Radit dan Farhan menghampiriku, di mana aku berjalan melamuni Bu Tuti yang benar benar terlihat kesal padaku.
"Mah."
"Heh. Radit, Farhan. Kalian bikin kaget mamah saja."
"Mamah, jalan serius amat, lagi mikirin apa?"
"Hey, anak kecil seperti kalian tak usah banyak nanya!"
Wajah kedua anak anakku, terlihat murung.
"Hah. Farhan tahu, mamah lagi kesel gara gara, Bu Tutikan?"
"Enggak sayang, mamah enggak lagi kesal, kalian salah paham!"
"Habisnya mamah melamun terus."
Aku hanya bisa menampilkan bibir merekah di hadapan mereka, walau sebenarnya ada rasa tak enak hati, karna perlakuan ibu ibu di sini, yang selalu mengosipiku.
"Mamah, Farhan heran sama mamah?"
"Heran kenapa?"
"Ya, heran aja. Kenapa mamah lemah, enggak melawan, kalau mamah begini terus. Mamah akan di tindas terus menerus sama mereka."
"Tidak baik membals ...."
Belum ucapanku terlontar semuanya, Radit berucap." Apa yang di katakan, kakak benar mah."
"Hey, Radit sayang, kalau mamah bicara enggak boleh nyela omongan mamah, itu tidak baik."
Radit yang memang masih kecil, ia langsung menurut, berbeda dengan Farhan yang sudah besar dan mempunyai prinsip sendiri.
"Ahk, mamah enggak asik. Dari kemarin, enggak baik baik terus. Padahal Farhan juga tahu hati mamah pasti sakit kan?"
Pertanyaan Farhan anak pertamaku, memang mampu membuat mamahnya ini diam seribu bahasa, tahu apa yang di rasakan hati ini.
"Sudah, sudah sebaiknya kalian, cepat mandi. Nanti mamah masakin makanan sepesial untuk kalian."
Farhan dan Radit, tersenyum senang. Mereka melompat lompat, kegirangan.
"Mamah memang yang terbaik."
@@@@@@
Setelah selesai membelikan obat untuk ibu, aku langsung masuk ke dalam rumah. Tak menyangka jika suamiku sudah pulang, Mas Raka pulang dan duduk berhadapan dengan ibu, seperti bertamu saja.
Saat melangkah semakin dekat. Serasa di sambar petir siang bolong, Mas Raka membawa seorang wanita yang duduk di samping kirinya. Wanita itu terlihat sudah agak tua. Akan tetapi . Berpakaian seksi layaknya ABG, dengan rambut menjuntai panjang hitam nan lebat.
Tubuhnya semok, elegan. Membuat aku melihat penampilanku sendiri rasanya minder.
Aku semakin berjalan mendekat ke arah Mas Raka, suamiku terlihat gelisah dengan sesekali melihat raut wajah ibu.
Sedangkan ibu dengan wajahnya yang jutek masih tetap saja diam, sesekali tersenyum melihat wanita di sampingnya.
Siapa wanita itu? Teman kerja Mas Raka kah? Tapi. kenapa wanita itu bergelayut manja pada tangan Mas Raka? Atau jangan-jangan.
Karna rasa penasaran, kini aku mulai bertanya," Mas dia siap?"
Wanita itu memperlihatkan bibirnya yang menyunggingkan ke arah atas, seakan tidak suka melihat penampilanku yang kumuh.
Mas Raka, tetap saja diam. Seperti enggak mengatakan siapa wanita yang duduk di sampingnya begitu dekat.
Wanita itu menjulurkan tanganya, mengajak aku bersalaman. Hingga di mana aku yang kesal dengan wanita itu, menarik tanganya. Menghempaskan dia hingga berdiri, dan terjatuh ke atas lantai.
"Aw."
Terlihat wanita itu meringis kesakitan, akibat dorongan yang begitu kuat dari tanganku.
Mas Raka dan ibu terlihat panik, setelah aku membuat wanita itu terjatuh.
Dengan lembutnya, ibu mengusap pelan kepala rambut wanita itu.
"Ajeng, kamu tidak kenapa kenapa kan."
Sedangkan Mas Raka, menyebut wanita itu dengan ucapan." Sorry my wife you got hurt, okay. You can stand now."
Wanita itu di bantu oleh Mas Raka untuk berdiri, ia membalas ucapan suamiku," Calm down my husband. I don't know why."
Sial, kalau aku bisa berbahas inggris, mungkin aku akan mengerti percakapan mereka berdua. Sayangnya aku hanya lulusan SD dan hanya tahu perdapuran, karna aku hanya seorang anak yatim piatu.
Wanita itu kini menatap ke arah wajahku. Tatapannya begitu tajam, membuat aku menatap balik, hingga di mana bibir tipisnya mulai terbuka dan berucap," What are you crazy?"
Plakkk ....
Entah kenapa dengan sepontan, aku menampar wanita itu. Sampai ibu dan Mas Raka membentakku.
"Kenapa kamu tampar Ajeng, Ana."
"Maaf Mas, aku tidak suka jika dia berbahasa inggris."
Mas Raka memijit keningnya, melihat ke arah wajahku yang mungkin sudah pucat.
"Sekarang katakan saja, siapa wanita ini Mas. Kenapa kamu memanggilnya MY WIFE."
Aku kesal, walau pun semua perkataan mereka tak bisa aku mengerti, tapi ada kata kata yang menyakitkan hati, yang dimana Mas Raka menyebut wanita itu istriku dalam bahasa inggris.
Aku tahu kata kata my wife itu, ketika suaminya kak Indah memanggilnya dengan sebutan my Wife.
Wanita itu menatap ke arah Mas Raka, membuat aku mendorong wajahnya agar tidak terus terusan melihat suamiku.
"Sebenarnya dia istriku!"
"Maksud kamu Mas," deraian air mata mengalir seketika. Masih tak percaya dengan ucapan suamiku itu, mana mungkin suamiku menikah dengan wanita tua. Yang memang di terlihat begitu cantik.
"Sudah jangan nangis kamu Ana, terima nasib. Raka sudah nikah 3 bulan yang lalu." Dengan gampangnya ibu berkata seperti itu, walau aku tahu jika lidah tak bertulang, maka apa yang dikatakan akan mudah terucap. Tanpa memikirkan perasaan orang yang merasa tersakiti.
Wanita itu, menghampiri ibu, mengusap pelan wajah ibu yang kesakitan." Ibu wajah ibu bengkak begini, pasti rasanya menyakitkan, pastinya menantu ibu tidak bisa mengurus ibu dengan baik."
"Tidak apa-apa. Ibu hanya tersengat lebah," elusan tangan ibu mengelus pundak wanita yang sudah menghancurkan hidup dan kebahagianku.
"Ana, kamu lihat istri Raka yang sekarang cantik perhatian, tidak seperti kamu," cetus ibu di depan Mas Raka.
"Mas, kamu jangan bercanda, aku tahu kamu setia. Kamu membuat lelucon ini kan?" Aku bertanya kembali pada suamiku yang masih berdiri di dekat ibu mertua.
"Jawab Mas," tekanku.
Tersirat raut wajah Mas Raka, tak menampilkan, kesedihan atau rasa bersalah, ia seakan santai menanggapi semuanya.
Wanita itu, memegang tangan suamiku, dan berkata.
"My husband, I'm so tired, take me to my room. Let me relax this body."
Aku yang sudah kesal, menarik baju kurang bahan dari wanita itu, dan berkata," apa yang kamu katakan pada Mas Raka, kamu menjelekanku kan?"
Mas Raka berusaha menahan amarahku, dengan sekuat tenaga, melepaskan tanganku yang mecengkram baju wanita yang berada di hadapanku.
"My husband help me." Wanita itu berteriak meminta tolong pada suamiku.
"Ana, kamu ini kenapa, lepaskan Ajeng dari tanganmu itu. Dia tidak ada maksud mengatai ngataimu, Ana."
Mas Raka berusaha melepaskan tanganku, ia tak tahu jika aku marah seperti singa yang sudah siap melahap mangsanya di depan mata.
"Mas, sudah kamu diam saja, aku ingin memberi pelajaran pada wanita ini, siapa suruh dia menikah denganmu." Hardik Ana.
Mertua yang melihat perdebatan dan pertarunganku dengan wanita sok kebulean ini, membuat ia hanya menohok menatap siapa yang akan menang.
Mas Raka yang sadar, ibunya dari tadi diam dan hanya menonton, kini menyuruh wanita tua itu memisahkan kami berdua.
"Bu, bantuin Raka, malah diam saja."
Aku yang sudah dikuasai amarah, mengeluarkan semua kekesalanku dengan mengacak rambut Ajeng dan menyobek bajunya.
Sampai di mana ibu mertua, berusaha memisahkanku. Membuat aku tak sengaja, meninju ibu.
Ibu terdorong dan jatuh, wajah yang belum sembuh total kini terasa menyakitkan kembali.
"Tolong."
Wanita itu melolong kesakitan. Akibat jambakan tangaku. Hingga dimana.
Anak-anak mulai mendekat ke arah Mas Raka.
Aku yang tidak mau melihat anak anakku melihat kelakuan ibunya ini, membuat aku menghentikan jambakan tangan ini dari rambut Ajeng.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 296 Episodes
Comments
Mawar Berduri
aku suka karakter Ana... ya kalau merasa teraniaya itu jangan diam Lawa saja...
2022-07-30
1
Mam Lilu
eh si ana bar bar juga
2022-07-12
0