Dibalik Diamnya Mertuaku

Dibalik Diamnya Mertuaku

Bab 1 Pekerjaan menumpuk.

#Obrolan_Mertuaku_Dengan_Tetangga.

Saat aku tengah mencuci semua baju, dari baju suami dan kedua mertua. Rasanya lelah sekali karna baju kotor yang amat banyak dan menumpuk.

Apalagi bapak mertua yang bekerja sebagai petani dan peternak domba, pasti kebanyangkan baju penuh lumpur.

Penat, dan lelah rasanya seharian mengurus rumah, andai saja aku diizini kerja sama Mas Raka, mungkin aku tidak akan seperti babu di rumah ini.

Beginilah nasib, seatap dengan mertua.

Jam sudah menujukan pukul 07:00 pagi selesai juga aku mencuci baju, dengan sekuat tenaga kudorong ember yang berisi baju yang baru saja aku cuci. Tak lupa menjemur semua baju sendirian.

Setelah selesai mencuci dan menjemur baju,

Saatnya mencuci piring yang menumpuk di kamar mandi.

Sebenarnya aku lelah jika piring kotor harus di tumpuk di kamar mandi, tapi mertuaku selalu menumpukkannya di sana.

Entah kenapa, membuat pekerjaan semakin banyak, karna setelah mencuci piring kotor, aku harus menyikat kamar mandi. Karna bekas cuci piring pastinya kotor.

Karna tinggal di desa, membuat aku berpikir untuk mencuci piring kotor di belakang rumah, agar kamar mandi selalu terlihat bersih.

Membuat selang pancuran agar mempermudahkan semua pekerjaan dapur. Terutama mencuci piring.

Akan tetapi semua yang aku lakukan sia sia.

Mertua malah mendiamkanku selama 1 minggu, membuat aku tentulah tak enak hati.

Saat langkah kaki ini melangkah ke dapur.

Bark ... Bring ... Brugggg.

Serasa suara gelas dan piring yang beradu macam perang, aku segera berlari tergesa-gesa. Mendengar suara di kamar mandi. Ada apa sebenarnya?

Setelah kutengok, ternyata ibu mertua sedang mencuci semua piring kotor, tapi cara mencucinya seperti orang yang lagi berperang, berisik dan sesekali wajan yang sudah hitam di pukul-pukul, entah kenapa dengan ibu mertua?

Apa dia kesal padaku?

Segera kuhampiri dan membantu ibu, terlihat raut wajahnya yang seakan tidak senang akan kedatanganku yang tiba tiba.

"Sini bu, biar Ana yang cuci, ibu istirahat ajah," ucapku sembari mengambil sabun cuci yang tergeletak. Tak jauh dari hadapanya.

Ibu langsung mencuci tangan, melemparkan pengosok piring kotor, pergi tanpa berkata-kata. Memang ibu jarang sekali mengobrol denganku, adapun paling dia minta tolong.

Dengan rasa lelah yang tak tertahankan, aku langsung melanjutkan cuci piring bekas mertua.

Menarik nafas, ada rasa sesak di sini. Melihat raut wajah ibu yang tak biasanya.

Apa memang seperti ini, ketika mempunyai ibu kedu yang kurang suka dengan kehadiran kita?

Tak terasa bulir bening yang aku tahan, akhirnya keluar juga, tak terbendung lagi. Membuat tangan penuh busa sabun aku usap pada air yang basah mengenai pipi.

Setelah selesai, aku segera menyalahkan kompor dan berlanjut memasak.

Memasak sayur kangkung yang di petik suamiku tadi pagi. Tak lupa menghangatkan nasi yang masih tersisa banyak bekas kemarin.

Rasa lelah akibat rutinitas yang tiada henti, membuat perut ini terasa keroncongan, akan tetapi sebagai seorang istri aku harus bisa menahan setelah pekerjaan selesai.

Akhirnya selesai juga memasak, jam sudah menunjukan pukul 09:00 pagi, waktunya menyuruh anak-anak makan. Biasanya masakanku selalu beres jam 8 pagi, karna pekerjaan yang menumpuk membuat aku masak sedikit terlambat.

Anak anakku ternyata tengah bermain di halaman rumah, membuat aku langsung memanggil mereka untuk segera makan.

"Nak, ayo makan?"

Mereka begitu senang, berlarian saat aku menyuruh mereka untuk segera makan.

Semua sudah berkumpul.

Saat itu aku tidak melihat ibu ada dimana? yang terlihat hanyalah aku bapa dan Mas Raka, Anak-anak.

"Ibu kemana, pak?" tanyaku pada bapak mertua yang begitu lahap menyantap makanan di meja.

"Ga tau Neng, gak liat!" jawab bapak terlihat tak peduli dengan ibu.

Rasanya gak enak kalau aku langsung makan tanpa ibu. Setelah memberikan nasi pada piring Mas Raka, pada saat itulah aku berdiri dan pergi dari meja makan.

"Mau ke mana, mah?" tanya Mas Raka kepadaku.

"Nyari ibu!" jawabku sambil berjalan.

"Makan dulu, selagi masih hangat, kamu dari tadi sibuk ngurusin rumah, belum makan," ucap Mas Raka perhatian padaku.

"Enggak Mas, aku mau cari ibu dulu. Enggak enak kalau aku makan, sedangkan ibu belum makan," balasku.

Aku langsung berjalan, setelah membalas ucapan Mas Raka.

segera ku telusuri rumah demi rumah di pedesaan yang terbilang cuacanya sangatlah sejuk.

Melihat masih banyak pepohonan tanpa polusi sedikit pun, di pertengahan jalan, saat kudapati ternyata ibu lagi berkumpul dengan teman-temannya, para tetangga, entah apa yang mereka obrolkan.

Rasa penasaran semakin terasa pada hati dan benakku. Membuat aku memberanikan diri menguping pada balik rumah yang tak jauh di mana mertuaku berkumpul dengan teman gosipnya.

Mertuaku yang duduk kini menerima sebuah nasi dari tetangganya, dengan tersenyum senang wanita tua itu menerima dan langsung memakannya begitu lahap.

Deg ...

Ada rasa sakit di lubuk hati, kucoba meredamkan dengan tetap berpikiri positip. Walau sebenarnya

Batin ini bertanya-tanya apa ibu marah? karna aku  belum  membuatkan sarapan. Telat bagun pagi?

Memang biasanya jam 8 pagi sarapan sudah di atas meja kayu tempat makan kami sekeluarga. Karna malam bergadang, menimang si bungsu, membuat aku jadi bangun kesiangan.

Aku benar benar merasa tak enak hati dengan ibu?Baru kaki melangkah, untuk meminta maaf, aku dikejutkan dengan kata-kata ibu kepada tetanganya.

sesak bercampur kesal saling beradu pada hati ini.

Membuat Air mata jatuh tak terbendung lagi, aku segera pergi dari sana, dengan menghapus bulir-bulir air mataku.

Kenapa aku menjadi lemah, harusnya aku mendengarkan dulu obrolan mertuaku dengan tetangganya. Saat itu aku muncul di depan mereka, agar mereka malu sudah membicarakanku di belakang.

Rasanya sesak ... Badan ini tak berdaya, perut belum terisi dari tadi pagi. Membuat aku tak nafsu untuk makan.

Tapi untuk berlari aku begitu cepat, tanpa kusadari.

Setelah sampai di rumah.

"Kamu kenapa? Mah, ko nangis gitu." Mas Raka menarik lengan tanggaku, dan memeluk erat. Seakan dia tau apa yang tengah di rasakan hati ini.

Tanganku melingkar pada pinggang Mas Raka, seakan tak mau jauh dari pelukanya.

Rasa sesak sedikit, demi sedikit hilang.

"Aku dengar ibu ngomongi nama aku, Mas," ucapku tak kuasa melihat raut wajah Mas Raka, menunduk pandangan inilah caraku agar Mas Raka tidak melihat air mataku jatuh.

"Emang ibu ngomongin apa?" pertanyaan Mas Raka membuat telingaku berdengung kencang.

"Entahlah? Tapi aku dengar ibu sebut namaku."

Sekilas kulirik Mas Raka menepuk jidatnya. 

"Jadi belum tau apa yang ibu obrolin di depan tetangga."

Aku menggelengkan kepala.

Pintu terbuka, menandakan ibu sudah pulang.

Mertuaku  sekilas melirik ke arah wajahku, dan membulatkan matanya ke arah Mas Raka.

Seperti memberi kode, entah kode apa.

"Mas nyamperin ibu dulu, ya."

Aku hanya menganguk pasrah entah apa yang di bicarakan mereka.

seketika semua menjadi tak karuan, aku selalu memikirkan. Apa yang mereka bicarakan tanpa aku ketahui.

**********

Akhirnya Mas Raka ke luar dari kamar, entah apa yang mereka obrolkan.

Karna melihat raut wajah Mas Raka yang seakan gelisah.

Aku menghelap nafas panjang menelan semua yang tak pernah aku dengar.

Namun, sangat terasa di hati, sakit ...

"Apa kata ibu?" tanyaku ketika Mas Raka mengelap keringatnya yang bercucuran.

"Oh gak ko, kamu istirahat saja ya. Mah. Papah mau ke luar, nyari kerjaan dulu."

Aku mencium punggung tanganya dan tak lupa mendoakan kepergian suamiku untuk bekerja, mudah-mudahan ia dapat kerjaan.

Jadi gak nganggur lagi. Biar aku cepat pergi dari rumah ini.

Terpopuler

Comments

👋👋 kak Fitri..setelah sekian lama tersimpan di ❤.akhirya tiba giliran kebaca juga...
baru baca awalnya kyaknya alurnya menarik.semoga bab2 selanjutnya semakin menarik.

2022-10-02

0

ani sumarni

ani sumarni

sy mampir thor

2022-07-28

0

Bidadarinya Sajum Esbelfik

Bidadarinya Sajum Esbelfik

dr fb.. pnasaran 😁

2022-07-24

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Pekerjaan menumpuk.
2 Bab 2 Tatapan mata ibu mertua
3 Bab 3 Obrolan kedua mertuaku.
4 Bab 4 Wajah Sedih Mas Raka.
5 Bab 5 Keresahan Hati
6 Bab 6 kepergian Mas Raka
7 Bab 7 Sarang lebah.
8 Bab 8 Obat untuk ibu mertua
9 Bab 9 Pertanyaan pahit.
10 Bab 10 Pertanyaan anak anak.
11 Bab 11 Sindiran Ajeng.
12 Bab 12 Langkah kaki rapuh.
13 Bab 13 Bu Nunik semakin menjadi jadi.
14 Bab 14 Kerusuhan
15 Bab 15 Lulu Menangis.
16 Bab 16 Pesan datang.
17 Bab 17 Perdebatan dalam sambungan telepon.
18 Bab 18 Skin care.
19 Bab 19 Datangnya Raka.
20 Bab 20 Radit anakku.
21 Bab 21 Luka Anakku
22 Bab 22 Alasan Tak Jelas
23 Bab 23 Jeritan Anakku.
24 Bab 24 Ke Rumah Mas Raka.
25 Bab 25 Map Biru Yang Kubawa
26 Bab 26 Poto Anakku.
27 Bab 27 Mas Raka keterlaluan
28 Bab 28 Siapa yang berlari.
29 Bab 29 Farhan bercerita
30 Bab 30 Mulut Mas Raka.
31 Bab 31 Debat.
32 Bab 32 kalah debat.
33 Bab 33 Tak menyangka.
34 Bab 34 Menduga
35 Bab 35 Kehadiran Bu Dela.
36 Bab 36 Palsu Atau Asli.
37 Bab 37 Poto Yang Dikirimkan Pak Galih.
38 Bab 38 Jam 19:00 Pak Galih datang
39 Bab 39 Bersiap siap.
40 Bab 40 Make- up.
41 Bab 41 Gara gara aku berubah cantik
42 Bab 42 Menang.
43 Bab 43 Memakai baju hitam?
44 Bab 44 Ke kantor polisi
45 Bab 45 Tamparan keras untuk Siren.
46 Bab 46 Mainan Radit.
47 Bab 47 Mendatangi Radit.
48 Bab 48 Pingsanya aku melihat Kertas putih
49 Bab 49 Aneh
50 Bab 50 Memberi pengertian
51 Bab 51 Amnesia
52 Bab 52 Balas dendam itu datang
53 Bab 53 Pengalihan
54 Bab 54 Sahabat Masa Lalu
55 Bab 55 Bayangan Masa Lalu.
56 Bab 56 Menduga penyebab kecelakaan
57 Bab 57 Berangkat
58 Bab 58 Menemui Bu Sumyati.
59 Bab 59 Sekarang aku tahu
60 Bab 60 Ketakutan
61 Bab 61 Diary yang kutemukan
62 Bab 62 Melempar kertas.
63 Bab 63 Sorum mobil
64 Bab 64 Menemui Adam
65 Bab 65 Usahaku berjalan lancar
66 Bab 66 Pengemis itu anakku
67 Bab 67 Kejujuran Radit.
68 Bab 68 Bercermin
69 Bab 69 Tentang kalung dan jam tangan
70 Bab 70 Penjelasan Deni.
71 Bab 71 Pov Raka
72 Bab 72 Pov Raka 2 ke rumah ibu
73 Bab 73 Pov Raka di rumah mertua.
74 Bab 74 Pov Raka. Pengakuan
75 Bab 75 Pov Raka. Sadis
76 Bab 76 Pov Raka. Ada apa dengan ayah Ajeng?
77 Bab 77 Pov Raka. Bercerai.
78 Bab 78 Pov Raka. Bucinnya Ajeng
79 Bab 79 Pov Raka Diamnya Ajeng.
80 Bab 80 Pov Raka. Tergoda
81 Bab 81 Pov Raka. Menyesal
82 Bab 82 Pov Raka. Hari menyebalkan.
83 Bab 83 Pov Raka. Masuk penjara.
84 Bab 84 Pov Autor. Melamunya Anna.
85 Bab 85 Pov Autor. Kecelakaan.
86 Bab 86 Pov Autor. Meminta pertolongan.
87 Bab 87 PoV Autor. Kenyataan pahit untuk Ajeng.
88 Bab 88 Pov Autor, Bu sumyati baru tahu
89 Bab 89. Rumah sakit. Bertemu Galih
90 Bba 90 Pilihan untuk Indah,
91 Bab 91 Pernyaataan Indah.
92 Bab 92 Orang yang datang ke rumah Indah.
93 Bab 93 Mengusir Siren
94 Bab 94 Sebuah pilihan, iya atau tidak.
95 Bab 95 TERPESONANYA Deni
96 Bab 96 Kenyataan pahit untuk Ajeng.
97 Bab 97. Anna memikirkan pilihanya
98 Bab 98 Seminggu lagi
99 Bab 99 Aksi Deni.
100 Bab 100. Debat Danu dan Deni
101 Bab 101 Menjenguk ke penjara.
102 Bab 102 Bercanda menjadi kenyataan.
103 Bab 103 Mas Danu ngamuk.
104 Bab 104 Menjenguk.
105 Bab 105 Memberi kejutan.
106 Bab 106 Pikiran Indah.
107 Bab 107 Gaun pengantin
108 Bab 108 Bu Ayu datang .
109 Bab 109 Masa lalu teringat
110 Bab 110 Farhan keberatan.
111 Bab 111 Gugup
112 Bab 112 Pernikahan di gelar
113 Bab 113 Tingkah ibunda Danu.
114 Bab 114 Tamparan.
115 Bab 115 Ucapan Bu Dela. Membuat Deni kesal.
116 Bab 116 Melepaskan
117 Bab 117 Meninggalkan.
118 Bab 118 Bayangan Ainun
119 Bab 119 Sosok Tamu.
120 Bab 120 Kumat.
121 Bab 121Pingsannya Ainun.
122 Bab 122 Ainun masuk rumah sakit
123 Bab 123 Takdir Galih
124 Bab 124 Rasa kasihan menjadi mala petaka.
125 Bab 125 Anna membuat Ainun malu.
126 Bab 126 Melihat Farhan. Ainun
127 Bab 127 Tak menyukai anak kecil
128 Bab 128 Kepanikan Anna.
129 Bab 129 Gagal.
130 Bab 130 Ajeng dengan pisau
131 Bab 131 Kejujuran Galih
132 Bab 132 Masuk rumah sakit.
133 Bab 133 Bermesraan Indah dan Deni
134 Bab 134 kenapa dengan Danu
135 Bab 135 Kehancuran hati Bu Dela
136 Bab 136 Menyalahkan Indah
137 Bab 137 Sampai
138 Bab 138 kesalnya Galih
139 Bab 139 Menyesali apa yang sudah tejadi
140 Bab140 Mengusir Ainun.
141 Bab 141 Ocehan Indah
142 Bab 142 Mengkompori Farhan
143 Bab143 Menegangkan.
144 Bab 144 Ainun baru tahu.
145 Bab 145 Pesan dari Galih
146 Bab 146 Marahnya Indah.
147 Bab 147 Teriakan Ainun
148 Bab 148 ketakutan Ainun.
149 Bab 149 Mimpi untuk Anna
150 Bab 150 Aksi Ainun
151 Bab 151 Melihat Anna
152 Bab 152 Kepemakaman.
153 Bab 153 Mengetahui semuanya. Farhan
154 Bab 154 Menangisnya Farhan
155 Bab 155 Sadarnya Ajeng
156 Bab 156 Jebakan sudah di mulai
157 Bab 157 Terkecohnya Intan
158 Bab 158 Rekaman CCTV
159 Bab 159 Di pecatnya Intan
160 Bab 160 Perginya Intan
161 Bab 161 kebahagian Ainun
162 Bab 162 Anak baik
163 Bab 163 Bu Sari Datang
164 Bab 164 Omongan Bu Sari
165 Bab 165 Farhan mengajak Nenek
166 Bab 166 Datang ke rumah sakit
167 Bab 167 Ketakutan Indah yang begitu dalam
168 Bab 168 Kebahagian mereka ber4
169 Bab 169 Bu Sari di antar pulang
170 Bab 170 Perginya Farhan
171 Bab 171 keterpaksaan.
172 Bab 172. Memikirkan ucapan sang nenek
173 Bab 173 Farhan berdebat dengan Anna.
174 Bab 174 Menemui Ajeng.
175 Bab 175 Membujuk Ajeng.
176 Bab 176 Menyesal.
177 Bab 177 Menangis
178 Bab 178 Kabar suami Bu Sari.
179 Ban 179 Omong kosong
180 Bab 180 Melihat sang suami.
181 Bab 181 Anna bisa pulang ke rumah
182 Bab 182 Permohonan Ajeng
183 Bab 183 kasih sayang seorang bapak mertua.
184 Ban 184 Keharmonisan yang diinginkan Bu Sari
185 Bab 185 keras kepalanya Ajeng
186 Bab 186 Keras kepala
187 Bab 187 Ketukan pintu
188 Bab 188 Pergi ke penjara.
189 Bab 189 Debat seorang anak dan ayah
190 Bab 190
191 Bab 191
192 Bab 192
193 Bab 193 Menelepon.
194 Bab 194
195 Bab 195
196 Bab 196
197 Bab 197 kecemasan Intan
198 Bab 198 Justin dan Intan
199 Bab 199
200 Bab 200 Nasib Ainun
201 Bab 201
202 Bab 202 Irinya Lulu
203 Bab 203
204 Bab 204 terungkap langsung
205 Bab 205 Ke rumah sakit
206 Bab 206 Anna pergi
207 Bab 207 Diamnya Anna
208 Bab 208 Berusaha menguatkan hati
209 Bab 209 Obat.
210 Bab 210 Berpura pura jadi suster
211 Bab 211 Ainun dalam bahaya
212 Bab 212 Dikuburkannya Justin
213 Bab 213 Tangisan Anna.
214 Bab 214 Lulu dibawa pergi
215 Bab 215 Rengakan Lulu.
216 Bab 216 Naik bus.
217 Ban 217 Nasib Lulu
218 Bab 218
219 Bab 219 Di perkampungan sang sahabat
220 Bab 220 Mendengarkan Lulu.
221 Bab 221 Ainun siuman.
222 Bab 222 Radit marah
223 Bab 223 Penjelasan.
224 Bab 224 Lulu memanggil Nita
225 Bab 225 Nekad.
226 Bab 226
227 Bab 227
228 Bab 228 Tak berhasil
229 Bab 229
230 Bab 230 Intan tak di beri makan
231 Bab 231 Nasib Intan tak baik
232 Bab 232 Ibu ibu rempong
233 Bab 233 Seorang sahabat
234 Bab 234 Tangis Lulu
235 Bab 235
236 Bab 236 Goyahnya hati Lulu
237 Bba 237
238 Bab 238 Samsul kuatir
239 Bab 239 Banyak berpikir
240 Bab 240 Bu Nira memberitahu.
241 Bab 241 Nita Ragu.
242 Bab 242
243 Bab 243
244 Bab 244
245 Bba 245
246 Bab 246
247 Bab 247
248 Bab 248
249 Bab 249
250 Bab 250
251 Bab 251 Ribetnya polisi.
252 Bab 252 Penjelasan.
253 Bab 253 Sebuah cincin
254 Bab 254
255 Bab 255
256 Bab 256
257 Bab 257 Enak.
258 Bab 258
259 Bab 259 Marimar dalam situasi gawat
260 Bab 260 Meminta maaf.
261 Bab 261
262 Bab 262 Debat
263 Bab 263
264 Bab 264
265 Bab 265
266 Bab 266
267 Bab 267
268 Bab 268
269 Bab 269
270 Bab 270
271 Ban 271
272 Bab 272
273 Bab 273
274 Bab 274
275 Bab 275
276 Bab 276
277 Bab 277
278 Bab 278
279 Bab 279
280 Bab 280
281 Bab 281
282 Bab 282
283 Bab 283
284 Bab 284
285 Bab 285
286 Bab 287
287 Bab 288
288 Bab 289 Masuk rumah sakit. Bu Suci
289 Bab 290
290 Bba 291 kematian
291 Tak menyangka.
292 Bab 292
293 Bab 293
294 Bab 294
295 Bab 295
296 Bba 296 Tamat.
Episodes

Updated 296 Episodes

1
Bab 1 Pekerjaan menumpuk.
2
Bab 2 Tatapan mata ibu mertua
3
Bab 3 Obrolan kedua mertuaku.
4
Bab 4 Wajah Sedih Mas Raka.
5
Bab 5 Keresahan Hati
6
Bab 6 kepergian Mas Raka
7
Bab 7 Sarang lebah.
8
Bab 8 Obat untuk ibu mertua
9
Bab 9 Pertanyaan pahit.
10
Bab 10 Pertanyaan anak anak.
11
Bab 11 Sindiran Ajeng.
12
Bab 12 Langkah kaki rapuh.
13
Bab 13 Bu Nunik semakin menjadi jadi.
14
Bab 14 Kerusuhan
15
Bab 15 Lulu Menangis.
16
Bab 16 Pesan datang.
17
Bab 17 Perdebatan dalam sambungan telepon.
18
Bab 18 Skin care.
19
Bab 19 Datangnya Raka.
20
Bab 20 Radit anakku.
21
Bab 21 Luka Anakku
22
Bab 22 Alasan Tak Jelas
23
Bab 23 Jeritan Anakku.
24
Bab 24 Ke Rumah Mas Raka.
25
Bab 25 Map Biru Yang Kubawa
26
Bab 26 Poto Anakku.
27
Bab 27 Mas Raka keterlaluan
28
Bab 28 Siapa yang berlari.
29
Bab 29 Farhan bercerita
30
Bab 30 Mulut Mas Raka.
31
Bab 31 Debat.
32
Bab 32 kalah debat.
33
Bab 33 Tak menyangka.
34
Bab 34 Menduga
35
Bab 35 Kehadiran Bu Dela.
36
Bab 36 Palsu Atau Asli.
37
Bab 37 Poto Yang Dikirimkan Pak Galih.
38
Bab 38 Jam 19:00 Pak Galih datang
39
Bab 39 Bersiap siap.
40
Bab 40 Make- up.
41
Bab 41 Gara gara aku berubah cantik
42
Bab 42 Menang.
43
Bab 43 Memakai baju hitam?
44
Bab 44 Ke kantor polisi
45
Bab 45 Tamparan keras untuk Siren.
46
Bab 46 Mainan Radit.
47
Bab 47 Mendatangi Radit.
48
Bab 48 Pingsanya aku melihat Kertas putih
49
Bab 49 Aneh
50
Bab 50 Memberi pengertian
51
Bab 51 Amnesia
52
Bab 52 Balas dendam itu datang
53
Bab 53 Pengalihan
54
Bab 54 Sahabat Masa Lalu
55
Bab 55 Bayangan Masa Lalu.
56
Bab 56 Menduga penyebab kecelakaan
57
Bab 57 Berangkat
58
Bab 58 Menemui Bu Sumyati.
59
Bab 59 Sekarang aku tahu
60
Bab 60 Ketakutan
61
Bab 61 Diary yang kutemukan
62
Bab 62 Melempar kertas.
63
Bab 63 Sorum mobil
64
Bab 64 Menemui Adam
65
Bab 65 Usahaku berjalan lancar
66
Bab 66 Pengemis itu anakku
67
Bab 67 Kejujuran Radit.
68
Bab 68 Bercermin
69
Bab 69 Tentang kalung dan jam tangan
70
Bab 70 Penjelasan Deni.
71
Bab 71 Pov Raka
72
Bab 72 Pov Raka 2 ke rumah ibu
73
Bab 73 Pov Raka di rumah mertua.
74
Bab 74 Pov Raka. Pengakuan
75
Bab 75 Pov Raka. Sadis
76
Bab 76 Pov Raka. Ada apa dengan ayah Ajeng?
77
Bab 77 Pov Raka. Bercerai.
78
Bab 78 Pov Raka. Bucinnya Ajeng
79
Bab 79 Pov Raka Diamnya Ajeng.
80
Bab 80 Pov Raka. Tergoda
81
Bab 81 Pov Raka. Menyesal
82
Bab 82 Pov Raka. Hari menyebalkan.
83
Bab 83 Pov Raka. Masuk penjara.
84
Bab 84 Pov Autor. Melamunya Anna.
85
Bab 85 Pov Autor. Kecelakaan.
86
Bab 86 Pov Autor. Meminta pertolongan.
87
Bab 87 PoV Autor. Kenyataan pahit untuk Ajeng.
88
Bab 88 Pov Autor, Bu sumyati baru tahu
89
Bab 89. Rumah sakit. Bertemu Galih
90
Bba 90 Pilihan untuk Indah,
91
Bab 91 Pernyaataan Indah.
92
Bab 92 Orang yang datang ke rumah Indah.
93
Bab 93 Mengusir Siren
94
Bab 94 Sebuah pilihan, iya atau tidak.
95
Bab 95 TERPESONANYA Deni
96
Bab 96 Kenyataan pahit untuk Ajeng.
97
Bab 97. Anna memikirkan pilihanya
98
Bab 98 Seminggu lagi
99
Bab 99 Aksi Deni.
100
Bab 100. Debat Danu dan Deni
101
Bab 101 Menjenguk ke penjara.
102
Bab 102 Bercanda menjadi kenyataan.
103
Bab 103 Mas Danu ngamuk.
104
Bab 104 Menjenguk.
105
Bab 105 Memberi kejutan.
106
Bab 106 Pikiran Indah.
107
Bab 107 Gaun pengantin
108
Bab 108 Bu Ayu datang .
109
Bab 109 Masa lalu teringat
110
Bab 110 Farhan keberatan.
111
Bab 111 Gugup
112
Bab 112 Pernikahan di gelar
113
Bab 113 Tingkah ibunda Danu.
114
Bab 114 Tamparan.
115
Bab 115 Ucapan Bu Dela. Membuat Deni kesal.
116
Bab 116 Melepaskan
117
Bab 117 Meninggalkan.
118
Bab 118 Bayangan Ainun
119
Bab 119 Sosok Tamu.
120
Bab 120 Kumat.
121
Bab 121Pingsannya Ainun.
122
Bab 122 Ainun masuk rumah sakit
123
Bab 123 Takdir Galih
124
Bab 124 Rasa kasihan menjadi mala petaka.
125
Bab 125 Anna membuat Ainun malu.
126
Bab 126 Melihat Farhan. Ainun
127
Bab 127 Tak menyukai anak kecil
128
Bab 128 Kepanikan Anna.
129
Bab 129 Gagal.
130
Bab 130 Ajeng dengan pisau
131
Bab 131 Kejujuran Galih
132
Bab 132 Masuk rumah sakit.
133
Bab 133 Bermesraan Indah dan Deni
134
Bab 134 kenapa dengan Danu
135
Bab 135 Kehancuran hati Bu Dela
136
Bab 136 Menyalahkan Indah
137
Bab 137 Sampai
138
Bab 138 kesalnya Galih
139
Bab 139 Menyesali apa yang sudah tejadi
140
Bab140 Mengusir Ainun.
141
Bab 141 Ocehan Indah
142
Bab 142 Mengkompori Farhan
143
Bab143 Menegangkan.
144
Bab 144 Ainun baru tahu.
145
Bab 145 Pesan dari Galih
146
Bab 146 Marahnya Indah.
147
Bab 147 Teriakan Ainun
148
Bab 148 ketakutan Ainun.
149
Bab 149 Mimpi untuk Anna
150
Bab 150 Aksi Ainun
151
Bab 151 Melihat Anna
152
Bab 152 Kepemakaman.
153
Bab 153 Mengetahui semuanya. Farhan
154
Bab 154 Menangisnya Farhan
155
Bab 155 Sadarnya Ajeng
156
Bab 156 Jebakan sudah di mulai
157
Bab 157 Terkecohnya Intan
158
Bab 158 Rekaman CCTV
159
Bab 159 Di pecatnya Intan
160
Bab 160 Perginya Intan
161
Bab 161 kebahagian Ainun
162
Bab 162 Anak baik
163
Bab 163 Bu Sari Datang
164
Bab 164 Omongan Bu Sari
165
Bab 165 Farhan mengajak Nenek
166
Bab 166 Datang ke rumah sakit
167
Bab 167 Ketakutan Indah yang begitu dalam
168
Bab 168 Kebahagian mereka ber4
169
Bab 169 Bu Sari di antar pulang
170
Bab 170 Perginya Farhan
171
Bab 171 keterpaksaan.
172
Bab 172. Memikirkan ucapan sang nenek
173
Bab 173 Farhan berdebat dengan Anna.
174
Bab 174 Menemui Ajeng.
175
Bab 175 Membujuk Ajeng.
176
Bab 176 Menyesal.
177
Bab 177 Menangis
178
Bab 178 Kabar suami Bu Sari.
179
Ban 179 Omong kosong
180
Bab 180 Melihat sang suami.
181
Bab 181 Anna bisa pulang ke rumah
182
Bab 182 Permohonan Ajeng
183
Bab 183 kasih sayang seorang bapak mertua.
184
Ban 184 Keharmonisan yang diinginkan Bu Sari
185
Bab 185 keras kepalanya Ajeng
186
Bab 186 Keras kepala
187
Bab 187 Ketukan pintu
188
Bab 188 Pergi ke penjara.
189
Bab 189 Debat seorang anak dan ayah
190
Bab 190
191
Bab 191
192
Bab 192
193
Bab 193 Menelepon.
194
Bab 194
195
Bab 195
196
Bab 196
197
Bab 197 kecemasan Intan
198
Bab 198 Justin dan Intan
199
Bab 199
200
Bab 200 Nasib Ainun
201
Bab 201
202
Bab 202 Irinya Lulu
203
Bab 203
204
Bab 204 terungkap langsung
205
Bab 205 Ke rumah sakit
206
Bab 206 Anna pergi
207
Bab 207 Diamnya Anna
208
Bab 208 Berusaha menguatkan hati
209
Bab 209 Obat.
210
Bab 210 Berpura pura jadi suster
211
Bab 211 Ainun dalam bahaya
212
Bab 212 Dikuburkannya Justin
213
Bab 213 Tangisan Anna.
214
Bab 214 Lulu dibawa pergi
215
Bab 215 Rengakan Lulu.
216
Bab 216 Naik bus.
217
Ban 217 Nasib Lulu
218
Bab 218
219
Bab 219 Di perkampungan sang sahabat
220
Bab 220 Mendengarkan Lulu.
221
Bab 221 Ainun siuman.
222
Bab 222 Radit marah
223
Bab 223 Penjelasan.
224
Bab 224 Lulu memanggil Nita
225
Bab 225 Nekad.
226
Bab 226
227
Bab 227
228
Bab 228 Tak berhasil
229
Bab 229
230
Bab 230 Intan tak di beri makan
231
Bab 231 Nasib Intan tak baik
232
Bab 232 Ibu ibu rempong
233
Bab 233 Seorang sahabat
234
Bab 234 Tangis Lulu
235
Bab 235
236
Bab 236 Goyahnya hati Lulu
237
Bba 237
238
Bab 238 Samsul kuatir
239
Bab 239 Banyak berpikir
240
Bab 240 Bu Nira memberitahu.
241
Bab 241 Nita Ragu.
242
Bab 242
243
Bab 243
244
Bab 244
245
Bba 245
246
Bab 246
247
Bab 247
248
Bab 248
249
Bab 249
250
Bab 250
251
Bab 251 Ribetnya polisi.
252
Bab 252 Penjelasan.
253
Bab 253 Sebuah cincin
254
Bab 254
255
Bab 255
256
Bab 256
257
Bab 257 Enak.
258
Bab 258
259
Bab 259 Marimar dalam situasi gawat
260
Bab 260 Meminta maaf.
261
Bab 261
262
Bab 262 Debat
263
Bab 263
264
Bab 264
265
Bab 265
266
Bab 266
267
Bab 267
268
Bab 268
269
Bab 269
270
Bab 270
271
Ban 271
272
Bab 272
273
Bab 273
274
Bab 274
275
Bab 275
276
Bab 276
277
Bab 277
278
Bab 278
279
Bab 279
280
Bab 280
281
Bab 281
282
Bab 282
283
Bab 283
284
Bab 284
285
Bab 285
286
Bab 287
287
Bab 288
288
Bab 289 Masuk rumah sakit. Bu Suci
289
Bab 290
290
Bba 291 kematian
291
Tak menyangka.
292
Bab 292
293
Bab 293
294
Bab 294
295
Bab 295
296
Bba 296 Tamat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!