"Mas, aku ikut. Kita berangkat bareng," ucap Lani yang tergopoh-gopoh keluar dari kamar mandi, hanya memakai handuk, mendekati Dika yang tengah sarapan di meja makan, guna menyatakan niatnya.
"Hari ini aku dan Raya mau bertemu seseorang. Ada yang ingin kami selesaikan, Lan."
Wajah Lani seketika berubah. Cemberut dan penuh amarah. Dalam hatinya ada ketakutan, kalau Dika sudah kembali rujuk dengan Raya. "Kalian mau kemana? Mas kok gitu sih? aku pengen berangkat sama Mas!" pekik Lani semakin frustasi. Dia tidak ingin semua usahanya hancur karena Dika sudah merubah hati lagi.
"Pelankan suaramu, Lani. Pakai bajumu," bisik Dika. Dari arah kamar, terdengar suara Raya yang memberikan isyarat kalau dia hendak keluar. Lani bergegas berlari ke arah kamarnya, sementara Dika berjalan menuju teras.
***
Tanda tangan jual beli laundry itu berjalan lancar. Semua uang hasil jual beli ruko bertingkat tiga itu sebesar dua miliar, ditransfer ke rekening Raya sembari menunggu membeli ruko baru.
Sepanjang perjalanan, Raya tersenyum puas. Ada harga dari setiap perbuatan kita. Setidaknya untuk saat ini, dia punya modal untuk bertahan hidup dan membesarkan anaknya.
"Mas langsung ke kantor, ya?" ucap Dika mengulurkan punggung tangan ke arah Raya.
"Iya, Mas. Hati-hati di jalan." Raya keluar dari mobil, berbalik untuk melambai ke arah suaminya yang hendak melaju. Dia membayangkan bagaimana reaksi Lani saat tahu kalau laundry itu bukan milik Dika lagi.
Mereka memang tidak singgah ke laundry, Langung bertemu koko gembul yang menjadi pembeli. Pada koko gembul, Raya meminta menitipkan empat orang karyawannya, yang memang kinerjanya sangat dipuji oleh wanita itu.
Pada keempat karyawan laundry, Raya sudah menjelaskan, kalau laundry sudah beralih pemilik. Koko gembul orang yang baik, dia percaya kalau karyawannya akan diperlakukan baik.
Tentu saja karyawannya merasa sedih dan kehilangan. Selama ini Raya selalu menjadi bos yang sangat baik, ramah dan juga selalu menghargai para pekerja. Raya berjanji, jika nanti dia buka usaha, dan kalau mereka ingin ikut dengannya, maka Raya akan dengan senang hati menerima mereka.
Sorenya, Koko gembul datang ke sana. Memberitahukan adanya peralihan kepemilikan usaha itu. Lani tentu saja tidak percaya. Dengan gaya arogan, Lani mengancam jika benar laundry sudah dijual, dia memilih untuk keluar.
"Silakan, kalau kamu mau keluar," ucap Koko gembul. Lani memperhatikan satu persatu karyawan yang berbaris di sampingnya, tidak satu pun dari mereka yang merasa terkejut, seolah sudah tahu sejak awal.
Lani merasa dipermalukan, dia tidak terima, dan detik itu juga pergi dari sana. Tentu saja dia tidak pulang ke rumah, namun ke kantor Dika.
"Mas, apa-apaan sih jual laundry itu sama si Koko gembul?" tanya Lani masuk ke ruangan Dika. Sekretaris dan juga karyawan yang lain tidak ada yang bertanya atau mencegat langkah Lani, karena sudah tahu siapa wanita itu bagi Dika.
"Sabar dulu, Lan. Datang-datang kok malah marah-marah gitu?"
"Siapa yang gak marah. Kenapa laundry itu dijual? ini pasti hasutan si norak itu. Dasar wanita sundal!" umpat Lani marah. "Mana duit hasil jual laundry itu?" Lani berdiri berkacak pinggang menghadap Dika.
"Duitnya mau beli ruko, tetap akan buka laundry."
"Ya udah, sini duitnya, aku yang pegang. Kita beli ruko sama-sama." Lani menengadahkan telapak tangannya.
"Gak ada sama aku, Lan. Raya yang pegang duitnya. Katanya dia udah lihat ruko yang mau dia beli," terang Dika mencoba menenangkan Lani. Merangkul pundak wanita itu, namun, segera ditepisnya.
"Mas udah gila atau apa? Kenapa duitnya mas kasih ke dia? mas mau balikan sama dia? mas udah gak mikirin aku lagi?" Teriakan Lani pastinya sudah sampai ke telinga para karyawan.
"Bukan begitu, Lan. Aku hanya..."
"Dengar, Mas. Aku serius, hari ini kau harus sampaikan pada Raya niatmu untuk menikahiku. Kalau gak, aku yang akan bilang. Tidak hanya pada istrimu, juga pada kedua orang tuamu!"
Dika memucat. Dia bisa mati kalau sampai orang tuanya, terlebih ibunya mengetahui masalah asmara Lani dan dirinya.
"Ba-baik... besok aku akan coba bicarakan pada...."
"Aku gak mau besok, Mas. Aku mau malam ini. Aku akan tunggu keinginanmu di rumah." Lani sudah membuka pintu, dan dengan kasar menghempasnya saat keluar dari ruangan itu.
***
Lani tidak bercanda. Setelah mandi sore, dia sudah mulai duduk di depan televisi, menunggu kepulangan Dika.
Begitu mobil Dika memasuki halaman, Lani sontak berdiri, namun, saat Raya melangkah keluar untuk menyambut kedatangan suaminya, Lani pun harus menelan ludah, dan kembali duduk.
"Mas," sapa Raya menarik punggung tangan Dika untuk dia cium. Bersama berjalan memasuki rumah, dan melewati Lani yang tengah duduk pura-pura cuek.
Mata Lani melirik Dika, tepat saat pria itu juga sudah melihatnya, Lani memberikan kode agar Dika segera membicarakan niat mereka pada Raya.
Selama mandi, Dika sudah memikirkan. Dia tidak ingin hidup dalam ketakutan, dan desakan Lani, jadi memantapkan hati untuk mengatakan pada Raya.
"Sudah segar, Mas..."
"Iya, Ray. Sini mas mau ngomong dulu," ucap Dika menepuk sisi ranjang di sampingnya. Raya menurut, walau hatinya begitu deg-degan. Menduga berita buruk apa yang akan Dika sampaikan. Dia yakin sekali kalau ini pasti ada hubungannya dengan masalah Lani.
"Raya, kau tahu kan, mas sayang dan peduli padamu dan juga anak kita. Tapi mas harus mengambil satu keputusan penting dalam hidup mas, yang juga berdampak padamu."
Dika diam sejenak. Memberi jeda, membiarkan Raya mengambil waktu yang dia butuhkan untuk menyiapkan hatinya.
"Ray, Mas mau minta izin, kau ikhlaskan mas menikah lagi." Genggaman tangan Raya semakin mengencang di balik tangan Dika. Dia mere*mas tangan gadis itu. Dika sempat merasakan, ada sentakan dari Raya untuk menarik tangannya kala mendengar permintaan gila Dika.
Dia sudah menebak, cepat atau lambat, hari dimana Dika akan mengatakan ingin menikahi Lani akan datang. Tapi jujur, untuk saat ini Raya belum siap.
Terasa sakit di bagian bawah perutnya. Ada rasa kram dan mual yang menyentak. "Ray, mas tahu, tidak adil bagimu untuk dimadu, tapi mas juga mencintainya. Mas tidak bisa melepaskan dirinya, Ray."
"Siapa wanita itu?" tanya Raya sekedar memastikan walaupun sebenarnya sudah tahu jawabannya. Dia harus pura-pura tidak tahu siapa wanita Dajjal itu, kan?
Raya merasakan, rema*San kuat di hatinya. sakit dan perih. Dua tahu membina rumah tangga, Raya tidak menyangka harus kandas juga, terlebih setelah mereka akan dikaruniai seorang anak. Air mata Raya membasahi wajahnya, menunduk dan akhirnya merasa kalah terhadap Lani.
Dia pikir, seminggu memberikan perubahan dan perhatian pada Dika, membuat suaminya bisa berubah lebih baik. Berharap bisa kembali padanya dan melupakan Lani, tapi ternyata harapannya terlalu ketinggian.
"Dia... Lani..."
***
Hai, jangan lupa dukung aku ya, dan mampir yuk
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Arfi tresnasaepudin
klo aku g sanggup
2023-07-10
0
Partini Maesa
sundal teriak sundal
2023-02-01
0
Raflesia
elu yg sundal pelakor gaya Kya istri sah????minta duit ...siapa elu?????bener bener pada gk punya otak neh....udah numpang,dksih makan ,dksih kerjaan eh malah makan suami nya...gk tau diri emng
2022-10-07
1