Acara pernikahan digelar, dan Raya diboyong Dika ke Jakarta. Enam bulan setelah menikah, barulah dia berhasil meyakinkan Raya untuk berhubungan dengannya. Trauma membuat gadis itu sulit menerima Dika.
Begitu pun dengan Raya, yang tidak pernah merasakan kenikmatan setiap berhubungan, karena dia sendiri pun merasa tidak nyaman untuk melakukannya.
Besarnya rasa cinta Dika pada Raya bisa menerima kekurangan gadis itu, terlebih Raya tipe gadis penurut, tidak banyak menuntut dan lembut.
Hingga datangnya Lani, sahabat Raya ke rumah mereka, dan berujung perselingkuhan!
"Kau, sih yang salah, Mas. Udah tahu dia udah bolong, kenapa juga masih mau dinikahi," ucap Lani dingin.
"Sudah, gak usah dibahas lagi, sayang. Yang penting, kini kita bersama." Dika sudah menyibakkan selimut yang melilit di ketiak Lani, membaringkan wanita itu di sisinya, lalu merasai puncak indah milik wanita itu hingga terdengar lenguhan kenikmatan. Lidah Dika menari liat memanjakan ujungnya yang tampak menantang.
"Kita mau lanjut lagi, Mas? apa gak capek?" Lani menggenggam milik Dika yang sudah mulai mengeras lagi. Selama bersama Lani, Dika tidak ingin menyia-nyiakan waktu. Ingin terus meraup kenikmatan bersama gadis itu.
"Tentu saja, Sayangku. Jadi untuk apa kita check in di hotel mewah begini, kalau bukan untuk membuatmu puas?" ucap Dika tersenyum. Jemari Dika sudah mulai merambah ke bawah, tempat kenikmatan milik Lani yang masih basah, masih ada sisa cairan bekas mereka bertempur tadi. Dengan mahir, Dika memainkan dua jemarinya di dalam sana, mengobok, membelai biji kecil Lani hingga gadis itu tidak hentinya mendesah, dan menggelinjang dengan hebat.
Dika suka melihat wajah Lani yang memerah terbakar ga*irah, tampak begitu memuja permainan Dika. Ada satu kebanggaan tersendiri di hati pria itu bisa memuaskan Lani. Tidak seperti Raya yang kaku, malu menunjukkan apa badai gai*rahnya, itu pun kalau ada.
Dika mengecup sekilas bibir Lani, lalu membuka paha wanita itu dan menunduk diantara paha mulus itu. Mencium lembah lembab dan nikmat milik Lani. Bermain dengan lidahnya, hingga kicauan tanda kenikmatan menggema dari mulut Lani.
Tidak sampai di situ saja, Dika menggila, mencium dan merasai permukaan milik Lani, hingga wanita itu hampir keluar.
"Mas..." Tubuh Lani mengejang hebat.
Dika menaikkan serangannya. Bermain lebih liar di bawah sana dengan lidahnya sementara tangannya meremas bagian atas tubuh Lani dengan kencang.
"Mas... aku sampai..." cicitnya lemas. Menutup mata menikmati hasil akhir perbuatan Dika yang selalu dia dambakan.
"Ayo dong, Mas. Sekarang aja," desak Lani seperti biasa sudah tidak tahan dan segera ingin masuk ke dalam inti permainan.
Dika berhasil memasuki Lani, begitu nikmat terasa. Baru dia kali goyang, ponsel Dika kembali berdering ke sekian kali. Lani yang melihat nama si penelpon, hanya mendengus kesal.
Sepertinya Raya tidak mau menyerah, dia terus saja menghubungi nomor Dika, hingga membuat pria itu tidak berkonsentrasi mendengar getaran di atas meja yang ditimbulkan oleh ponsel itu.
"Halo..." bentak Dika yang masih ada di dalam Lani.
"Mas kemana saja sih? aku telepon dari tadi. Mas dimana? kok belum pulang? apa gak ingat kalau hari ini jadwal kita periksa kandungan? tadi aku kan udah chat, dan Mas juga udah baca kok pesanku itu," kata Raya dari seberang sana.
"Kau itu memang istri yang gak ada hormat-hormatnya sama suami sama sekali, ya? nanya suami udah kayak nanya terdakwa di pengadilan!" bentak Dika kesal karena Raya sudah mengganggu kesenangan mereka.
"Habisnya, Mas udah baca chat aku, tapi gak balas, telepon juga gak ngangkat."
Lani yang mendengar hanya tersenyum simpul. Dia lah yang membaca pesan Raya dan hanya mengabaikannya. Dika sama sekali tidak peduli.
Satu ide muncul di pikiran licik Lani. Dia yang saat itu berada di bawah Dika, menarik tubuh pria itu agar mendekat, dan menciumi bibir Dika, lalu memasukkan salah satu miliknya yang indah dan sekal itu ke dalam mulut Dika hingga pria itu gelagapan.
Berhasil dilepas Dika, pria itu menjauhkan ponselnya. "Nanti dulu, Sayang. Jangan berisik nanti kita ketahuan," bisik Dika.
Lani terbakar cemburu, niatnya adalah membuat Raya semakin merasa curiga. Dia mendorong tubuh Dika, hingga telentang di atas tempat tidur, lalu menunduk, mengulum kedua kelereng yang menggantung di sela paha Dika.
Dika kembali terbakar. Lani sangat tahu dimana kelemahannya. Lani tentu saja sengaja melakukannya. Dia paling benci kalau waktu berdua dengan Dika harus diganggu Raya.
"Mas... kau sedang apa sih? kok kayak terengah-engah?" tanya Raya curiga. Kembali jantung berdebar kencang. Pikirannya sudah melayang jauh, menebak kalau kedua pasangan mesum itu tengah melakukan dosa lagi.
"Sayang, nanti dong. Tunggu aku matikan teleponnya," ucap Dika menutup speaker ponselnya, sekaligus menjauhkan dari dekat mereka.
"Makanya, matikan. Aku gak mau kita diganggu si norak!"
"Iya, Sayang. Nanti kita bertempur lagi. Sebentar aku tutup teleponnya," sahut Dika berbisik.
"Gak mau, Mas. Aku mau sekarang." Lani sudah membasahi milik Dika dengan air liurnya lalu membelai naik turun dan setelahnya, memasukkan ke dalam miliknya. Mata Dika terpejam, merasakan sensasi luar biasa. Benda tumpul itu bahkan bisa merasakan bagian terdalam di tubuh Lani.
"Mas..." ucap Raya dengan nada kesal karena Dika yang mendiaminya.
"I-iya, Ray. Ben- Bentar lagi aku... aku pulang," jawabnya terbata karena tubuhnya sudah mulai digenjot oleh Lani. Tidak punya pilihan lain, Dika menutup telepon Raya begitu saja.
***
Raya yakin sekali kalau saat ini kedua manusia laknat tengah bersama. Kembali air mata Raya ke luar. Menangis sejadi-jadinya hingga perut Raya keram.
Dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Penuh kesakitan, Raya memesan ojek online menuju rumah sakit terdekat, lagi ke klinik tempat dokter kandungan yang pertama kali memeriksa.
Di dalam mobil pun, Raya terus menangis menahan kesedihan sekaligus merasa sakit di perutnya.
"Maaf, Mbak... Saya mau daftar periksa sama dokter kandungan," ucap Raya.
"Baik, Bu. Boleh saya pinjam kartu tanda pengenalnya?"
Raya membuka dompetnya dan menyerahkan sebuah kartu.
"Baik, Bu. Mohon menunggu sebentar," ucap sang resepsionis.
Raya duduk di bangku tunggu bersama pasien lainnya. Raya yang sendirian, menatap para pasien wanita yang ada di hadapannya kebanyakan perutnya tampak sudah membelendung, ditemani oleh suami atau kerabat mereka. Genangan air mata kembali muncul. Dia malu harus menangis, tapi sesak jika tidak ditangiskan.
Berganti pasien keluar masuk ke dalam ruang praktek sang dokter kandungan. Raya sabar menunggu. Namun, denyut jantungnya berdetak lebih cepat, dan tubuhnya terasa lemas. Sakit di kepalanya kali ini menghantam begitu kuat, hingga sesak itu kembali terasa. Matanya mengabur.
"Bu Rayana, silakan masuk."
Raya masih mendengar jelas namanya dipanggil, lalu berdiri dan bersiap melangkah. Baru mengangkat kaki kanan, wanita itu pun roboh ke depan, dan tepat seorang keluarga pasien yang baru selesai periksa dan lewat dari depan Raya, sigap menangkap tubuh Raya yang sudah jatuh pingsan.
****
Jangan lupa dukung aku terus, biar aku semangat nulisnya, makasih. Dan jangan lupa mampir
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Kisti
ujian rumah tangga itu bda2...tinggalkn dika jka kmu gak kuat ray,,basickmu dperkosa.jadi istri d duakn...iklas dan sabar ya
2022-10-05
1
Herlina
kenapa kebanyakan laki" mencari wanita yg lincah dan pro...padahal yg haram itu memang nikmat dr pada yg halal...apa pun alasan nya ...Krn Raya halal makanya kurang seru...ntar klu laninya udah di halalkan belum tentu nikmat..dasar laki" mau cari yg rasa baru terus
2022-10-03
1
Ayuk Vila Desi
malah tambah nyesek Ray kalau tau selingkuh tapi pura2 gak tau mana gak di anggep lagi...mau tau karma mereka itu apa nantinya
2022-09-28
1