Kehamilan Gita yang
sudah membesar tidak membuat dirinya berleha-leha di rumah. Dia tetap masih
bekerja di perusahaan milik Gilang.
“Hah.. duduk dulu lah.”
Katanya dengan ngos-ngosan.
“Buk, mau saya bawakan
filenya?” kata salah satu karyawan.
“Nggak perlu saya masih
bisa bawa kok. Makasih ya tawarannya.” Kata Gita dengan tubuh yang masih
bersandar di kursi,kaki selonjoran.
“Beneran Buk?”
“Iya beneran, kamu bisa
kerjakan yang lain.” Kata Gita.
“Permisi kalau begitu
Buk.”
“Iya..iya.” Gita tidak
mau menyusahkan siapapun, selagi dia masih bisa dia akan mengejakannya sendiri.
“Ya ampun ibu bos,
perut udah segede gaban juga belum ambil cuti.” Vian membantu Gita yang hendak
berdiri.
“Orang bayinya juga
masih betah di dalam perut kenapa gue harus cuti. Nanti kalau udah lahiran baru
gue mau cuti.” Kata Gita sembari membawa berkas-berkas yang dia taruh di meja.
“Jangan memaksakan diri
kanapa sih, gue udah nggak tega lihat lo jalan. Kalau terjadi sesuatu gimana?”
Vian sangat perhatian kepada bumil yang ngeyelan ini kalau di kasih tahu.
“Vian, aku sama anak
bayiku itu kuat. Jadi jangan lihat gue lemah begini lah.” Kata Gita mulai
berjalan menuju ruangan Gilang.
“Bukan begitu, lo kan
udah kayak hulk nih gedenya. Kalau jatuh tuh bisa bikin rubuh ini gedung
gimana? Rugi besar pasti Gilang.” Canda Vian.
“Cih.. urusin saja sana
kerjaan lo.” Arumi mendorong Vian agar menjauh darinya.
“Gue anterin lo lah,
takut gue.” Vian tidak mau membiarkan Gita berjalan keruangan Gilang.
Sebenarnya tidak jauh hanya saja dia terlalu takut Gita kenapa-kenapa. Meskipun
kesanya lebay tapi tetap saja Vian
lakuin.
Gita menghentikan
langkahnya saat ada perempuan yang masuk ke ruangan Gilang.
“Kenapa berhenti?”
Tanya Vian sembali mengambil berkas di tangan Gita.
“Perempuan barusan,
sepertinya tidak asing.” Gita melihat ke arah Vian.
“Oh.. itu namanya
Gebrilia Hanita anak dari Pak Bimo. Perusahaan yang baru di buka akan bekerja
sama dengan perusahaan kita ini.” Jelas Vian.
“Ah, benar. Pastesan
saja gue kayak kenal, baru beberapa hari bertemu dengan dia.” Ujar Gita sambil
berjalan lagi.
**
“Selamat pagi Pak.” Lia
menyapa Gilang setelah di persilahkan masuk olehnya.
“Selamat pagi.” Jawab
Gilang.
“Mari silahkan duduk.”
Gilang mempersilahkan Lia dan sekretarisnya duduk di sofa.
Gilang langsung
memeriksa dengan cepat berkas dari perusahaan Lia, dia tidak mau lama-lama
melihatnya. Dia segera memberikan acc ketika semuanya sudah sesuai agar mereka
berdua cepat pergi dari perusahaannya.
Namun berbeda dengan
Lia, dia ingin sekali berlama-lama dengan Gilang. Bahkan dia menyuruh
asistennya untuk keluar lebih dulu.
“Pak Gilang..” Panggil
Gilang lalu duduk di samping Gilang. Gilang menggeser duduknya.
“Ada yang mau di
sampaikan?”
“Iya Pak, saya mau
meminta maaf karena kelancangan saya waktu di pesta.” Lia menaikan kaki kiri ke
kaki kanannya sehingga terlihat kaki jenjangnya yang putih. Lia ingin
menunjukan ke sexyan dirinya agar Gilang tergoda.
“Saya sudah memaafkan
kesalahan anda.” Gilang melempar
pandangannya ke lain tempat.
“Kalau begitu boleh
nggak saya berteman dengan bapak, yah selain pertemanan bisnis. Menjadi teman
dekat.” Lia menggeser tubuhnya agar semain mendekat dengan Gilang.
“Terima kasih
tawaranya, tapi kita cukup saja berteman dalam bisnis untuk lebihnya saya tidak
menerima.” Kata Gilang dengan tegas. Dia tidak mau bermain api, dia tahu arah
tujuan Lia kepadanya.
“Ehem.. permisi Pak. Saya
mau mengantar berkas.” Gita masuk ke ruangan dengan diawali dehem yang sangat
keras.
Gilang langsung
berdiri, dia nyamperin Gita di ambang pintu sedangkan Lia langsung menurunkan
kakinya. Dia juga merapikan rambutnya yang tadi sengaja dia bentuk agar terlihat
sexy dan menggoda Gilang.
“Sayang, kamu kan kamu
bisa tinggal telpon aku. Biar aku yang ambil berkas kamu ke ruangan.” Gilang
mengembil berkasnya lalu menggandeng Gita untuk duduk di kursinya.
“Lagi ada tamu ya, saya
keluar dulu saja.” Gita hendak beranjak namun di tahan sama Gilang.
“Kita udah seledai kok,
iya kan Buk Lia.” Gilang melihat ke arah Lia.
“Iya..iya, Pak Gilang
saya permisi dulu. Untuk kedepannya kabarin saja saya.” Lia merasa terusir
dengan perkataan Gilang.
“Baik, biar asisten
saya yang menghubunginya.”
“Baik, saya permisi dulu.”
Gita melihat Gilang dengan wajah serem, bibirnya manyun. Dia tidak keberatan di katain Lia apa saja waktu di pesta namun ketika dia sudah mulai menggoda Gilang membuatnya kesal.
"Sayang..." Gilang langsung mendekati Gita. Dia mencium Gita lalu mengelus perutnya.
"Cantik ya dia." Katanya sambil berdiri.
"Eh.. mau kemana?" Gilang memegang tangan Gita.
"Mau kerja lagi, kan disini udah selesai." kata Gita.
"Kok kamu gitu sih." Gilang masih menahan Gita agar tidak pergi.
"Kita kan kalau di kantor bukan suami istri, tapi karyawan dan bos." Gita menirunkan tangan Gilang yang ada di pundaknya.
Gita keluar dari ruangan Gilang, sambil ngomel tentang cewek yang berusaha mendekati Gilang.
"Bumil, ngapain sih ngedumel." kata Ina.
"Nggak, cuman kayaknya baby gue pingin es cendol dekat SD dulu." kata Gita sembarangan.
"Wah, udah hamil tua masih aja ngidam yang aneh-aneh."
"Namanya juga ngidam Mbak. Aduh..." Gita memegangi perutnya yang tiba-tiba sakit.
"Kenapa bumil.. mau lahiran kah?" Mbak Ina panik.
"Nggak tahu Mbak, tiba-tiba sakit." Gita tidak bisa nahan.
"Duduk dulu..duduk dulu." Ina meminta Gita duduk di kursi panjang dekat ruangan Gilang. Dia meminta Gita menselonjorkan kakinya.
"Mbak Lila...Mbak Lila..." Ina teriak-teriak dengan panik.
"Ada apa?" Lila lari dari ruangannya.
"Tolong...panggilin Pak Gilang. Buruan."
"Ok..Ok.. itu Bumil kenapa mau melahirakan?" Lila bukanya bergegas memanggil Gilang justru menanyakan keadaan Gita.
"Udah nanti saja tanyanya, panggil Pak Gilang sekarang."
"Ok..Ok.."
"Pak...Pak... permisi. Itu Bumil.."
"Bumil?"
"Maksudnya Gita mau melahirkan."
"Dimana sekarang?"
"Di luar."
Gilang berlari, hatinya sudah tidak karuan. Sebulan terakhir ini dia sudah berlatih untuk tenang menghadapi kelahiran Gita. Namun tetap saja dia tidak bisa tenang melihat Gita yang akan kesakitan melahirkan darah dagingnya.
"Sayang....sayang... ayo kita ke rumah sakit." ajak Gilang.
"Nggak usah, aku udah baikan kok." Kata Gita sambil tersenyum tipis. Perutnya udah enakan.
"Hah.. syukurlah, aku sudah panik." Kata Gilang lega.
"Sayang, Kalau mau gerak pelan-pelan ya, jangan cepet-cepet. Kasian mama kesakitan." Gilang mengusap perut Gita lalu mengecupnya. Gilang tak sungkan bermesraan di depan Ina dan Lila.
"Ya Tuhan, perut Bumil yang di elus kenapa hati aq yang meleyot." bisik Lila di telingan Ina.
"Makanya buruan nikah, biar ada yang ngelus nggak mleyot mulu lihat orang bermesraan." Kata Ina, Lila hanya manyun mwndengar perkataan Lila.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Siti Tanisah
aku lnjut baca lgi nih
2023-06-20
1
Memyr 67
ceritanya lebih menarik ini ya? daripada yg pertama
2022-10-24
0
Susilawati
Gita, kalo emang kamu cemburu bilang aja cemburu biar Gilang nya tahu, jgn di pendam dalam hati, ingat kamu lagi hamil ntar ber efek ke kehamilan kamu.
2022-07-22
0