Willy bersama teman geng nya sedang berkumpul di sebuah tempat, mereka menunggu giliran untuk balapan.
"Baiklah, selanjutnya mari kita sambut 2 pembalap berikutnya, Willy dan Ilham!"
Willy pun maju dan masuk ke arena balap dengan membawa helmnya. Ia bertatapan dengan Ilham sebelum berjalan.
"Gua pastiin lu bakal kalah kali ini!" Kata Ilham.
"Kita liat aja nanti siapa yang menang." jawab Willy.
Mereka pun menaiki motor masing-masing dan memakai helm mereka.
"Are you ready?"
Willy dan Ilham mengangguk.
"One... two... three go!"
Mereka langsung melaju dengan secepat mungkin disambut oleh tepuk tangan dan teriakan para penonton.
**********
Kiara ingin beristirahat, namun ia tidak tahu harus beristirahat dimana.
Ia pun bertanya pada pembantu lain disana.
"Misi Bu, kamar buat saya dimana ya?"
"Oh, kamar buat kamu ada di depan." jawab dia.
"Loh kok di depan Bu? Bukannya tempat tidur pembantu tuh di belakang?" tanya Kiara.
"Iya, kata tuan Martin begitu." jawab dia.
"Oh, baik terimakasih Bu." kata Kiara.
Kiara memutar balik dan berjalan ke kamar di depan.
Ia terkejut melihat pintu kamar bertuliskan nama dirinya.
"Kok bisa ada nama aku disini?" tanya Kiara.
"Emangnya kenapa? Kan itu kamar kamu."
Tiba-tiba suara berat menyaut, ternyata itu suara Martin.
Kiara langsung menoleh dan kaget.
"Eh Tuan, ngagetin aja." kata Kiara sambil tersenyum spontan.
"Maaf kalo saya ngagetin kamu, saya cuma mau kasih tau kalau itu kamar kamu." kata Martin.
"Kenapa kamar saya disini pak? Kok enggak sama pembantu yang lain?" tanya Kiara.
"Kamu kan spesial." jawab Martin singkat dan dingin.
Setelah berbicara, Martin pergi sambil tangannya ditaruh di saku celana nya.
"Maksud dia apa ya? Masa aku spesial, emangnya aku martabak apa?" batin Kiara.
Kiara memasuki kamar itu, dia kaget melihat isi kamarnya yang penuh barang-barang berharga.
Tempat tidurnya pun terlihat istimewa dan sangat wangi.
"Ini serius kamar aku?" batin Kiara.
**********
Willy dan Ilham mendekati garis finish, mereka berjarak tipis dengan Willy memimpin di depan.
Akhirnya, Willy berhasil menyentuh garis finish lebih dulu dari Ilham.
Willy mengangkat tangannya dan berteriak, juga disambut oleh sorak sorai para penonton.
Willy berhenti dan membuka helmnya, beberapa wanita langsung menghampiri nya.
"Ih kamu hebat banget si ganteng!"
"Iya ih ternyata selain ganteng juga jago balapan, duh idaman banget!"
"Udah udah, gausah muji-muji gua terus! Tar gua terbang lagi." kata Willy sambil tertawa.
Para wanita itu juga ikut tertawa mendengar perkataan Willy.
Kemudian, Ilham dan temannya menghampiri Willy.
"Heh lu boleh menang sekarang, tapi besok gua jamin lu bakal kalah!"
"Udah lah Ham, gua males terima tantangan lu terus, akhir-akhir nya gua juga kan yang menang. Emang lu gak capek apa nantangin gua mulu?" jawab Willy.
"Halah, bilang aja lu takut kan sama gua!" kata Ilham.
"Takut? Ngapain gua takut sama pecundang kaya lu." jawab Willy.
"Kurang ajar lu!" kata Ilham lalu ingin menonjok Willy.
Namun, Ilham ditahan oleh teman-temannya.
Teman-teman Willy yang melihat itu langsung menghampiri mereka.
"Eh eh ada apa nih?"
"Enggak, gak ada apa-apa." jawab Willy.
"Heh, gua tunggu lu di tempat biasa besok jam 10 malam!" kata Ilham sambil telunjuknya mengarah ke wajah Willy.
Lalu Ilham dan temannya pergi.
"Dia nantangin lu lagi Wil?" tanya Randi.
"Iya Ran." jawab Willy.
"Yaudah sekarang kita ke cafe biasa, kita rayakan kemenangan lu disana!" kata Thoriq.
"Oke boleh tuh." kata Willy sambil tersenyum.
Lalu Willy dan teman-temannya pergi ke tempat mereka biasa kumpul.
Sesampainya disana, orang-orang yang sedang makan langsung lari dan pergi dari tempat itu.
"Yailah masih takut aja ama kita." kata Thoriq.
"Wajar lah Riq, kan kita pernah buat ulah disini" kata Willy.
"Yaudah Yo masuk!" sambung Willy.
Mereka pun masuk kedalam dan duduk.
Salah seorang pelayan cafe mendatangi meja Willy dan teman-temannya.
"Maaf mas, tolong jangan kumpul-kumpul disini, kasian orang yang mau makan jadi ke ganggu."
"Loh loh, saya sama temen-temen saya pelanggan loh mba disini, kita mau makan." kata Willy.
"Iya mba, masa mba mau ngusir kita sih? Kita kan pelanggan dan pelanggan itu adalah raja!" kata Randi.
"Tapi mas, kehadiran kalian udah bikin semua pelanggan di cafe ini kabur tanpa membayar. Kita jadi rugi karena kalian."
"Mba, kita kesini mau makan, urusan orang-orang itu pada kabur tanpa bayar ya itu bukan urusan kami." kata Willy.
"Udah sekarang gini, kalo emang kita gaboleh makan disini, kita pergi aja deh cari tempat lain yang mau dikasih duit." lanjut Willy.
Willy lalu berdiri. Tiba-tiba seorang laki-laki menghampiri mereka.
"Ada apa ini?"
"Tanya aja sama mba ini!" jawab Willy.
Lalu Willy dan teman-temannya pergi dari cafe itu.
Namun, laki-laki itu mengejar mereka keluar.
"Tunggu tunggu, kalian jangan pergi dulu! Maafin pegawai saya ya, ayo kalian masuk lagi!"
"Duh, maaf pak, kita udah gak ada selera makan disini." kata Willy.
Mereka pun menaiki motor mereka dan pergi dari cafe itu.
***********
"Kamarnya bagus banget, beda banget sama kamar ku di kampung dulu. Disini kasurnya juga empuk lagi." kata Kiara.
Tak lama kemudian, ada yang mengetuk pintu kamar Kiara.
Tok tok tok..
"Misi non, saya mau antar makanan"
Kiara kaget karena orang itu memanggil dirinya dengan sebutan "Non".
Dia lalu menyaut dan berdiri dari kasur.
"Iya masuk aja"
Orang itu membuka pintu dan masuk kedalam.
"Ini non makanan nya."
Ternyata dia pembantu Martin yang tadi bertemu Kiara di belakang.
"Tunggu Bu, kok ibu pake bawain makanan segala ke kamar saya sih? Terus kenapa ibu manggil saya non? Saya kan bukan majikan ibu." tanya Kiara.
"Maaf non, ini perintah dari tuan Martin." jawab ibu itu.
"Perintah dari tuan Martin?" tanya Kiara.
"Iya Non. Kalau begitu, saya permisi dulu non." jawab ibu itu.
"Iya Bu makasih ya." kata Kiara.
Pembantu tuan Martin itu keluar dari kamar Kiara dan menutup pintunya.
Kiara masih merasa bingung kenapa Martin menyuruh pembantunya memanggil dirinya dengan sebutan Non.
"Apa maksud tuan Martin ya?" tanya Kiara pada dirinya sendiri.
Lalu, Kiara langsung memakan makanan itu karena ia sangat lapar.
Namun, saat ia ingin menyuap, pintu kamarnya kembali terbuka.
Kali ini Martin yang masuk ke kamarnya.
"Oh, kamu lagi makan ya, maaf saya ganggu."
Martin kembali keluar dan menutup pintu kamar Kiara.
"Kok dia keluar lagi sih?" batin Kiara.
Martin masih berdiri di depan pintu kamar Kiara, ia membuka kacamatanya dan masih tidak percaya bahwa ia melihat seorang gadis yang sangat cantik.
"Gila, cantik amat tuh cewek. Emang gak salah gua beli dia."
Kemudian terdengar suara motor yang melewati depan rumah Martin.
Martin kesal karena suara motor itu sangat kencang, ia menyuruh pengawal nya memarahi pemotor itu.
"Kalian kejar dia dan bawa dia kesini!"
"Baik tuan!" jawab pengawal Martin serentak.
Para pengawal Martin pun mengejar pemotor itu dengan mobil.
Mereka berhasil mendahului motor itu dan mencegatnya.
Lalu mereka turun dari mobil dan menghampiri orang itu.
"Buka helm kamu! Turun dari motor kamu!"
Orang itu pun membuka helmnya dan turun dari motor.
"Ada apa?"
"Kamu harus ikut kami ke rumah tuan Martin!" kata salah satu pengawal Martin.
"Saya gak mau!"
"Kalau gitu, kita akan memaksa!"
Para pengawal Martin langsung menyerang orang itu.
Dia berhasil menahan pukulan-pukulan mereka, namun akhirnya ia terkena pukulan dan terjatuh ke aspal.
"Ayo ikut kami!" kata satu pengawal itu.
Orang itu pasrah diseret oleh para pengawal Martin dan dibawa masuk ke mobil.
Saat sampai di rumah Martin, orang itu disuruh menunggu di ruang tamu.
Martin keluar dan menghampiri orang itu.
Sambil berjalan dia menggulung lengan baju nya dan bertanya.
"Siapa nama kamu?"
"Willy." jawab nya.
Saat sampai dihadapan Willy, Martin langsung menonjok wajah Willy.
Willy terduduk di sofa.
"Kamu tau saya paling benci sama orang yang suka kebut-kebutan seperti kamu! Apalagi suara motornya berisik, itu mengganggu tau!"
Sambil memegangi wajahnya, Willy menjawab.
"Saya minta maaf om."
"Om om, memangnya saya om kamu? Panggil saya tuan!" kata Martin.
"Iya tuan, maafin saya." kata Willy.
"Ok, saya bakal maafin kamu. Tapi setelah kamu membayar karena sudah membuat saya terganggu." kata Martin.
"Apa? Masa gitu doang aja harus bayar?" tanya Willy.
"Iya, memangnya kamu tidak tau saya siapa? Saya itu Martin, pengusaha dan rentenir terkaya serta terkejam di Jakarta!" jawab Martin.
"Oh gitu. Yaudah saya harus bayar berapa jadinya?" tanya Willy.
"Enggak banyak, 5 juta aja cukup kok." jawab Martin.
"Hah? 5 juta? Gila apa, masa cuma keganggu doang bayarnya segitu?" tanya Willy kaget.
"Iyalah. Kamu gak tau siapa yang kamu ganggu? Saya, Martin seorang peng-"
Willy memotong pembicaraan Martin.
"Udah gausah diterusin! Saya udah tau!"
"Yasudah, mana 5 juta?" tanya Martin.
"Saya cuma punya 2 juta tuan, gapapa ya." jawab Willy.
"Gabisa! Harus full 5 juta!" kata Martin.
"Yaelah saya gak ada duit lagi, ini aja hasil balapan tadi." kata Willy.
"Yaudah gapapa, sekarang 2 juta dulu. Tapi besok kamu harus bayar sisanya! Kalau enggak, saya akan kejar kamu!" kata Martin.
"Yah kirain mau di ikhlasin yang 3 jutanya." batin Willy.
Willy pun menyerahkan uang 2 juta dan diterima oleh Martin.
Lalu Willy keluar dari rumah Martin, namun Martin mengejarnya.
"Tunggu! Saya butuh nomor telepon kamu!"
"Mau ngapain si? Tenang aja tuan, saya besok kesini jam segini!" kata Willy.
"Tetap aja saya butuh nomor telepon kamu, jaga-jaga kalau kamu tidak datang." kata Martin.
"Ah ribet amat si urusan sama rentenir! Yaudah nih nomor gua." kata Willy.
"Ok, sekarang kamu boleh pulang." kata Martin.
Lalu Martin masuk kembali ke dalam rumah nya.
"Lah main masuk aja, gua kagak dianterin ini?" kata Willy.
Willy pun berjalan menuju tempat motornya ditinggal.
Saat dijalan, ia melihat kearah jendela di rumah Martin.
"Hah tu cewek kenapa ngeliatin gua ya?" batin Willy.
Cewek itu pergi dan menutup gorden nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Adico
lanjutkan
2022-12-15
2
Yukity
pantasan saja ganti nama🤔
aku mencarimu lho Thor😁
2022-08-02
2
Author yang kece dong
Lanjut kak
2022-07-05
2