GBTD BAB 8.

Arhan turun dari mobil dan bergegas meninggalkan parkiran. Bahkan kehadiran Hendru sudah tak berarti lagi baginya. Saat ini yang ada di benaknya hanya Aina, Aina dan Aina. Dia sudah tidak sabar ingin bertemu gadis itu secepatnya.

Setibanya di depan lift, Arhan tak sengaja berpapasan dengan Bastian. Namun karena keduanya tidak saling mengenal, Arhan dan Bastian tampak sama-sama cuek.

Bastian berlalu meninggalkan apartemen, sementara Arhan masuk ke dalam lift menuju lantai enam.

Saat pintu lift terbuka lebar, Arhan menghela nafas panjang dan membuangnya pelan. Dia mencoba mengatur nafasnya yang sudah tak beraturan.

Dengan gagahnya, Arhan keluar dari lift dan berjalan menuju pintu apartemen yang ditempati Aina.

Sesampainya di depan pintu, Arhan kembali menghela nafas panjang lalu menekan bel. Berharap keajaiban itu datang menghampirinya.

Selang beberapa menit, pintu apartemen itu akhirnya terbuka. Aina berdiri tegak dengan wajah lesunya.

"Aina," gumam Arhan dengan mata membulat besar.

Aina terlonjak kaget, bibirnya bergetar tanpa berucap sepatah katapun. Tatapan keduanya bertemu dan terpaku untuk sesaat.

Saat Arhan melangkahkan kakinya, Aina bergegas mendorong pintu itu. Dia tidak ingin bertemu Arhan, luka yang hampir sembuh kembali terkoyak saat melihat wajah Arhan.

Arhan menahan pintu itu dengan kakinya. Aina kesulitan, tenaganya tidak cukup kuat melawan tenaga Arhan yang begitu besar.

"Aina, izinkan aku masuk. Aku ingin bicara denganmu." pinta Arhan dengan tatapan sendunya.

"Pergilah, aku tidak ingin melihat wajahmu lagi!" teriak Aina lantang.

Arhan geram dan mendorong pintu dengan kuat, Aina yang saat ini sedang lemah ikut terdorong hingga pintu itu terbuka lebar.

Aina memegangi kepalanya, dia pusing, penglihatannya mulai kabur hingga menyebabkan tubuhnya oleng.

Arhan yang menyadari itu dengan cepat menangkap tubuh Aina yang hampir tersungkur di lantai.

"Aina, apa yang terjadi?" tanya Arhan panik.

Mata Aina tiba-tiba tertutup, tubuhnya terkulai lemas di dalam dekapan Arhan.

"Aina, Aina,"

Arhan menepuk pipi Aina pelan, namun gadis itu sudah tak sadarkan diri. Wajahnya sangat pucat, bibirnya terlihat putih pasi.

Arhan mengangkat tubuh Aina dan membopongnya ke dalam kamar. Dia membaringkan Aina di atas kasur, lalu mencoba membangunkannya.

"Aina, Aina, apa yang terjadi denganmu?"

Arhan menggosok telapak tangan Aina yang sudah dingin, dia benar-benar bingung dan kehilangan akal melihat Aina yang tak meresponnya sama sekali.

Dalam kebingungan nya itu, Arhan teringat dengan Hendru yang masih menunggunya di bawah. Arhan mengeluarkan ponselnya, lalu menghubungi Hendru meminta bantuan.

"Ada apa Tuan?" tanya Hendru dari bawah sana.

"Aina pingsan, tolong carikan Dokter dan bawa ke sini sekarang juga!" perintah Arhan.

"Baik Tuan," jawab Hendru.

Arhan mematikan sambungan telepon itu secara sepihak, lalu melempar ponselnya di atas meja.

"Aina, Aina, bangunlah! Aku mohon."

Arhan menyentuh wajah Aina, suhu tubuh gadis itu sangat dingin. Hal itu membuat Arhan semakin panik. Dia tak bisa lagi menahan diri, air matanya jatuh begitu saja melihat keadaan Aina.

Tanpa ragu, Arhan dengan cepat mencopot pakaiannya. Mulai dari jas, hingga kemeja yang dia kenakan.

Arhan naik ke atas kasur, dia mengangkat tubuh Aina dan membawanya ke dalam dekapannya. Berharap suhu tubuhnya yang hangat bisa berpindah ke tubuh Aina.

"Aina, bangunlah! Jangan membuatku takut!" lirih Arhan, suaranya terdengar berat.

Sudah setengah jam Arhan mendekap tubuh Aina, namun tidak ada reaksi sama sekali dari gadis itu.

Tidak lama, bel tiba-tiba berbunyi. Arhan membaringkan Aina di atas kasur dan bergegas membukakan pintu.

Hendru berdiri di depan pintu bersama seorang dokter. Arhan menghela nafas lega dan menyuruh dokter itu masuk ke dalam.

Arhan mendampingi dokter itu memeriksa kondisi Aina, wajahnya sangat panik dengan mulut komat kamit memohon do'a.

Setelah dokter cantik itu memeriksa Aina secara menyeluruh, dia malah tersenyum menatap Arhan yang terlihat semakin gelisah.

"Apa Bapak ini suaminya?" tanya dokter itu.

Arhan melotot kan matanya mendengar pertanyaan sang dokter. Dia bingung harus menjawab apa, secara mereka berdua tidak memiliki hubungan apa-apa.

"Iya Dok, saya suaminya. Apa yang terjadi dengan istri saya?" jawab Arhan berbohong, tidak ada pilihan lain. Dengan begitu, dokter itu pasti akan mengatakan semuanya kepada Arhan.

"Bapak tidak perlu khawatir, istri Bapak tidak apa-apa. Ini gejala yang umum untuk seorang wanita yang tengah hamil muda." jelas dokter itu.

Mata Arhan kembali membulat, mulutnya menganga mendengar itu. Dia terpaku tanpa kata.

"Jika kejadian seperti ini terjadi lagi, Bapak tidak perlu panik! Dalam tri semester pertama, gejala tiap-tiap wanita itu memang berbeda."

"Saat ini kandungan istri Bapak masih lemah. Jangan biarkan dia bekerja terlalu berat! Istri Bapak harus banyak istirahat dan tidak boleh banyak pikiran."

"Ini resep obat dan vitamin untuk istri Bapak, Bapak bisa menebusnya di apotik terdekat. Kalau Bapak masih ragu, bawa saja istri Bapak ke rumah sakit, kita bisa melakukan pemeriksaaan lebih lanjut di sana." Dokter itu memberikan secarik kertas ke tangan Arhan.

Arhan bergeming mendengar semua itu, dia sama sekali tak percaya dengan ucapan dokter itu.

"Kalau begitu saya permisi dulu, tolong jaga istri Bapak dengan baik!"

"Ok Dok, terima kasih." ucap Arhan.

Arhan mengantar dokter itu sampai pintu, kemudian memberikan kertas itu kepada Hendru.

"Antar dokter ini sampai rumah, lalu tebus obat ini!" perintah Arhan.

Hendru mengangguk kecil, kemudian meninggalkan apartemen bersama sang dokter dan kembali mengantarnya pulang.

Arhan menutup pintu, kemudian melangkah menghampiri Aina yang masih terbaring di atas kasur.

Tanpa Arhan sadari, ternyata Aina mendengar semua itu dalam ketidakberdayaan nya. Air mata Aina jatuh tak terbendung, dunianya seakan runtuh.

Jika wanita lain berbahagia mendengar berita seperti ini, Aina justru terluka. Dia tidak tau harus sedih atau bahagia menerima kenyataan ini.

"Kenapa menangis, apa kau mendengar semuanya?" tanya Arhan dengan tatapan tajamnya.

Aina memalingkan wajahnya ke arah lain, dia tidak sanggup menatap wajah Arhan. Wajah yang pernah menyatu dengan dirinya, bahkan meninggalkan benih di dalam rahimnya.

"Pergilah, aku bisa menghadapi masalahku sendiri!" usir Aina, dia tidak ingin melibatkan Arhan. Dia harus berani menanggung resiko atas perbuatannya tempo hari.

Arhan menggertakkan giginya kuat, dia marah dan kecewa. Entah anak siapa yang ada di dalam perut Aina saat ini.

"Katakan padaku! Anak siapa yang ada di rahimmu itu?" tanya Arhan dengan tatapan membunuhnya.

Aina diam seribu bahasa, dia tak mau menjawab pertanyaan itu. Menurutnya Arhan tidak perlu tau tentang ini.

"Kenapa diam saja? Jawab pertanyaan ku dengan jujur. Anak siapa yang kau kandung ini?" bentak Arhan sembari mencengkram lengan Aina.

"Lepaskan aku, semua ini tidak ada hubungannya denganmu." teriak Aina lantang.

"Apa maksudmu?" tanya Arhan geram.

"Aku sudah menikah, tentu saja ini anak suamiku." tegas Aina berbohong.

Arhan melepaskan cengkraman tangannya dari lengan Aina, wajahnya tampak gusar. Pernyataan Aina membuat hatinya terluka.

Sebenarnya Arhan sangat berharap kalau itu adalah anaknya, darah dagingnya. Namun dia harus menelan kekecewaan, harapannya lenyap begitu saja.

Terpopuler

Comments

Kusii Yaati

Kusii Yaati

aq rasanya pengen mencakar wajah Aina sok jual mahal, padahal arhan sudah berusaha memperbaiki semuanya.dan mau bertanggung jawab...blm apa2 udah bikin emosi si Aina...udahlah Han nggak usah di urusi tu si Aina buat apa, nggak menghargai niat baik mu😡

2024-09-28

4

Yuli Yuli

Yuli Yuli

brputer" crtane

2024-09-22

0

Taufik Hidayat

Taufik Hidayat

kok didramatisir kayak sinetron..pertama gak ketemu2 si arhan dg aina..kedua masak gak ada feeling dr arhan kl itu anaknya

2024-09-17

5

lihat semua
Episodes
1 GBTD BAB 1.
2 GBTD BAB 2.
3 GBTD BAB 3.
4 GBTD BAB 4.
5 GBTD BAB 5.
6 GBTD BAB 6.
7 GBTD BAB 7.
8 GBTD BAB 8.
9 GBTD BAB 9.
10 GBTD BAB 10.
11 GBTD BAB 11.
12 GBTD BAB 12.
13 GBTD BAB 13.
14 GBTD BAB 14.
15 GBTD BAB 15.
16 GBTD BAB 16.
17 GBTD BAB 17.
18 GBTD BAB 18.
19 GBTD BAB 19.
20 GBTD BAB 20.
21 GBTD BAB 21.
22 GBTD BAB 22.
23 GBTD BAB 23.
24 GBTD BAB 24.
25 GBTD BAB 25.
26 GBTD BAB 26.
27 GBTD BAB 27.
28 GBTD BAB 28.
29 GBTD BAB 29.
30 GBTD BAB 30.
31 GBTD BAB 31.
32 GBTD BAB 32.
33 GBTD BAB 33.
34 GBTD BAB 34.
35 GBTD BAB 35.
36 GBTD BAB 36.
37 GBTD BAB 37.
38 GBTD BAB 38.
39 GBTD BAB 39.
40 GBTD BAB 40.
41 GBTD BAB 41.
42 GBTD BAB 42.
43 GBTD BAB 43.
44 GBTD BAB 44.
45 GBTD BAB 45.
46 GBTD BAB 46.
47 GBTD BAB 47.
48 GBTD BAB 48.
49 GBTD BAB 49.
50 GBTD BAB 50.
51 GBTD BAB 51.
52 GBTD BAB 52.
53 GBTD BAB 53.
54 GBTD BAB 54.
55 GBTD BAB 55.
56 GBTD BAB 56.
57 GBTD BAB 57.
58 GBTD BAB 58.
59 GBTD BAB 59.
60 GBTD BAB 60.
61 GBTD BAB 61.
62 GBTD BAB 62.
63 GBTD BAB 63.
64 GBTD BAB 64.
65 Jodoh di Atas Kertas
66 GBTD BAB 66.
67 GBTD BAB 67.
68 GBTD BAB 68.
69 GBTD BAB 69.
70 GBTD BAB 70.
71 GBTD BAB 71.
72 GBTD BAB 72.
73 GBTD BAB 73.
74 GBTD BAB 74.
75 GBTD BAB 75.
76 GBTD BAB 76.
77 GBTD BAB 77.
78 GBTD BAB 78.
79 GBTD BAB 79.
80 GBTD BAB 80.
81 GBTD BAB 81.
82 GBTD BAB 82.
83 GBTD BAB 83.
84 GBTD BAB 84.
85 GBTD BAB 85.
86 GBTD BAB 86.
87 GBTD BAB 87.
88 GBTD BAB 88.
89 GBTD BAB 89.
90 GBTD BAB 90.
91 GBTD BAB 91.
92 GBTD BAB 92.
93 GBTD BAB 93.
94 GBTD BAB 94.
95 GBTD BAB 95.
96 GBTD BAB 96.
97 GBTD BAB 97.
98 GBTD BAB 98.
99 GBTD BAB 99.
100 GBTD BAB 100.
101 GBTD BAB 101.
102 GBTD BAB 102.
103 GBTD BAB 103.
104 GBTD BAB 104.
105 GBTD BAB 105.
106 GBTD BAB 106.
107 GBTD BAB 107.
108 GBTD BAB 108.
109 GBTD BAB 109.
110 GBTD BAB 110.
111 GBTD BAB 111.
112 GBTD BAB 112.
113 GBTD BAB 113.
114 GBTD BAB 114.
115 GBTD BAB 115.
116 GBTD BAB 116.
117 GBTD BAB 117.
118 GBTD BAB 118.
119 GBTD BAB 119.
120 GBTD BAB 120.
121 GBTD BAB 121.
122 GBTD BAB 122.
123 GBTD BAB 123.
124 GBTD BAB 124.
125 GBTD BAB 125.
126 GBTD BAB 126.
127 GBTD BAB 127.
128 GBTD BAB 128.
129 GBTD BAB 129.
130 GBTD BAB 130.
131 GBTD BAB 131.
132 GBTD BAB 132.
133 GBTD BAB 133.
134 GBTD BAB 134.
135 GBTD BAB 135.
136 GBTD BAB 136.
137 GBTD BAB 137.
138 GBTD BAB 138.
139 GBTD BAB 139.
140 GBTD BAB 140.
141 GBTD BAB 141.
142 TAMAT...
143 Pengumuman...
144 Terjebak Permainan Tuan Galak...
Episodes

Updated 144 Episodes

1
GBTD BAB 1.
2
GBTD BAB 2.
3
GBTD BAB 3.
4
GBTD BAB 4.
5
GBTD BAB 5.
6
GBTD BAB 6.
7
GBTD BAB 7.
8
GBTD BAB 8.
9
GBTD BAB 9.
10
GBTD BAB 10.
11
GBTD BAB 11.
12
GBTD BAB 12.
13
GBTD BAB 13.
14
GBTD BAB 14.
15
GBTD BAB 15.
16
GBTD BAB 16.
17
GBTD BAB 17.
18
GBTD BAB 18.
19
GBTD BAB 19.
20
GBTD BAB 20.
21
GBTD BAB 21.
22
GBTD BAB 22.
23
GBTD BAB 23.
24
GBTD BAB 24.
25
GBTD BAB 25.
26
GBTD BAB 26.
27
GBTD BAB 27.
28
GBTD BAB 28.
29
GBTD BAB 29.
30
GBTD BAB 30.
31
GBTD BAB 31.
32
GBTD BAB 32.
33
GBTD BAB 33.
34
GBTD BAB 34.
35
GBTD BAB 35.
36
GBTD BAB 36.
37
GBTD BAB 37.
38
GBTD BAB 38.
39
GBTD BAB 39.
40
GBTD BAB 40.
41
GBTD BAB 41.
42
GBTD BAB 42.
43
GBTD BAB 43.
44
GBTD BAB 44.
45
GBTD BAB 45.
46
GBTD BAB 46.
47
GBTD BAB 47.
48
GBTD BAB 48.
49
GBTD BAB 49.
50
GBTD BAB 50.
51
GBTD BAB 51.
52
GBTD BAB 52.
53
GBTD BAB 53.
54
GBTD BAB 54.
55
GBTD BAB 55.
56
GBTD BAB 56.
57
GBTD BAB 57.
58
GBTD BAB 58.
59
GBTD BAB 59.
60
GBTD BAB 60.
61
GBTD BAB 61.
62
GBTD BAB 62.
63
GBTD BAB 63.
64
GBTD BAB 64.
65
Jodoh di Atas Kertas
66
GBTD BAB 66.
67
GBTD BAB 67.
68
GBTD BAB 68.
69
GBTD BAB 69.
70
GBTD BAB 70.
71
GBTD BAB 71.
72
GBTD BAB 72.
73
GBTD BAB 73.
74
GBTD BAB 74.
75
GBTD BAB 75.
76
GBTD BAB 76.
77
GBTD BAB 77.
78
GBTD BAB 78.
79
GBTD BAB 79.
80
GBTD BAB 80.
81
GBTD BAB 81.
82
GBTD BAB 82.
83
GBTD BAB 83.
84
GBTD BAB 84.
85
GBTD BAB 85.
86
GBTD BAB 86.
87
GBTD BAB 87.
88
GBTD BAB 88.
89
GBTD BAB 89.
90
GBTD BAB 90.
91
GBTD BAB 91.
92
GBTD BAB 92.
93
GBTD BAB 93.
94
GBTD BAB 94.
95
GBTD BAB 95.
96
GBTD BAB 96.
97
GBTD BAB 97.
98
GBTD BAB 98.
99
GBTD BAB 99.
100
GBTD BAB 100.
101
GBTD BAB 101.
102
GBTD BAB 102.
103
GBTD BAB 103.
104
GBTD BAB 104.
105
GBTD BAB 105.
106
GBTD BAB 106.
107
GBTD BAB 107.
108
GBTD BAB 108.
109
GBTD BAB 109.
110
GBTD BAB 110.
111
GBTD BAB 111.
112
GBTD BAB 112.
113
GBTD BAB 113.
114
GBTD BAB 114.
115
GBTD BAB 115.
116
GBTD BAB 116.
117
GBTD BAB 117.
118
GBTD BAB 118.
119
GBTD BAB 119.
120
GBTD BAB 120.
121
GBTD BAB 121.
122
GBTD BAB 122.
123
GBTD BAB 123.
124
GBTD BAB 124.
125
GBTD BAB 125.
126
GBTD BAB 126.
127
GBTD BAB 127.
128
GBTD BAB 128.
129
GBTD BAB 129.
130
GBTD BAB 130.
131
GBTD BAB 131.
132
GBTD BAB 132.
133
GBTD BAB 133.
134
GBTD BAB 134.
135
GBTD BAB 135.
136
GBTD BAB 136.
137
GBTD BAB 137.
138
GBTD BAB 138.
139
GBTD BAB 139.
140
GBTD BAB 140.
141
GBTD BAB 141.
142
TAMAT...
143
Pengumuman...
144
Terjebak Permainan Tuan Galak...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!