[JANGAN LUPA LIKENYA KAKAK]
"Kenapa mau balik kerja lagi? Suami kamu ke mana?" tanya Danu saat Zara datang untuk meminta pekerjaan di kantor Danu kembali.
Zara tersenyum. "Masih ada kok, tapi sekarang udah nikah sama Adek aku, aku cuma pengen latihan hidup tanpa suami aja, soalnya ...,"
"Kenapa?"
"Aku harus mengikhlaskan suamiku untuk adikku," jawab Zara berusaha tersenyum tegar.
Danu yang mendengar itu ikut sedih namun sedikit senang karena peluang untuk memiliki Zara. kembali terbuka untuknya, pasalnya selama enam tahun ini Danu masih menyimpan perasaan yang sama kepada Zara, walaupun pada akhirnya Zara memilih untuk menerima Tirta dulu.
"Maafin aku yah Za, aku gatau," ujar Danu memegang tangan Zara.
"Gapapa," Zara menarik tangannya. "Jadi aku bisa dapat pekerjaan disini lagi kan?"
Danu berpikir sejenak. "Kalau kamu mau, dengan senang hati aku bakal kasih posisi yang bagus buat kamu,"
Zara tersenyum. "Terima kasih,"
Danu mengangguk kemudian berdiri dari duduknya disusul oleh Zara yang ikut berdiri.
"Besok kamu sudah boleh kerja," ujar Danu pada Zara.
"Aku janji gak akan mengecewakan kamu," Zara berjalan meninggalkan Danu yang masih memikirkan bahwa ia memiliki sebuah kesempatan kedepannya.
"Andaikan kamu nikah sama aku dulu, kamu gak akan jadi gini Za, dan aku bakal janji kalau aku akan berusaha merebut cinta kamu lagi," monolog Danu kemudian kembali ke meja kebesarannya melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai tadi
Zara keluar dari kantor Danu sahabatnya sendiri dan berjalan dengan penuh senyuman dan sekarang dia hanya memiliki satu misi, menyatukan suami dan istri keduanya, setidaknya itu usaha terakhirnya, sebelum benar-Benar keluar dari hubungan ini.
Zara mengambil ponselnya dan mengirimkan sebuah pesan kepada Tirta, Setelahnya ia menaruh ponselnya kedalam tasnya.
¤¤¤¤¤
Tirta baru saja pulang dari mengajar, badan nya sangat lelah karena hari ini dia banyak kelas yang harus diajar.
Sesampainya di apartemen, sudah ada Dea yang menanti kepulangannya, melihat suaminya sudah pulang Dea segera mengambil tas kerja Tirta dan menuntun suaminya untuk duduk di sofa.
"Abang, mau makan apa?" tanya Dea melepas sepatu yang dikenakan Tirta.
"Apa aja yang ada," jawab Tirta merenggangkan badannya karena pegal.
Biasanya ketika badannya pegal dia akan dipijat oleh Zara tanpa meminta karena Zara paling paham kondisi Tirta.
Melihat suaminya merenggangkan badannya, Dea impulsif memijat pundak Tirta dan menekan tengkuk Tirta yang memberi kesan mengenakkan untuk tubuh Tirta.
Tirta sendiri bingung kenapa Dea tahu titik sensitif disaat dia ingin dipijat bahkan tangannya sehalus tangan Zara, hanya sikap dan pemikiran yang membedakan mereka.
"Nanti aku lanjut pijit Abang yah, aku ambil in makan dulu," ujar Dea berjalan ke arah dapur meninggalkan Tirta yang masih berkutat dengan pikirannya.
Tirta mengangguk dan menyandarkan punggungnya di kepala sofa berusaha menghilangkan semua resah hatinya.
Tak lama kemudian suara notifikasi dari ponsel Tirta membuat Tirta merogoh sakunya dan mengambil ponselnya, tampak sebuah pesan dari Zara yang mengajaknya untuk makan malam berdua nanti.
"Bang, ini makanannya, maaf Dea cuma bisa bikin nasi goreng," Dea menyodorkan piring berisi nasi goreng tersebut kepada Tirta.
Tirta menerima piring tersebut dan mulai menyuap makanannya, setelah suapan pertama Tirta terdiam sejenak merasakan rasa dari makanan tersebut, sebuah rasa yang selalu ia dapatkan dari makanan buatan Zara, sekilas Dea seperti copyan dari Zara.
"Gak enak yah Bang? Kalau gak enak aku buat yang lain aja," ujar Dea menunduk.
Tirta tersenyum dan menyuap kembali nasi gorengnya. "Enak kok, dek,"
Dea menghela napas lega kemudian kembali memijat pundak Tirta, mendapatkan perlakuan seperti ini Tirta seperti merasakan sebuah getaran yang berbeda didalam hatinya.
"Dek? Abang malam ini ada Dinner sama Zara kamu gapapa kan sendirian?" tanya Tirta pada Dea.
"Kenapa Abang nanya gitu? Apa pantas aku melarang? Kak Zara itu istri Abang juga," jawab Zara.
"Abang senang karena kamu memiliki pemikiran yang dewasa dalam hal ini, dan Abang rasa Abang akan benar-benar berusaha mencintai kamu," Tirta berdiri dan menghadap ke arah Dea.
"Ingat Bang, tanpa abang berusaha pun aku gak masalah, toh kita tahu bagaimana nantinya? Cukup sekali aku menjadi benalu dalam hubungan kalian berdua," Dea tertunduk meremas bajunya gugup.
"Maafin Abang, Abang yang salah, Abang yang sudah menyeret kamu dalam kondisi rumit ini, dan bagaimanapun akhirnya, itu akan menjadi takdir tuhan," jawab Tirta berjalan masuk kedalam kamar.
Dea terduduk di sofa sepeninggal Tirta, ia mengelus perutnya dan memejamkan matanya merasakan atmosfer sekitar yang telah berubah.
"Apakah salah jika aku menjadi orang ketiga dalam hubungan mereka disaat aku terjebak dalam situasi ini sendiri, Kak Zara berhak mendapatkan kembali suaminya seutuhnya dan aku, aku hanya akan menjadi sebuah debu yang akan hilang seiring berjalannya waktu, Maafin Bunda sayang, sepertinya kamu benar-benar akan hidup tanpa ayahmu nanti," ujar Dea dalam hati.
¤¤¤¤¤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Heysi💔
Nyeseg🥺🥺🥺🥺
2022-02-09
0
Anita Lubis
d
2022-01-17
0
Endang Oke
tirta seorang pendidik tdk layak dan tidak psntas banget kelakuannya bejaf
2022-01-03
0