Gita
duduk menatap komputer di depannya, tangannya mengelus perutnya. Pikirannya
jauh melayang, jika dia berhenti dari kantor maka dia tidak bisa melihat apa
yang di lakukan oleh Gilang, lebih tepatnya dia tidak bisa mengawasi Gilang
dari perempuan Genit.
“Pagi-pagi sudah melamun saja.” Kata
Vian memegag pelan pundak Gita. Gita hanya tersenyum, dan kembali dengan
pikirannya yang melalang buana.
“Mikirin apaan sih lo? Apa lo mau
lahiran?” Vian panik.
“Nggak, belum hplnya masih agak lama
juga.” Jawab Gita dengan senyum lagi.
“Lo senyum-senyum kayak begitu
sepertinya sedang tidak baik-baik saja nih, masih marahan sama Gilang.”
“Nggak, kita udah baikan. Em Vian lihat
gue?” Gita berdiri agar Vian bisa melihat dirinya dengan sepenuhnya.
“Lo kenapa sih? Aneh banget deh.” Vian
mengerutkan kening melihat tingkah Gita yang aneh pagi ini.
“Gue jelek ya?”
“Hah?” Vian benar-benar bingung
pertanyaan-pertanyaan yang di lontarkan oleh Gita.
“Jelek kan, nggak mungkin kan gue sexy
dengan tubuh gendut gini. Pasti orang yang mengatakan itu hanya untuk menghibur
gue kan?” Kata Gita sambil duduk kembali.
“Lo kerasukaan apaan sih? Lagian kenapa
lo ngomong seperti itu, siapa yang berani mengganggu lo, biar gue bantai.”
“Nggak ada yang mengganggu, gue cuma
meminta pendapat lo tentang gue.”
“Git, lo akan selalu cantik dimata orang
yang sayang sama lo. Pasti lo lagi inscure kan?” Vian mulai paham arah
pembicaraan dari Gita.
“Vian, kira-kira kalau gue cuti, Kak
Gilang bakalan bersama cewek itu nggak ya?” katanya pelan sambil tolah-toleh
takut ada yang mendengarnya.
“Ya ampun Git, lo nggak percaya sama
Gilang?”
“Bukan nggak percaya, cewek yang
menggodanya kan lebih cantik, sexy dan juga pintar dari gue. Gimana kalau Kak
Gilang tergoda.” Gita semakin murung.
“Gita, please deh. Seantero raya juga
tahu kalau Gilang itu cinta mati sama kamu. Bagaimana bisa dia tergoda dengan
cewek yang baru dia kenal. Lagian ya kalau dia mau selingkuh pasti dari dulu.”
“Tapi kan..”
“Git, keretakan rumah tangga itu di
mulai dari tidak ada rasa percaya, di tambah lagi kecurigaan yang tanpa bukti.
Yang akan semuanya akan runyam.” Vian menasehati Gita.
“Gita, selama ini apa pernah Gilang
melakukan hal-lah aneh-aneh, nggak kan. Dia itu benar-benar tulus, lo tenang
aja, selama lo cuti kan ada gue. Gue yang akan jagain Gilang. Percaya kan lo
sama gue?” Ujar Vian.
“Hah.. lo benar Vian, Kak Gilang nggak
pernah aneh-aneh, justru gue yang selalu aneh-aneh.”
“Jangan terlalu di pikirkan, yang
penting sekarang lo persiapkan diri untuk kelahiran keponakan gue.” Vian menepuk
pundak Gita. Gita mengangguk pelan, gelisah hatinya mulai memudar setelah
menceritakan kepada Vian. Dan Vian
selalu saja menjadi pendengar yang baik untuk Gita.
*****
Tok..tok...
Vian mengetuk pintu ruangan Gilang.
“Masuk.” Kata Gilang dengan masih sibuk
dengan kerjaannya.
“Ganggu nggak gue masuk?” tanya Vian
yang masih berada di ambang pintu.
“Nggak, masuk aja.” Gilang menghentikan
aktivitasnya, dia meminta Vian duduk. “Ada hal penting yang ingin lo
sampaikan?”
“Gini Lang.. ini soal Gita.” Vian
menarik kursi dan langsung duduk.
“Ada apa dengan Gita?” Gilang langsung
terlihat serius.
“Gue rasa lo perlu menyisakan waktu
luang yang banyak untuk Gita.”
“Memangnya kenapa? Apa dia ada masalah
yang nggak gue tahu?”
“Lang, dia kan sedang hamil besar pasti
butuh waktu lo lebih banyak. Sekarang ini dia banyak overthingkingnya gue takut
kalau mempengaruhi janin di kandunganya, di tambah lagi kan dia udah mau
lahiran.”jelas Vian.
“Overthingking? Pasti gara-gara Lia.”
“Bisa jadi, dia sangat tidak pede dengan
dirinya sendiri sampai-sampai membandingkan dirinya dengan Lia. Bahkan dia
sampai ketakutan kalau-kalau lo bakalan ke goda dengan Lia dan meninggalkan
dirinya.”
“Ya ampun Gita, apa masih kurang
penjelasan gue selama ini. Gue udah sering bilang kalau gue tidak pernah
tertarik dengan cewek lain.” Gilang mengusap wajahnyanya.
“Namanya juga perempuan Lang, mainya
perasaan apa lagi ada orang yang terang-terangan suka sama lo. Pastinya
hidupnya tidak akan tenang meskipun dia memasang wajah biasa saja. Padahal dalam
hati kebakaran.”
Gilang mengangguk-anggukan kepalanya,
yang di katakan Vian benar. Dia harusnya memberikan perhatian lebih agar Gita
tidak terus overthingking dan terus merendahkan dirinya.
*****
Gita berusaha bangkit dari kasur saat
melihat ponselnya terus berbunyi. Bibirnya langsung tersenyum melihat sang
suami menelponnya.
“Halo, sayang ada apa?” kata Gita sambil
menempelkan ponsel di telingannya.
“Halo sayang, kamu bisa keluar nggak?”
Gilang menelpon Gita setelah mobilnya terparkir di garasi rumahnya.
“Kamu sudah di depan?” Tanya Gita.
“Iya sayang, aku ada bawaan banyak nih.”
“Iya sayang, sebentar aku segera turun.”
“Iya, hati-hati ya sayang nggak usah
buru-buru.” Ucap Gilang sambil mematikan ponselnya.
Tok..tok... Gita mengetuk kaca mobil
Gilang, dengan senyuman lebar Gilang langsung membuka mobil. Gita melihat Gilag
dari atas sampai bawah, lalu dia mengintip di dalam mobil.
“Barang apa?” Gita heran karena Gilang
tidak membawa apa-apa, bahkan di mobil
pun tidak ada apa-apa.
“Ada di belakang, tolong ambilin ya.”
Kata Gilang. Gita mengangguk sambil tersenyum, dia sama sekali tidak keberatan
dengan permintaan Gilang. Meskipun agak aneh karena selama ini Gilang melarang
Gita saat dia ingin membawakan barang-barang miliknya.
Gita membuka bagasi mobil milik Gilang,
matanya langsung melebar bibirnya melongo melihat balon- balon muncul dari
bagasi tak hanya itu ada bunga warna merah besar sekali.
“Sayang..” Gita melihat kearah Gilang,
matanya berkaca-kaca melihat kejutan yang di berikan oleh Gilang.
“Aku nggak lagi ulang tahun loh.”Kata
Gita sambil melihat lekat Gilang yang sedang tersenyum kearahnya.
“Memangnya harus kamu ulang tahun dulu
kalau aku mau kasih surpize sama kamu.” Ujar Gilang. Gita menitihkan air mata,
dia benar-benar terharu dengan kejutan Gilang.
“Maksih sayang.” Gita langsung memeluk
Gilang, dia benar-benar terharu sampai meneteskan air matanya.
“Kamu senang?”
“Sangat.”
“Kalau senang kenapa kamu menangis?”
Gilang mengusap air mata yang menetes di pipinya.
“Aku hanya terharu, aku pikir kamu sudah
berubah.”
“Denga ya, aku tidak akan berubah. Kamu
akan selalu menjadi wanita satu –satunya dalam hidup aku.” Gilang mengecup
kening Gita lalu memeluknya erat.
Gita mengambil bunga mawar yang
berjumlah seratus tangkai, Gilang bela-belain pulang lebih awal dan memilih
bunga lalu menghias bagasi mobilnya dengan balon. Dia mengikuti saran dari
Vian, dia tidak mau Gita terus insecure dan merasa di abaikan olehnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Lia Noor Elyn
duh bucin lagi nih akoh
2022-09-14
1
Novia Ayu Apriani
up lgi thor
2022-09-03
0
Dewi Vanza
thor kumohon lanjuuuutttt jangan buat saya penasaran........
2022-09-02
0