Ambulance melaju cepat menuju rumah sakit. Syahira semakin ketakutan melihat kondisi Samir yang semakin mengkhawatirkan. Sebagai seorang dokter, ia tahu jika suaminya kini sedang dalam keadaan genting. Ia berusaha melakukan apapun yang ia bisa di dalam ambulance itu untuk mengulur waktu. Tetapi nihil, bukannya mereda, kondisi Syamir malah semakin memburuk.
"Tolong bertahanlah sedikit lagi Syam." Syahira menitikan air mata sembari memegang erat lengan Syamir.
Ambulance pun tiba di rumah sakit, para suster dan dokter sudah bersiap dan langsung membawa Syamir menuju ICU. Syahira ingin menemani Syamir tetapi dicegah oleh perawat. Syahira pun hanya bisa menunggu di luar. Tak lama Koh Wang dan si Mbok datang. Betapa terkejutnya si Mbok tatkala mengetahui putranya kini berada dalam ICU. Si Mbok langsung jatuh pingsan.
"Mbok! Mbok! Bagun Mbok!" Syahira menyangga tubuh si Mbok yang sudah terkulai lemas.
"Segera bawa si Mbok untuk diperiksa Sya." Ucap Koh wang.
"Baik Koh." Syahira lalu membopong si Mbok.
Syahira lalu membawa si Mbok ke ruang rawat. Si Mbok lalu diperiksanya bersama suster Anna. Kini si Mbok terbaring tak sadarkan diri dalam keadaan diinfus.
"Dia mengalami syok berat sehingga imunnya menurun drastis. Dia tidak boleh banyak pikiran. Aku harus merawatnya dengan baik." Ucap Syahira.
"Yang sabar ya dok. Semoga si Mbok bisa segera pulih. Juga Syamir, semoga segera membaik." Kata suster Anna.
"Aamiin." Ujar Syahira. Ia lalu duduk di kursi dekat ranjang si Mbok.
"Ann, tolong jaga si Mbok sebentar ya. Aku harus kembali ke ICU." Syahira kini bangkit berdiri.
"Baik dok." Jawab suster Anna.
Tak lama pintu diketuk, ternyata Koh Wang yang datang.
"Haya, biar oe saja yang tunggu si Mbok ha. Saya akan kabari suster dan dokter jika terjadi sesuatu pada si Mbok.
"Baiklah, terima kasih banyak Koh." Kata Syahira.
"Sama-sama ha."
Syahira kembali ke ruang ICU. Ia lalu menunggu untuk beberapa saat. Tak lama dokter yang menangani Syamir keluar.
"Sya, aku benar-benar minta maaf." Ucap dokter itu yang tak lain adalah atasan Syahira. Dokter Thamrin namanya. Ia lalu melepas masker bedahnya dengan tarikan nafas yang berat.
"Apa maksudmu berkata seperti itu?" Syahira sontak kaget saat mendengar ucapan dari dokter Thamrin.
"Kondisi Syamir kini keritis, bahkan diambang hidup dan mati. Hanya ada satu jalan. Operasi. Tetapi sangat beresiko. Mengingat kondisinya yang seperti ini sekarang." Ucap dokter Thamrin tampak putus asa.
"Tidak." Syahira lalu menyandarkan tubuhnya di dinding saking shocknya. Dokter Thamrin mencoba untuk menenangkan Syahira.
"Kau harus memutuskannya sekarang, sudah tidak ada waktu." Kata dokter Thamrin dengan serius.
"Baiklah. Lakukan tindakan operasinya sekarang." Syahira bangkit dan berdiri memandang dokter Thamrin dengan penuh kesungguhan.
"Kalau begitu kau bisa menandatangani surat persetujuan untuk tindakan operasi ini." Dokter Thamrin lalu membawa Syahira ke ruang prakteknya.
"Aku akan menandatanganinya sekarang." Syahira lalu bergegas ke ruang praktek dokter Thamrin dan menandatangani surat perjanjian tersebut.
Setelah mengantongi izin dari pihak keluarga, akhirnya operasi pun dilakukan. Operasi berjalan cukup lama. Syahira tak henti-hentinya memanjatkan doa untuk kelancaran operasi Syamir. Setiap detik saat itu terasa mencekam bagi Syahira.
Syahira tiba-tiba dihampiri oleh suster Anna. Suster Anna berlari dengan wajah yang panik.
"Dok, Si Mbok!" Suster Anna terlihat panik.
"Si Mbok kenapa?" Syahira jadi ikut panik.
"Si Mbok demam tinggi dan terus-menerus mengigau." Jawab suster Anna.
"Aku akan kesana sekarang." Syahira lalu berlari kencang menuju ruang si Mbok. Dengan segera, Syahira mengambil alat kompres dan mengompres si Mbok. Syahira juga memberikan suntikan obat di infus si Mbok. Segala hal dilakukan dengan cepat oleh Syahira demi kesembuhan si Mbok.
"Tenang ya Mbok, istighfar. Astagfirullah, astagfirullah." Syahira menuntun si Mbok untuk mengucapkan lafadz istighfar. Si Mbok pun perlahan mengikuti ucapan Syahira walau tersendat-sendat.
Si Mbok kembali mengigau dan menggigil. Syahira terus berada di samping si Mbok. Ia merawat dan menangani si Mbok dengan sabar dan penuh kasih sayang. Syahira bahkan rela tak tidur semalaman untuk mengompres si Mbok.
Akhirnya perlahan-lahan, si Mbok mulai agak tenang. Si Mbok sudah mulai berhenti mengigau. Demamnya juga mulai turun perlahan. Syahira terus merawat si mbok semalaman.
Keesokan harinya, Syahira memperoleh kabar yang sangat penting. Syamir telah selesai menjalankan operasinya. Dokter Thamrin sendiri yang langsung datang menemui Syahira di kamar si Mbok untuk memberi tahu kabar soal Syamir.
"Sya! Sya! Syukurlah kau di sini. Aku tadi mencarimu ke mana-mana. Operasinya telah selesai." Dokter Thamrin membuka pintu dengan bersemangat. Ia begitu bersemangat menghampiri Syahira.
"Benarkah? Alhamdulillah." Syahira tampak lega. Matanya berkaca-kaca. Seolah ia baru saja bebas dari beban yang selama ini menggelayuti punggungnya.
"Operasinya berhasil. Mungkin masa pemilihannya akan lebih lama tetapi itu tak mengapa." Jelas dokter Tamrin dengan gembira.
"Alhamdulillah wasyukurillah." Syahira langsung sujud syukur.
Si Mbok pun sadar saat mendengar kabar mengenai Syamir.
"Mbok operasi Syam berhasil." Syahira memberi tahu si Mbok dengan penuh kebahagiaan.
"Mbok sudah dengar." Si Mbok lalu bangkit dari tidurnya di bantu Syahira.
"Kalian bisa mengunjunginya nanti setelah dipindahkan ke ruang pemulihan. Ini sungguh sebuah keajaiban. Pasti berkat doa dari kalian." Timpal dokter Thamrin.
"Terima kasih banyak dok." Jawab Syahira.
"Sama-sama Sya. Kalau begitu aku izin pamit ya. Aku harus menangani pasien lain. Sampai jumpa lagi." Dokter Thamrin lalu meninggalkan ruangan.
"Sampai jumpa dok." Timpal Syahira.
"Alhamdulillah ya Mbok, kondisi Syam kini sudah membaik." Kata Syahira sambil menatap si Mbok.
"Iya." Jawab Mbok singkat.
"Mbok butuh sesuatu? Akan Sya ambilkan dan lakukan sekarang."
"Tidak usah. Kau sudah melakukan tugasmu dengan baik." Si Mbok anehnya malah bersikap lebih baik pada Syahira.
"Baik Mbok." Syahira kini tertunduk malu. Ia juga merasa sedikit canggung.
"Mbok sudah lihat pengabdianmu pada suamimu dan si Mbok. Mbok kira kau akan sama seperti wanita kota matrealistis lainnya yang akan mencampakkan suaminya kala susah. Tetapi ternyata tidak. Mbok sudah salah menilaimu. Mbok minta maaf atas itu. Sekarang, Mbok, ibunya Syam dan kini menjadi ibumu juga, telah merestui mu sebagai menantuku dan istri dari anakku." Si Mbok lalu mengusap kepala Syahira dengan lembut.
Syahira berkaca-kaca mendengarnya. Seakan sebuah mimpi yang jadi kenyataan. Ia pun meneteskan air mata sambil tersenyum lebar. Ia lalu bersimpuh kepada si Mbok.
"Terima kasih Mbok." Syahira lalu memeluk si Mbok dengan hangat.
"Sama-sama Sya." Si Mbok mengusap pundak Sya Syahira. Syahira lalu melepaskan pelukannya. Ia lalu mencium lengan si Mbok dengan penuh rasa hormat.
"Terima kasih karena telah menerima Sya dengan sepenuh hati." Syahira kini benar-benar menangis.
"Hapus air matamu, ini hari yang baik." Si Mbok lalu mengusap pipi Syahira perlahan.
Syahira tersenyum kecil. Ia benar-benar merasa bahagia hari ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Hasnawati
seruU thor Ngakak jg ceritanyaa😂
2022-07-08
0
Laila Umami
awas nantik ada yg suka Ama kutu Amanda 😂😂😂
2022-07-06
0
Aisya Nur Asyfa Suparjo
eh....Aurel anak siapa Thor.....😂
Thor...Yuda itu seperguruan sama Kenan ya😂😂😂😂😂
2022-07-06
0