seberapa khawatir kah diri mu ini?
Tanpa sadar, tangan ku pun mengelus rambutnya.
“L-Lily-sama...” Mio tiba-tiba menangis.
Sebuah perasaan tidak nyaman muncul di dada ku. Ini sangat sesak dan sakit. Tidak mungkin aku terkena luka dalam kan? Bahkan luka fisik saat melawan serigala hitam itu pun sembuh dengan cepat.
Jadi.. rasa sakit apa ini?
Kini, Mio berhenti mengelus rambut ku dan mulai memeluk ku hingga erat. Pelukan ini terasa sangat nyaman dan menenangkan. Hingga membuat rasa sakit di dada ku perlahan menghilang.
Uh, penyakit apa ini?
“Lily-sama.. Uuu..” Mio menahan tangisnya.
“Ku kira, Lily-sama akan pergi meninggalkan ku.. sama seperti Marchioness sebelumnya.”
Aku merasakan ada air yang membasahi leher ku.
Ini bukan air biasa.. ini adalah air mata yang dikeluarkan oleh Mio.
Apa yang baru saja kulakukan?
Aku memberanikan diri ku untuk mengelus rambutnya, kini air mata itu berubah menjadi isak tangis kecil yang tak terbendung lagi.
Mio tanpa ragu menangis sembari memeluk ku dengan erat.
Hanya karena masalah seperti ini dia menangis?
Tapi.. sepertinya aku juga salah.
“Mio.. maaf jika aku membuat mu menangis.”
Mio menahan isak tangisnya saat mendengar ucapan ku.
“T-Tidak.. I-Ini bukan salah Lily-sama, ini salah ku karena membiarkan Lily-sama mengalami kejadian buruk seperti itu.”
“Kejadian buruk?” ucap ku tanpa sengaja.
“Sekarang Lily-sama pasti takut untuk keluar kamar kan?” balas Mio.
“Aku akan bertanggung jawab untuk mengurus keperluan Lily-sama agar tetap berada di dalam kamar!” lanjut Mio dengan penuh semangat.
Kenapa dia sangat antusias dengan ini?
Terlebih.. kenapa aku harus tetap berada di dalam kamar?
“Etto.. Mio.. sebenarnya.. aku ingin meminta bantuan mu.”
“Apa pun itu! aku akan berusaha mewujudkannya!”
“Aku ingin belajar seni berpedang!”
Mendengar permintaan ku, Mio terdiam membeku. Pupil matanya tiba-tiba tegang dan ekspresi wajahnya kosong.
“Anu.. Mio?” aku mencoba membangunkan Mio untuk kembali sadar.
“L-Li-Lily-sama.. sepertinya aku salah dengar.. Lily-sama meminta apa tadi?” ucap Mio terbata-bata.
“Belajar seni berpedang?” jawab ku.
“Hiks.. Marchioness-sama.. Lily-sama telah membuang harapan hidupnya. Maafkan aku..” balas Mio dengan suara yang dipenuhi isak tangis.
“Etto.. Mio?”
“Lily-sama.. bertahanlah!”
Aku tidak tahu apa yang terjadi. Sepertinya masalah ini berjalan cukup rumit.
Sepanjang hari ini, kegiatan ku hanyalah berdiam di atas kasur dan menunggu makan malam. Mio menemaniku sepanjang hari untuk memastikan diri ku beristirahat dengan cukup.
Dedikasi yang luar biasa, tapi.. aku tidak terluka!
Semenjak keinginan ku untuk mempelajari seni berpedang dan insiden kecil ini, Mio sedikit sensitif dan melakukan kontak fisik yang cukup membuat ku kerepotan.
Terkadang dia memeluk ku, mencium rambut ku, hingga mengendus pakaian ku.
Aku tidak keberatan dengan semua itu selama Mio bahagia, hanya saja..
Sikapnya itu membuat dirinya seperti memakai topeng, yaitu.. topeng yang terlepas ketika hanya ada kami berdua dan topeng yang terpakai saat ia sedang bertugas menjadi Maid.
Sepanjang hari ini, aku harus menahan rasa malu ku ketika Mio melakukan kegiatan seperti itu.
Saat makan malam akan tiba, seorang Maid mengetuk pintu kamar ku. Mio yang memeluk ku sepanjang hari ini pun memakai topengnya dan bersikap seperti Maid yang normal.
“Lily-sama, Marquess Rommel menunggu kehadiran Lily-sama.”
“Kenapa?” hanya itu kata yang terucap. Tidak biasanya orang itu mengundang ku makan malam bersama setelah memiliki keluarga baru.
“...”
Maid itu tidak menjawab pertanyaan ku.
Apa pun itu, aku hanya bisa merasakan adanya masalah yang akan muncul.
Tapi.. jika menolaknya. Masalah yang lain akan bertambah. Aku memberanikan diri ku untuk memenuhi undangan orang itu.
Walaupun tubuh ku sangat enggan untuk memenuhi undangannya.
Persiapan untuk makan malam ku sedikit terlambat, itu karena aku harus memastikan kondisi hati ku agar tidak terluka saat melihat keharmonisan keluarga baru di depan mata ku.
Sekitar 3 detik aku berdiri di pintu masuk ruang makan.
Saat aku membuka pintu itu, tampak saudari kembar tiri ku dan ibu tiri ku tengah menikmati makan malam.
Dan.. orang yang di sebut Ayah tengah menatap tajam ke arah ku.
“Sepertinya kau baik-baik saja” ucap orang itu dengan nada dingin.
“Ku dengar.. kau di serang serigala hitam? Tapi ternyata tidak terluka sedikit pun? Itu sangat menarik-” orang itu mulai berkata-kata.
Orang itu mulai bertanya tanpa henti, ini pertama kalinya dia berbicara kepada ku.
Tapi, yang ku dengar hanyalah nada dingin dan pertanyaan bodoh hingga membuat ku melamun.
“Hei! Apa kau mendengarkan ku?” tanya orang itu.
Pertanyaan itu berhasil menyadarkan ku dari lamunan kecil di kepala ku.
Tunggu!
Hei?
Apa dia lupa dengan nama anak sendiri?
Sebenarnya, aku anaknya atau bukan?
“Maaf, aku tidak mendengar apa yang Marquess Rommel tanyakan tapi.. aku senang itu terjadi atau.. maaf jika tidak sesuai dengan keinginan mu.”
Mendengar jawaban yang keluar dari mulut ku, dia terdiam dan berjalan ke arah ku.
“Apa yang kau inginkan?” dia bertanya kepada ku.
“Eh?” aku terheran-heran.
“Seperti yang ku katakan, ini kesalahan ku karena tidak mengatur populasi hewan liar di hutan itu. Jadi.. apa ada sesuatu yang kau ingin kan untuk menebus kesalahan Ayah bodoh ini?”
“...”
“Kau bisa meminta apa pun, pakaian, perhiasan, mainan, atau benda lain.”
“Benar kah?” ucap ku untuk memastikan.
“Tentu saja! Katakan apa mau mu.”
“Aku ingin sebuah pedang!” balas ku tanpa keraguan.
“Eh? Apa?” mendengar permintaan ku, Marquess Rommel terkejut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
jn
masih menunggu ranjang bergetar
2022-07-24
5
Lumiere
semangat thor
2022-07-23
0
xyralang
lanjut
2022-07-22
0