Dika mengutuk jalanan pagi itu, begitu macet, hingga niat untuk mencari hotel terdekat menjadi begitu lama. Sementara di bawah sana, dia sudah menegang, tidak bisa terkatakan lagi. Ini lah yang membuat Dika sangat tergila-gila pada pesona Lani, dia selalu tahu cara memuaskan Dika. Lidah Lani begitu lincah menari-nari meliuk di bawah sana, membuat Dika merinding dan melenguh berulang kali.
"Aaaach... sayang, please jangan di sini. Nanti saja kalau udah sampai hotel," ucap Dika, pelayanan Lani membuatnya tidak berkonsentrasi menyetir karena tidak bisa berkonsentrasi lagi .
"Ini sebagai hukuman karena mas gak marahi si norak itu waktu nyuruh-nyuruh aku semalam," ucapnya meneruskan kegiatan membuat Dika menggelinjang.
"Iya... aku..." Dika tidak bisa meneruskan ucapannya. Bukti hasratnya hampir saja keluar, sudah memanas dan siap untuk menyirami rongga mulut Lani. Dika mengakui kalau Lani memang hebat dalam memanjakan miliknya. Lani adalah pawangnya! Jauh berbeda dari Raya. Jangankan untuk memanjakan dengan lidahnya, memegang saja, dia sudah gemetar.
Dika benci akan hal itu. Baginya perselingkuhannya dengan Lani, sedikit banyaknya karena Raya juga. Sejak mereka menikah, wanita itu selalu ketakutan setiap diajak berhubungan suami-istri.
Bahkan acap kali menolaknya, walau setelah setahun pernikahan mereka berlalu, Raya sudah bisa melakukan tugasnya sebagai istri, tapi ya, hanya sebatas gaya berhubungan yang standar. Tidak ada sensasi. Setiap Dika ingin melakukan sedikit permainan yang lain dari biasanya, Raya pasti akan gemetar ketakutan, dan akhirnya Dika tidak jadi merealisasikan gaya baru yang dia idamkan.
"Lan, aku...," ucap Dika kehilangan kata-kata meremas kuat setir sembari memejamkan matanya, menikmati sensasi. Bunyi klakson dari mobil belakang karena lampu sudah kembali hijau membuat Dika tidak berdaya selain melajukan mobilnya.
Dika terpaksa mengentikan sesaat mobil di pinggir jalan. Menikmati sensasi yang luar biasa. Dika menumpahkan timah panasnya di mulut Lani, hisa*pan dari bibir lembut Lani membuat Dika melayang hingga langit ke tujuh. Mana bisa Raya seperti ini, baru didekatkan saja, mendadak meriang.
Glek!
Lani menelan semua lava panas itu dengan sekali telan. Tersenyum binal melihat wajah Dika. Sisa cairan yang tertinggal di sudut bibirnya, dia bersihkan dengan jempolnya.
"Terima kasih, sayang. Aku benar-benar jatuh cinta padamu. Tunggu saja, aku akan membalas mu di hotel. Tidak akan aku biarkan kau bisa beristirahat hingga sore nanti!"
***
"Bagaimana kabarmu?" tanya suara yang masih tampak tegas walau usianya sudah menua. Hampir saja Raya menangis kala mendengar suara ayahnya melalui panggilan telepon itu.
"Baik, Ayah," jawabnya singkat. Berusaha mempertahankan suaranya agar tidak bergetar.
"Bagaimana kabar Dika? baik? kalian baik-baik saja, kan?"
Raya tidak sanggup. Dijauhkannya pesawat teleponnya agar bisa menarik nafas sesaat, menenangkan gejolak kesedihan di hatinya.
"Kami baik, Ayah. Bagaimana kabar ayah? sehat?"
"Ayah sehat. Dua tahun kau menikah, hanya sekali kau pulang. Apa sudah tidak rindu pada ayah?"
Hati Raya seperti diremas. Pulang? dia memang sudah lama tidak pulang. Jauh disudut hatinya dia ingi sekali bertemu dengan ayahnya, ingin memeluk pria tua yang selalu berkata lembut padanya.
"Aku rindu, Ayah. Maafkan kami belum bisa pulang. Nanti ada hari baik, kami akan pulang ke kampung ya, ayah," ucap Raya menyeka bulir bening di pipinya yang turun tanpa aba-aba.
Hanya setengah jam Raya sanggup berbicara dengan ayahnya. Dia rindu, itu pasti. Dia ingin pulang, itu juga benar. Tapi dengan keadaan rumah tangganya yang sudah diambang kehancuran, mana mungkin dia bisa pulang, bertemu ayahnya. Dia pasti tidak punya nyali untuk melihat wajah ayahnya.
***
Raya menatap kembali wajah di cermin. Dia jelas sangat cantik. Mata panda di bawah matanya tidak bisa menghalau sinar kecantikan nan muda wajahnya. Usianya kini hampir 20 tahun, namun kesan imut dan lembut wajahnya tidak memudar.
Sekali lagi diliriknya ponselnya, belum ada balasan dari suaminya. Sejak pukul 11 tadi, Raya sudah memberitahukan jadwal mereka periksa kandungan. Pesan itu hanya dibaca, tidak ada balasan.
Satu jam lalu, kembali Raya menghubungi suaminya, namun tetap tidak dibalas. Dia memutuskan untuk menghubungi nomor Dika, tapi pria itu tidak mengangkat sama sekali.
Bagaimana mungkin Dika bisa mengangkat teleponnya, keduanya sedang bergumul di salah satu hotel di kawasan Jakarta barat. Tidak ada yang mereka pikirkan kecuali menuntaskan gara api asmara mereka.
Dika melayang, menikmati layanan luar biasa yang membuatnya melayang hingga ke nirwana.
"Kenapa tidak sejak dulu saja kita melakukan ini, Sayang? Satu tahun kita tinggal bersama, tapi aku tidak sadar kau senikmat ini. Aku sangat bahagia bersamamu," ucap Dika mengecup bibir Lani.
"Bagaimana mungkin, melirik ku saja dulu kau tidak mau, Mas. Aku ingat kau malah memarahi Raya karena menerimaku di rumah mu. Kau mengatakan kalau aku orang kampung yang punya reputasi buruk, hanya karena ibuku!" Lani mencubit dada Dika, gemas bercampur kesal karena diingatkan pada masa-masa itu.
"Maafkan aku, Sayang. Aku salah. Tapi benar, kini kau semakin cantik, dan aku sangat tergila-gila padamu."
Lani tersenyum mendengarnya. Dia merasa bangga dan di atas angin. "Apa istrimu yang norak itu tidak bisa membuatmu puas dan main berkali-kali, Mas?"
"Hah, sudah jangan bahas dia. Wanita aneh. Aku tidak tahu kenapa dulu aku begitu tergila-gila padanya. Kalau boleh jujur, aku menyesal menikah dengannya, terlebih... terlebih karena dia juga tidak gadis lagi saat menikah denganku!" ucap Dika menatap langit-langit kamar nanar.
Terbayang kembali ke masa tiga tahun lalu. Kala itu dia yang sudah mulai bekerja di kota, pulang ke kampung pada masa lebaran.
Bertemu orang tuanya, bukan satu-satunya alasan untuk pulang ke desa. Rayana adalah satu-satunya alasan terkuat Dika pulang. Dia sudah lama menaruh hati pada gadis kembang desa yang kini sudah duduk di kelas tiga SMA itu. Sejak kelas satu SMA Dika mendekati dan mengungkapkan cintanya, tapi Raya selalu menolak dengan alasan ingin serius belajar.
Namun, kegigihan Dika berbuah manis. Tepat saat Raya selesai ujian nasional kelulusan SMA, Raya akhirnya menerima Dika. Empat bulan pacaran jarak jauh, kabar tidak sedap terdengar hingga ke telinga Dika.
Raya diper*kosa, hingga membuat gadis itu hampir gila. Mengurung diri di rumah. Tidak ingin bertemu siapa pun. Hanya Lani lah yang mau diterima oleh Raya.
Gunjingan masyarakat desa semakin membuatnya terpuruk. Semua penderitaan Raya sampai ke telinga Dika. Dia pulang, dan mengatakan niatnya untuk menikahi Raya.
Tentu saja orang tua Dika tidak setuju. Mana mungkin Dika yang anak sulung dan kebanggaan keluarga menerima gadis rusak seperti Raya. Namun, besarnya cinta Dika, membuat orang tuanya menyerah dan menyetujui permintaan anaknya.
***
Hai, jangan lupa dukung aku terus. Dan mampir ya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Enok Wahyu.S GM Surabaya
jangan2 pemerkosanya suruhan Lani
2023-01-10
0
Winar hasan
pasti ada sebab nya ???udah dtanya belum??mgkin ray pernah trauma sesuatu...
2022-10-06
1
Winar hasan
iyalah orang murahan....mudah2an cm kamu aja yg dservis...
2022-10-06
1