GBTD BAB 17.

Pukul 7 malam, Aina duduk di sisi ranjang sembari menyusui sang buah hati.

Di waktu yang bersamaan, Arhan masuk membawakan makan malam untuk Aina.

Aina terperanjat kaget, dia dengan cepat meraih selimut dan menutupi area dadanya. Dia tidak ingin Arhan melihat bagian tubuhnya lagi.

"Kenapa ditutup?" tanya Arhan, kemudian menaruh nampan yang dia bawa di atas meja.

Aina tampak gelisah, wajahnya memerah menahan malu. Dia masih canggung meskipun Arhan sudah berulang kali melihatnya.

Arhan duduk di sisi ranjang dan melingkarkan tangannya di pinggang Aina. Kemudian melabuhkan kecupan sayang di pipi Aina yang tampak kian comel.

"Kenapa masih malu padaku? Bukankah sebentar lagi kita akan menikah? Semua yang ada di dirimu akan menjadi milikku, begitupun sebaliknya."

Arhan tersenyum sumringah, dia tak berhenti menatap lekat wajah Aina. Wajah yang setiap saat membuat hatinya bergetar tak tentu arah.

"Jangan kepedean! Kapan aku bilang mau menikah denganmu?" ucap Aina dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Aina, apa maksudmu?" tanya Arhan dengan tatapan tajamnya, rahangnya mengerat kuat menuntut penjelasan.

Saat hisapan sang baby sudah terlepas dari ujung dadanya, Aina menutupnya kembali dan bangkit dari duduknya.

Aina menaruh sang baby di dalam box, kemudian memilih duduk di sofa sembari menatap makanan yang tadi Arhan bawakan untuknya.

"Aku lapar, aku mau makan dulu." ucap Aina, dia tak menghiraukan ucapan Arhan sama sekali.

Arhan menggertakkan giginya geram, dia kesal melihat tingkah Aina yang seakan menganggap dirinya tidak ada.

Dia bangkit dari duduknya dan melangkah menghampiri Aina yang tengah asik menikmati makanannya.

"Aina, apa maksud ucapan mu tadi?" tanya Arhan menuntut penjelasan, kemudian duduk di samping Aina.

"Ucapan yang mana?" jawab Aina sembari mengunyah makanan yang memenuhi mulutnya.

"Aina, aku serius. Jangan membuatku marah!" ketus Arhan, dia benar-benar kesal melihat tingkah Aina yang acuh tak acuh begitu saja.

"Kalau mau marah, ya marah saja! Kenapa musti mengatakannya padaku?" ucap Aina, lalu melanjutkan makannya.

Arhan mengusap wajahnya pelan, kemudian menghela nafas dan membuangnya kasar. Dia bingung harus bicara apa lagi kepada Aina.

Setelah makanan di piringnya habis, Aina mengemasi piring kotor dan menaruhnya kembali di atas nampan.

Arhan mengambil nampan itu dan membawanya keluar, wajahnya memerah menahan amarah yang sudah memuncak hingga ubun-ubun nya.

Aina mengulum senyumannya menatap punggung Arhan. Setelah meminum obat, Aina melangkah menuju tempat tidur dan bersandar pada tampuk ranjang.

Arhan kembali ke dalam kamar dan berbaring di samping Aina, dia bergeming menatap wajah Aina yang membuatnya penasaran.

"Aina, kamu benar tidak mau menikah denganku?" tanya Arhan mencari tau.

"Ya begitulah, memangnya kenapa?" jawab Aina, kemudian merebahkan tubuhnya dan berbaring membelakangi Arhan.

Arhan menghela nafas berat, dia sangat kecewa mendengar ucapan Aina itu.

"Mungkin sebaiknya begitu, aku tidak pantas untukmu. Aku pria brengsek, bajingan, mana mungkin kamu mau menikah denganku?"

Arhan ikut membelakangi Aina dan memejamkan matanya perlahan. Hatinya hancur menerima penolakan itu, namun dia tak bisa berbuat apa-apa untuk meyakinkan Aina atas niat baiknya.

………………

Pagi harinya, Arhan bangun lebih awal. Tangisan sang baby membuatnya tak bisa melanjutkan tidur. Arhan bangkit dari pembaringannya dan mengangkat tubuh mungil putranya.

"Aina, bangunlah! Baby kita haus." ucap Arhan sembari mengusap kepala Aina pelan.

Setelah Aina membuka matanya dan duduk, Arhan menaruh putranya di tangan Aina. Kemudian berlalu meninggalkan keduanya, dia masuk ke dalam kamar mandi membersihkan tubuhnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi, Arhan bergegas mengenakan pakaiannya dan duduk di sisi ranjang.

"Aku sudah memikirkan ucapan mu semalaman, tidak apa-apa kalau kamu tidak bersedia menikah denganku. Aku pantas menerima ini, kesalahanku sangat besar padamu."

"Kamu bisa tinggal di apartemen ini selama yang kamu mau, aku sudah membelinya atas namamu."

"Ini ambillah! Kamu bisa menggunakannya sesuka hatimu."

Arhan memberikan beberapa buah kartu kepada Aina, salah satunya merupakan kartu tanpa limit. Aina bebas menggunakannya untuk apa saja yang dia inginkan.

"Apa ini?" tanya Aina sembari menautkan alisnya.

"Ambil saja! Aku tau semua ini tidak akan bisa menukar rasa sakit mu ulah perbuatan ku. Aku hanya ingin kamu dan baby kita mendapatkan yang terbaik. Itu saja."

Arhan melabuhkan kecupan sayang di kening Aina, lalu menciumi baby mereka bertubi-tubi. Tanpa disadari, air matanya tumpah membasahi pipi merah baby mungil itu.

"Papa sayang kamu Nak, Papa ingin sekali membawamu bertemu Oma sama Opa. Tapi Mamamu tidak memberi Papa kesempatan untuk itu."

"Papa juga tidak bisa mengambil mu dari Mama, Mama lebih berhak menjagamu. Maafkan Papa ya,"

Seketika Aina melotot kan matanya kaget, ucapan Arhan membuat tubuhnya bergetar hebat.

"Apa yang kamu katakan?" tanya Aina dengan tatapan tak biasa.

"Maafkan aku Aina, tolong jaga putra kita dengan baik! Aku yakin kamu bisa menjadikannya pria hebat, jangan biarkan dia menjadi bajingan seperti aku!"

Arhan menyeka air matanya, dia tak sanggup menahan kesedihannya. Dia bangkit dari duduknya dan melangkah menuju pintu.

"Tunggu!" teriak Aina menghentikan langkah Arhan.

Aina menaruh putranya di atas kasur, lalu menyusul Arhan dan berdiri di depan pintu.

"Kamu mau kemana?" tanya Aina sembari menautkan alisnya.

"Menyingkir lah Aina, aku mau lewat!" pinta Arhan dengan mata yang sudah memerah.

"Tidak, jawab dulu pertanyaan ku!" ketus Aina, kemudian mengambil kunci dan menggenggamnya erat.

Arhan mengusap wajahnya kasar, lalu melangkah menuju sofa. Tatapannya tampak kosong menghadap jendela. Dia berusaha meredam emosinya, dia tidak ingin menyakiti Aina dengan sikapnya.

Aina menyusul Arhan dan duduk di sampingnya. Tak terasa air matanya tumpah begitu saja. Mana mungkin dia sanggup membiarkan Arhan pergi untuk yang kedua kalinya.

"Jangan pergi, jangan tinggalkan kami lagi! Putramu membutuhkanmu, aku tidak ingin dia besar tanpa kasih sayang seorang Ayah. Cukup aku saja yang kehilangan kasih sayang dari kedua orang tuaku."

Aina menyandarkan kepalanya di lengan Arhan, air matanya jatuh berderaian membasahi wajah cantiknya.

Arhan tergugu mendengar itu, kemudian menoleh ke arah Aina. Air matanya berjatuhan memandang lekat wajah ibu dari putranya itu.

"Aina, apa maksudmu?" tanya Arhan, lalu menyeka pipi Aina dengan jemarinya.

Aina terisak menahan tangisnya, sulit baginya untuk berkata-kata. Bahkan tarikan nafasnya terdengar semakin berat.

Aina merentangkan tangannya dan melingkarkan nya di dada Arhan. Tangisannya pecah di dada ayah dari putranya itu.

"Jangan tinggalkan kami lagi! Aku tidak sanggup membesarkan putra kita sendirian. Aku membutuhkanmu,"

"Aku mau menikah denganmu, tolong jangan pergi, aku mohon!" isak Aina, dia memeluk Arhan sekuat tenaganya.

Arhan tak sanggup lagi meredam emosinya, tangisannya pecah. Dia mendekap tubuh Aina dan mencium ujung kepala Aina dengan sayang.

"Tidak Aina, aku tidak akan pergi. Aku akan tetap bersama kalian sampai kapanpun, kalian berdua adalah hidupku. Aku tidak ingin kehilangan kalian berdua."

Arhan mengusap kepala Aina dan menciumnya bertubi-tubi. Setelah tangisan keduanya mereda, Arhan mengecup bibir Aina lembut. Hal itu membuat Aina tersenyum dan menguatkan pelukannya.

Terpopuler

Comments

Pujar Bee

Pujar Bee

Naah... kn... bertingkah kmu aini.... ardan tolong tinggalkan saja aini... biar mampuuusss😁😁😁😁

2025-03-01

0

feri marlinda

feri marlinda

yg jelas author nya yg bertele-tele

2024-11-10

0

Tarwiyah Nasa

Tarwiyah Nasa

egois si aina giliran arhannya mau pergi di tahan.

kurang suka dg karakter perempuannya

2024-10-12

1

lihat semua
Episodes
1 GBTD BAB 1.
2 GBTD BAB 2.
3 GBTD BAB 3.
4 GBTD BAB 4.
5 GBTD BAB 5.
6 GBTD BAB 6.
7 GBTD BAB 7.
8 GBTD BAB 8.
9 GBTD BAB 9.
10 GBTD BAB 10.
11 GBTD BAB 11.
12 GBTD BAB 12.
13 GBTD BAB 13.
14 GBTD BAB 14.
15 GBTD BAB 15.
16 GBTD BAB 16.
17 GBTD BAB 17.
18 GBTD BAB 18.
19 GBTD BAB 19.
20 GBTD BAB 20.
21 GBTD BAB 21.
22 GBTD BAB 22.
23 GBTD BAB 23.
24 GBTD BAB 24.
25 GBTD BAB 25.
26 GBTD BAB 26.
27 GBTD BAB 27.
28 GBTD BAB 28.
29 GBTD BAB 29.
30 GBTD BAB 30.
31 GBTD BAB 31.
32 GBTD BAB 32.
33 GBTD BAB 33.
34 GBTD BAB 34.
35 GBTD BAB 35.
36 GBTD BAB 36.
37 GBTD BAB 37.
38 GBTD BAB 38.
39 GBTD BAB 39.
40 GBTD BAB 40.
41 GBTD BAB 41.
42 GBTD BAB 42.
43 GBTD BAB 43.
44 GBTD BAB 44.
45 GBTD BAB 45.
46 GBTD BAB 46.
47 GBTD BAB 47.
48 GBTD BAB 48.
49 GBTD BAB 49.
50 GBTD BAB 50.
51 GBTD BAB 51.
52 GBTD BAB 52.
53 GBTD BAB 53.
54 GBTD BAB 54.
55 GBTD BAB 55.
56 GBTD BAB 56.
57 GBTD BAB 57.
58 GBTD BAB 58.
59 GBTD BAB 59.
60 GBTD BAB 60.
61 GBTD BAB 61.
62 GBTD BAB 62.
63 GBTD BAB 63.
64 GBTD BAB 64.
65 Jodoh di Atas Kertas
66 GBTD BAB 66.
67 GBTD BAB 67.
68 GBTD BAB 68.
69 GBTD BAB 69.
70 GBTD BAB 70.
71 GBTD BAB 71.
72 GBTD BAB 72.
73 GBTD BAB 73.
74 GBTD BAB 74.
75 GBTD BAB 75.
76 GBTD BAB 76.
77 GBTD BAB 77.
78 GBTD BAB 78.
79 GBTD BAB 79.
80 GBTD BAB 80.
81 GBTD BAB 81.
82 GBTD BAB 82.
83 GBTD BAB 83.
84 GBTD BAB 84.
85 GBTD BAB 85.
86 GBTD BAB 86.
87 GBTD BAB 87.
88 GBTD BAB 88.
89 GBTD BAB 89.
90 GBTD BAB 90.
91 GBTD BAB 91.
92 GBTD BAB 92.
93 GBTD BAB 93.
94 GBTD BAB 94.
95 GBTD BAB 95.
96 GBTD BAB 96.
97 GBTD BAB 97.
98 GBTD BAB 98.
99 GBTD BAB 99.
100 GBTD BAB 100.
101 GBTD BAB 101.
102 GBTD BAB 102.
103 GBTD BAB 103.
104 GBTD BAB 104.
105 GBTD BAB 105.
106 GBTD BAB 106.
107 GBTD BAB 107.
108 GBTD BAB 108.
109 GBTD BAB 109.
110 GBTD BAB 110.
111 GBTD BAB 111.
112 GBTD BAB 112.
113 GBTD BAB 113.
114 GBTD BAB 114.
115 GBTD BAB 115.
116 GBTD BAB 116.
117 GBTD BAB 117.
118 GBTD BAB 118.
119 GBTD BAB 119.
120 GBTD BAB 120.
121 GBTD BAB 121.
122 GBTD BAB 122.
123 GBTD BAB 123.
124 GBTD BAB 124.
125 GBTD BAB 125.
126 GBTD BAB 126.
127 GBTD BAB 127.
128 GBTD BAB 128.
129 GBTD BAB 129.
130 GBTD BAB 130.
131 GBTD BAB 131.
132 GBTD BAB 132.
133 GBTD BAB 133.
134 GBTD BAB 134.
135 GBTD BAB 135.
136 GBTD BAB 136.
137 GBTD BAB 137.
138 GBTD BAB 138.
139 GBTD BAB 139.
140 GBTD BAB 140.
141 GBTD BAB 141.
142 TAMAT...
143 Pengumuman...
144 Terjebak Permainan Tuan Galak...
Episodes

Updated 144 Episodes

1
GBTD BAB 1.
2
GBTD BAB 2.
3
GBTD BAB 3.
4
GBTD BAB 4.
5
GBTD BAB 5.
6
GBTD BAB 6.
7
GBTD BAB 7.
8
GBTD BAB 8.
9
GBTD BAB 9.
10
GBTD BAB 10.
11
GBTD BAB 11.
12
GBTD BAB 12.
13
GBTD BAB 13.
14
GBTD BAB 14.
15
GBTD BAB 15.
16
GBTD BAB 16.
17
GBTD BAB 17.
18
GBTD BAB 18.
19
GBTD BAB 19.
20
GBTD BAB 20.
21
GBTD BAB 21.
22
GBTD BAB 22.
23
GBTD BAB 23.
24
GBTD BAB 24.
25
GBTD BAB 25.
26
GBTD BAB 26.
27
GBTD BAB 27.
28
GBTD BAB 28.
29
GBTD BAB 29.
30
GBTD BAB 30.
31
GBTD BAB 31.
32
GBTD BAB 32.
33
GBTD BAB 33.
34
GBTD BAB 34.
35
GBTD BAB 35.
36
GBTD BAB 36.
37
GBTD BAB 37.
38
GBTD BAB 38.
39
GBTD BAB 39.
40
GBTD BAB 40.
41
GBTD BAB 41.
42
GBTD BAB 42.
43
GBTD BAB 43.
44
GBTD BAB 44.
45
GBTD BAB 45.
46
GBTD BAB 46.
47
GBTD BAB 47.
48
GBTD BAB 48.
49
GBTD BAB 49.
50
GBTD BAB 50.
51
GBTD BAB 51.
52
GBTD BAB 52.
53
GBTD BAB 53.
54
GBTD BAB 54.
55
GBTD BAB 55.
56
GBTD BAB 56.
57
GBTD BAB 57.
58
GBTD BAB 58.
59
GBTD BAB 59.
60
GBTD BAB 60.
61
GBTD BAB 61.
62
GBTD BAB 62.
63
GBTD BAB 63.
64
GBTD BAB 64.
65
Jodoh di Atas Kertas
66
GBTD BAB 66.
67
GBTD BAB 67.
68
GBTD BAB 68.
69
GBTD BAB 69.
70
GBTD BAB 70.
71
GBTD BAB 71.
72
GBTD BAB 72.
73
GBTD BAB 73.
74
GBTD BAB 74.
75
GBTD BAB 75.
76
GBTD BAB 76.
77
GBTD BAB 77.
78
GBTD BAB 78.
79
GBTD BAB 79.
80
GBTD BAB 80.
81
GBTD BAB 81.
82
GBTD BAB 82.
83
GBTD BAB 83.
84
GBTD BAB 84.
85
GBTD BAB 85.
86
GBTD BAB 86.
87
GBTD BAB 87.
88
GBTD BAB 88.
89
GBTD BAB 89.
90
GBTD BAB 90.
91
GBTD BAB 91.
92
GBTD BAB 92.
93
GBTD BAB 93.
94
GBTD BAB 94.
95
GBTD BAB 95.
96
GBTD BAB 96.
97
GBTD BAB 97.
98
GBTD BAB 98.
99
GBTD BAB 99.
100
GBTD BAB 100.
101
GBTD BAB 101.
102
GBTD BAB 102.
103
GBTD BAB 103.
104
GBTD BAB 104.
105
GBTD BAB 105.
106
GBTD BAB 106.
107
GBTD BAB 107.
108
GBTD BAB 108.
109
GBTD BAB 109.
110
GBTD BAB 110.
111
GBTD BAB 111.
112
GBTD BAB 112.
113
GBTD BAB 113.
114
GBTD BAB 114.
115
GBTD BAB 115.
116
GBTD BAB 116.
117
GBTD BAB 117.
118
GBTD BAB 118.
119
GBTD BAB 119.
120
GBTD BAB 120.
121
GBTD BAB 121.
122
GBTD BAB 122.
123
GBTD BAB 123.
124
GBTD BAB 124.
125
GBTD BAB 125.
126
GBTD BAB 126.
127
GBTD BAB 127.
128
GBTD BAB 128.
129
GBTD BAB 129.
130
GBTD BAB 130.
131
GBTD BAB 131.
132
GBTD BAB 132.
133
GBTD BAB 133.
134
GBTD BAB 134.
135
GBTD BAB 135.
136
GBTD BAB 136.
137
GBTD BAB 137.
138
GBTD BAB 138.
139
GBTD BAB 139.
140
GBTD BAB 140.
141
GBTD BAB 141.
142
TAMAT...
143
Pengumuman...
144
Terjebak Permainan Tuan Galak...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!