Di saat kita berada di puncak rasa sakit pasti dalam benak kita akan mengatakan sudah cukup sampai di sini saja meski sebenarnya rasa sakit itu akan terulang kembali meski dengan latar belakang yang lain namun tetap saja kita selama masih bernafas akan merasakan rasa sakit tersebut.
Lalu bagaimana agar kita tidak merasakan sakit itu sendiri maka jawaban nya semua kembali kepada diri kita dalam menyikapi sebuah rasa itu sendiri sebab semua yang kita rasa kan itu hanyalah ilusi semata dan tidak akan bertahan lama bahkan ada sebuah perumpamaan yang mengatakan bahwa badai pasti berlalu.
Begitu juga dengan apa yang kita rasakan tidak akan kita merasakan sakit selama nya dan tidak akan kita merasakan sehat selama nya semua itu silih berganti dalam kehidupan ini hanya tinggal bagaimana kita menyikapi sebuah rasa itu sendiri apakah kita akan menikmati rasa sakit itu dan berharap turun nya mukjizat sehingga rasa sakit itu di hilangkan oleh orang lain yang di kirim Tuhan kepada kita.
Ataukah kita akan mengobati rasa sakit itu sendiri dengan menyadari dan belajar apa penyebab rasa sakit yang kita alami, Semua keputusan kembali kepada diri kita masing-masing mana jalan yang harus kita ambil untuk menyembuhkan luka batin yang sudah di tore kan seseorang pada diri kita.
Seperti nya kali ini Dinda memilih untuk menyembuhkan luka batin yang mendalam dengan cara instropeksi kembali bertanya kepada hati nya apa yang sebenarnya terjadi apakah yang di alami nya saat ini adalah sebuah karma di masa lalu ataukah memang ia harus merasakan semua ini agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi kedepan nya.
Malam itu begitu ramai di jalan karena terjadi kebakaran di rumah Ustad Fadly dan suara sirine mobil pemadam sampai terdengar di rumah Dinda dan otomatis warga berhamburan keluar rumah untuk melihat apa yang sedang terjadi saat ini dan rumah siapa yang sedang terbakar sekaligus mereka juga khawatir api menyambar rumah mereka juga.
" Bu ada apa di luar mengapa begitu ramai dan seperti nya ada mobil pemadam juga memang rumah siapa yang terbakar?"
Tanya Dinda sambil menggendong Aida keluar dari kamar nya.
" Kata nya rumah Ustad Fadly yang terbakar Din,"
Jawab Bu Isfa dengan nada dan tatapan panik.
" Inalillahi lalu bagaimana kondisi Ustad apakah baik-baik saja Bu?"
Tanya Dinda dengan tatapan panik.
" Tidak tahu Din, Ayah mu sedang di sana membantu warga lain semoga saja Ustad baik-baik saja dan tidak terluka."
Jawab Bu Isfa sambil melangkahkan kaki menuju teras rumah nya.
Ini pasti ulah nya Bang Sulaiman dan teman-teman nya sebab aku paham betul dengan sifat dia yang pendendam sama dengan Ibu nya dan suka sekali membuat kegaduhan di mana-mana tanpa berfikir apa imbas dari tingkah laku nya yang sembrono.
Bergumam lah Dinda sambil menimang Aida putri nya yang tiba-tiba menangis cukup keras, Kemudian Dinda pun melangkahkan kaki nya menuju teras rumah nya untuk melihat dan memastikan bagaimana kondisi nya saat ini namun di saat Dinda baru saja sampai di teras rumah nya ia melihat kepulan asap yang berwarna hitam pekat membumbung di udara dan berasal dari pasar.
Sontak Dinda memanggil Ibu nya yang berdiri tepat di depan pagar rumah nya sedang berbincang dengan warga lain nya yang juga merasa khawatir melihat kebakaran di rumah Ustad Fadly saat itu, Karena kondisi lumayan bising maka Bu Isfa tidak mendengar teriakan dari Dinda lalu ia pun berjalan sedikit cepat menuju di mana Bu Isfa berdiri.
" Bu itu ada asap tebal di pasar jangan-jangan di sana ada kebakaran juga,"
Ucap Dinda dengan nada gugup dan khawatir.
" Ya Allah astagfirullahalazim iya benar itu juga ada percikan api dari kabel listrik,"
Jawab Bu Isfa sambil menunjuk ke arah kepulan asap yang berwarna hitam pekat.
Maka segera lah Bu Isfa mendatangi pemadam kebakaran yang baru saja selesai memadamkan api di rumah Ustad Fadly untuk meminta bantuan untuk melihat dari mana asal kepulan api tersebut dan memang dapat di lihat kepulan asap itu karena kebakaran yang terjadi di pasar maka segeralah pasukan pemadam berkemas dan berpindah lokasi.
Sedangkan Bu Hasanah, Sulaiman dan teman-teman nya sedang tertawa lepas sebab sudah berhasil membakar toko milik Ustad Fadly namun mereka tidak berpikir bila toko Ustad Fadly di bakar maka api itu akan dengan mudah nya menyambar ke toko lain dan yang akan menanggung kerugian pasti nya tidak hanya Ustad Fadly saja.
Dan benar saja dalam waktu sekejap api sudah menyambar beberapa toko yang semi permanen dan menghanguskan semua nya bahkan kejadian itu ada korban jiwa bukan lain penjaga toko Ustad Fadly yang menjadi korban hangus terbakar di dalam toko sebab roling dor tidak bisa di buka dan ia terjebak di dalam kobaran api saat itu.
Dalam kondisi yang masih panik Ustad Fadly di beri kabar bahwa toko nya terbakar habis, Seketika Ustad Fadly badan nya lemas jatuh terduduk di trotoar jalan sambil melihat kobaran api yang berasal dari pasar dan air mata pun tanpa terasa membasahi pipi Ustad Fadly saat itu.
Inalillahi wa inalillahi rojiun ya Allah semua berasal dari Mu dan akan kembali kepada Mu, Semua aku terima dengan ikhlas ya Allah bila memang ini menjadi penguji iman ku, Kuat kan hamba Mu ini ya Allah untuk menghadapi semua nya dan tambahkan iman taqwa kepada hamba ya Allah.
Bergumam lah dalam hati Ustad Fadly sambil air mata mengalir deras membasahi pipi nya menerima cobaan yang begitu berat kali ini, Sedangkan Pak Ali dan Weni merasa heran dengan semua kejadian ini sebab bagi nya semua yang terjadi dengan Ustad Fadly tidak terlepas dari Bu Hasanah dan Sulaiman yang sangat membenci Ustad Fadly.
" Ayah kenapa aku curiga kepada Ibu dan Abang dalam kejadian ini, Sebab tadi Ibu dan Abang keluar rumah bersamaan dan sampai sekarang belum kembali juga?"
Tanya Weni sambil sesekali melihat kearah warga yang berkerumun.
" Benar Wen, Ayah juga begitu tapi kemana mereka berdua sebenarnya?"
Jawab Pak Ali sambil menoleh ke kiri dan ke kanan untuk mencari Bu Hasanah dan Sulaiman.
" Yah mari kita ke bengkel dimana biasa nya Bang Sulaiman dan teman-teman nya berkumpul siapa tahu mereka berdua di sana,"
Ucap Weni sambil menarik lengan Pak Ali.
Kemudian mereka berdua pun berjalan menuju bengkel yang di kata kan oleh Weni, Sedangkan Bu Hasanah dan Sulaiman serta beberapa teman nya sedang tertawa lepas seperti nya sangat bahagia melihat kehancuran Ustad Fadly yang sudah tidak memiliki toko dan rumah saat ini sebab rumah dan toko Ustad Fadly sudah mereka bakar.
" Aku sangat bangga memiliki Ibu sebab dengan ide Ibu yang cemerlang aku bisa membalas sakit hati ku kepada Ustad gadungan itu,"
Ucap Sulaiman diiringi dengan senyum bahagia.
" Apa pun akan Ibu lakukan demi kamu anak ku Sulaiman dan ingat kalian semua masalah ini cukup kita yang tahu jangan sampai warga mengetahui nya kecuali kalian ingin mendekam di penjara,"
Pesan Bu Hasanah kepada teman-teman Sulaiman.
" Aman ... tenang saja semua akan tutup mulut asal ingat yang sudah Ibu janjikan kepada kami tadi agar kita bisa tetap diam,"
Jawab Hendi sambil memainkan pisau lipat nya diiringi senyum licik.
" Tenang saja, Ini bagian kalian dan usahakan besok pagi-pagi sekali kalian semua pergi sejauh mungkin dari kampung ini begitu juga dengan kamu Sulaiman,"
Ucap Bu Hasanah sambil melemparkan beberapa amplop berwarna coklat di atas peti kayu di hadapan nya.
" Lalu bagaimana dengan Ibu sendiri?"
Tanya Sulaiman setelah mengambil amplop di atas peti kayu.
" Kamu tenang saja Ibu akan baik-baik saja, Segera kalian pulang dan berkemas jangan sampai warga melihat kalian."
Jawab Bu Hasanah dengan tatapan serius.
Namun sebelum mereka sempat untuk membubarkan diri dan pulang ke rumah masing-masing Sandi tiba-tiba masuk kedalam bengkel dan memberi tahu mereka semua bahwa Pak Ali dan Weni sedang berada di depan bengkel saat ini mencari Bu Hasanah dan Sulaiman, Maka mereka semua pun mulai panik apa yang harus di lakukan.
" Ibu untuk apa kayu balok ini?"
Tanya Sulaiman sambil memegang kayu balok pemberian Bu Hasanah.
" Pukul mereka berdua dari belakang lalu bawa mereka berdua ke gudang buah di ujung kebun dan ikat mereka di sana, Jangan sampai mereka berdua melihat kita Sulaiman."
Jawab Bu Hasanah sambil mencari tali tambang untuk mengikat anak dan suami nya.
Maka mereka semua pun menjalankan perintah Bu Hasanah sedangkan Bu Hasanah masih sibuk mencari tali tambang untuk mengikat mereka berdua namun naas nya saat Sulaiman memukul tengkuk Pak Ali saat itu terlihat oleh Pak Husein bukan lain Paman nya sendiri dan hal itu membuat Sulaiman bertambah masalah nya.
Begitulah manusia pandai dan rapi rencana jahat yang di lakukan pasti akan meninggalkan jejak dan pasti ada saja saksi mata yang melihat nya, Setelah Pak Ali dan Weni pingsan maka di bawalah mereka berdua menuju gudang buah seperti yang di perintahkan oleh Bu Hasanah saat itu.
Lalu apa yang akan di perbuat oleh Pak Husein saat melihat kejadian tersebut apakah Pak Husein akan menghubungi pihak berwajib atau kah Pak Husein akan mengajak warga untuk membuntuti mobil yang membawa Pak Ali dan Weni dalam kondisi pingsan saat ini dan apa hukuman yang akan di terima oleh Bu Hasanah dan Sulaiman?
Jangan pernah beranjak dari kisah mereka semua dan temukan jawaban nya hanya di MY LORD HELP ME dan jangan pernah bosan untuk selalu dukung author agar semangat nulis nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
💜⃞⃟𝓛 ༄༅⃟𝐐🇺𝗠𝗠𝗜ᴰᴱᵂᴵ 🌀🖌
pak Husain, cepat.... laporkan saja ke polisi, gemes sendiri 🥺
2022-08-07
1
𝙍𝙖𝙝𝙢𝙖𝙣𝙞𝙖✧・ 。゚★: *.
Ibu sama anak sama saja ya, kenapa malah d suruh main kasar kepada paman dan anaknya sendiri
2022-08-01
2
𝙍𝙖𝙝𝙢𝙖𝙣𝙞𝙖✧・ 。゚★: *.
Astagfirullah tega bgt Sulaiman dan ibu Hasanah ya, kenapa musti membakar segala, ga kasihan apa nnt kerugian yg d alami
2022-08-01
2