Tak terasa Lulu yang berada di pangkuanku kini terlelap tidur. Malaikat kecil yang tak berdosa, harus menanggung derita akan ke egoisan neneknya sendiri.
Kak Indah duduk menyenderkan punggungnya, terlihat wajah kesal dan juga amarah yang mengumpal pada kepala kakaku.
"Kakak enggak habis pikir dengan mertuamu itu, Ana. Ada ya orang tua seperti mertuamu itu."
Kak Indah menggerutu kesal dengan ucapan mertuaku yang memang terdengar tajam seperti silet. Ia menatap tajam ke arah wajahku." Ana, berarti selama ini kamu."
Aku menitihkan air mata dan menyalahkan diriku sendiri," aku gagal menjadi istri yang baik, aku juga gagal menjadi ibu yang baik."
Kak Indah memegang kedua bahuku dan berkata," kamu itu tidak gagal, kakak salut sama kamu yang bisa bertahan dan tak menjelekan kelakuan mertuamu yang baru kakak tahu sekarang. Kamu ini wanita luar biasa Ana. Raka pasti akan menyesal telah menyia nyiakan kamu selama ini."
Wajah yang menunduk, kini kuangkat agar bisa menatap Kak Indah yang terus menyemangatiku agar tidak larut dalam kesedihan.
Aku tersenyum, mengusap pelan air mata agar tidak mengenai Lulu yang tengah tertidur pulas.
"Kamu ini berhak bahagia Ana, kamu wanita hebat. Kamu bisa menyelesaikan masalah ini tanpa emosi. Kakak salut sama kamu."
"Tapi kak. Apa yang dikatakan kakak tidak seperti ada dalam diriku, aku lemah dan emosian. Buktinya aku kabur dari rumah. Aku tidak bisa bertahan dengan keluarga suamiku."
"Kakak tahu, tapi dari semua itu. Kamu mampu menyembunyikan aib keluargamu pada orang lain. Kamu begitu menyimpan harga diri orang yang sudah menjatuhkan harga diri kamu."
"Sudahlah kak, aku tidak butuh di puji, yang aku inginkan bagaimana caranya aku bisa pisah dengan Mas Raka dan juga memiliki hak asuk anak anakku."
"Benar juga apa kata kamu, mengugat tanpa alasan tak pasti itu tidak mudah, apalagi suamimu tidak mengatakan kata cerai."
"Justru itu aku bingung saat ini. kak."
Kak Indah langsung memelukku, hingga tangisanku pecah kembali. Aku benar benar di ambang kebingungan.
"Mamah."
"Farhan, kamu dari mana saja?"
Aku bertanya pada anakku yang baru saja datang, ia terlihat begitu happy, tidak seperti biasanya.
"Farhan, tadi habis jalan jalan sama Om Galih!"
Jawaban Farhan membuat aku dan Kak Indah Kaget.
"Galih, bukanya dia sudah pulang dari tadi siang?"
Kak Indah bertanya dengan hati penasaran.
"Iya, tadi Om Galih datang lagi ke sini, ngajak Farhan beli mainan dan dia pulang lagi karna ada urusan!"
Farhan terlihat begitu bahagia dengan lelaki bernama Galih itu, ia terlihat akrab dengan orang yang baru di kenalnya. Tapi dengan Mas Raka.
Jika mengigat nama Mas Raka hatiku begitu sakit, ia sudah membuat harapanku hancur. Aku berusaha bertahan dari keterpurukan, tapi Mas Raka malah menyia nyiakan pengorbananku.
"Mamah kenapa kok nangis?"
Pertanyaan Farhan membuat aku berusaha tegar, berusaha tersenyum pada rasa sakit yang kini aku rasakan.
"Mamah enggak kenapa napa kok!"
Kedua mata Farhan melirik ke arah Lulu yang tengah tertidur pada pangkuanku.
"Lulu, de."
Aku menempelkan jari telunjukku pada bibir Farhan, agar ia tak begitu berisik saat bertanya.
"Pelan pelan."
Farhan menganggukkan kepala dan kini bertanya kepadaku," kemana Radit."
Deg ....
Aku terdiam sejenak saat Farhan bertanya tentang adiknya, kepadaku. Hingga di mana Kak Indah menyenggol lengan dan mengedipkan mata agar aku menjawab pertanyaan Farhan.
Lamunan yang sudah membuyar membuat aku langsung menjawab." Radit belum diizini papah datang ke sini, sayang."
Setelah mendengar jawaban yang terlontar dari mulutku ini, Farhan terlihat kesal dan mengerutu di depanku dan Kak Indah." Ini pasti gara gara wanita alot itu."
Kak Indah mengerutkan dahi, dan bertanya kepadaku." maksud wanita alot itu."
Farhan yang sudah terlihat kesal dengan kelakuan Mas Raka kini menjawab pertanyaan tantenya." Wanita alot itu, istri kedua papah tante."
Kak Indah tertawa dengan jawaban keponaknya." Kenapa di sebut alot?"
"Ya orang sudah peot!"
Aku dan Kak Indah tentulah tertawa, dengan apa yang di ucapakan Farhan. Saat membahas istri kedua Mas Raka.
"Farhan. Kamu ini, ada ada saja."
Kak Indah mengusap pelan kepala rambut Farhan, merasa senang melihat anak kecil yang tak tahu bapak ibunya ini, bisa membuat tawa padaku dan kak Indah.
Farhan bagaikan anugrah yang di berikan Allah kepadaku, ia selalu membuat aku bahagia. Melindungi mamahnya ini dengan segenap jiwa.
Walau Farhan masih kecil, Tapi pikirannya seperti orang dewasa. Kak Indah kini menyuruh Farhan untuk segera mandi, karna waktu sudah mau menjelang sore.
"Cepat mandi?"
"Iya, Tante!"
Farhan dengan wajah senangnya karna sudah mendapatkan mainan, dari Galih. Ia bergegas menuruti perintah kakaku.
Aku yang penasaran dengan Galih, lelaki yang bertamu dan memberikan rumah dan tanah untuku.
Membuat aku bertanya," kak. Galih itu wajahnya sama kaya Farhan ya?"
Kak Indah menatap ke arah wajahku dan menjawab!" Memang iya, mirip. Bukan mirip lagi, tapi sama percis."
"Apa dia papah Farhan?"
Aku asal menebak dan membuat Kak Indah menjawab." Mana mungkin, bukanya kita menemukan Farhan ...."
Belum ucapan Kak Indah terlontar semuanya, tiba tiba Farhan sudah ada di belakangku.
"Hayo mamah dan tante ngomongin Farhankan?"
Aku menatap ke arah kak Indah, yang hampir saja mengatakan masa lalu anak pertamaku.
Membuat Kak Indah, terlihat gugup dan berusaha mengalihakan pembicaraan.
"Aduh sakit."
Teriak Kak Indah.
"Tante kenapa?"
Farhan terlihat panik saat melihat, tantenya memegang perut dengan meringis kesakitan. membuat Farhan dengan tergesa-gesa mengambil air minum untuk tantenya sendiri.
"Tante tunggu dulu. Farhan abilkan air minum."
setelah kepergian Farhan mengambil air minum, kak Indah langsung bernafas lega. Untung saja dia bisa mengalihkan pembicaraan agar Farhan tidak banyak bertanya.
"Kak, kakak harus hati hati? Aku tak mau Farhan sakit hati, jika Farhan bukanlah darah dagingku sendiri."
ucapku pada kak Indah.
"Kakak minta maaf, Kakak hampir saja salah mengatakan sesuatu yang. Harusnya menjadi rahasia untuk Farhan," balas kak Indah mengusap-usap dadanya yang masih terlihat kaget akan kedatangan Farhan yang secara tiba-tiba berada di belakang punggung Ana.
Tring .... Tring ....
suara ponsel berbunyi, aku langsung bergegas mengambil ponselku sembari menidurkan Lulu di atas kasur.
Mengerutkan dahi begitu banyak pesan yang datang pada ponselku, perlahan kubuka satu-satu pesan yang silih berdatangan tiada henti pada ponselku ini.
kedua mataku membulat melihat isi pesan yang datang, tanpa jeda waktu.
kak Indah kini menghampiriku di dalam kamar, " kenapa, An."
Aku menatap ke arah kak Indah sekilas, menyodorkan ponselku untuk dibaca oleh kak Indah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 296 Episodes
Comments
Hasanah Ibu
lanjut.....
2022-07-18
0
Lailatul Fadjariyah
buang aja si raka itu ana. buktikan bahwa kamu wanita hebat, hak asuh akan jatuh ke tangan kamu. anak2x pasti akan bersama dgn kamu. biarkan raka dgn si ajeng dan ibunya
2022-07-17
0
Nina Ribeiro de Deus
upnya yg banyak donk, thor.... makin penasaran ceritanya... seru!!! gak tahan, ingin baca terusss berulamg-ulang
2022-07-17
1