Kalimat Dika menampar wajah Raya, meremas kuat hatinya hingga sesak bernapas. Hati Raya terbakar. Matanya nanar oleh derai air mata. Dika tega bicara seperti itu tentangnya.
Membuka aibnya pada Lani, sahabatnya sendiri. Begitupun dengan Lani, tega membuka pahanya untuk suaminya. Masih pantaskah dia disebut sahabat?
Ingin sekali Raya bergerak, menendang pintu itu agar terbuka lebih lebar lagi. Ingin menjambak rambut panjang Lani. Bara amarahnya sudah siap membakar siapa saja dan apa saja yang ada di dekatnya.
Namun, refleks Raya menyentuh perutnya. Mencoba merasakan makhluk yang kini bertumbuh di dalam kandungannya. Menyadarkannya kalau dia sampai masuk dan mengamuk di dalam sana, maka Dika yang saat ini begitu menggilai Lani akan membuangnya. Memilih bersama gadis itu dan membuang dirinya dan juga calon anak mereka. Dia sudah menonton banyak drama seperti itu yang diadaptasi dari kisah nyata.
Bahkan saat menonton serial drama layangan putus saja, emosi Raya bisa tersulut dan memaki Lydia. Raya sama sekali tidak menyangka kalau kini dia justru mengalaminya saat ini.
Tidak! Dia tidak boleh menyerah, setidaknya demi mendapatkan hak calon anak mereka. Sejak merintis usaha, Raya selalu bersama Dika. Kala membangun usaha, Raya bahkan bersedia menjual semua perhiasan peninggalan ibunya untuk menjadi modal usaha, sekarang saat kehidupan Dika sudah mulai mapan, enak sekali Lani datang dan ingin menyingkirkannya.
"Oh, Mas. Aku... aku mau keluar."
"Iya, Sayang, Mas juga, kita sama-sama, ya."
"Iya, Mas. Ouh, sekarang ya, Mas."
"Iya, Sayang. Mas buat di dalam, ya...."
Suara keduanya yang terengah-engah, membuat lamunan panjangnya. Walau jijik kembali dia menatap ke arah kedua manusia laknat itu. Keduanya tampak hampir mencapai puncak kenikmatan. Jijik dan muak, Raya memaksa langkahnya untuk pergi dari sana.
Dia tidak mau keduanya tahu kalau Raya sudah mengetahui pengkhianatan mereka, bisa saja nanti keadaan semakin kacau.
Dia perlu waktu berpikir. Dia harus memikirkan cara untuk membalas mereka. Siasat untuk menghukum mereka atas perbuatan biadab itu.
Raya menyeret langkahnya, meninggalkan suami dan sahabatnya yang kini sudah menjadi Pelakor di rumah tangganya. Pelan tanpa suara agar keduanya tidak mencurigai kehadirannya.
Dia memilih duduk di salah satu kursi di teras Indomaret. Memesan minuman Boba 10.000-an yang dingin, berharap bisa membantu mendinginkan hati dan kepalanya.
Dia perlu waktu dan juga jarak dari mereka untuk menenangkan hatinya. Nanti setelah dia siap, setelah hatinya mampu melihat wajah busuk keduanya, maka dia akan pulang dengan senyum palsu walau hatinya menjerit.
Saat ini, dia tidak boleh lemah. Kebahagiaan anaknya lebih penting dari pada apapun. Lagi pula, dia butuh waktu untuk bisa berdikari sendiri dulu sebelum menyeruakkan kebenaran yang dia lihat tadi.
Dada Raya sesak. ******* manja Lani kembali menggema dalam pendengarannya, seolah bisikan setan yang terus mengganggu jiwa Raya. Bahkan Senyum suami dan tatapannya yang penuh damba pada Lani masih jelas dalam ingatannya.
Dia sama sekali tidak menyangka Lani tega menikamnya dari belakang. Dia sudah begitu baik menampung Lani yang lari dari kampung halamannya. Persahabatan mereka sejak SMA membuat Raya sangat menyayangi Lani sepenuh hati.
Entah sejak kapan suami dan sahabatnya itu dekat. Setahu Raya, Dika sejak dulu tidak menyukai Lani. Mereka berasal dari kampung yang sama. Tamat SMA, Dika yang sudah lebih dulu merantau ke Jakarta, melamar Raya yang memang kembang desa.
Dika sudah lama menaruh hati pada Raya, dan setelah menunggu lama, dan juga berusaha keras membuktikan cintanya, akhirnya gadis itu menerima lamarannya dan segera membopong Raya ke ibukota.
Kehidupan mereka membaik, hingga suatu hari, Dika ditipu oleh sahabatnya, hingga usahanya bangkrut. Berkat perhiasan Raya, Dika kembali merangkak, merintis usahanya di bidang furniture. Bahkan, kini Dika juga merambah usaha laundry kiloan, dan di sanalah Lani bekerja.
Raya pikir, kebahagiaan mereka akan abadi, terlebih kini harapan mereka untuk memiliki anak akan terwujud. Tapi nyatanya? Apa ini cara Lani membalas kebaikannya?
"Tega kau, Lan. Aku sudah menganggapmu seperti saudaraku sendiri, memenuhi kebutuhanmu, bahkan saat suamiku tidak ingin menerimamu di sini, akulah yang memohon agar kau bisa tetap tinggal."
Lani lari dari desa. Malu pada warga desa karena ibunya yang sudah diarak keliling kampung karena kedapatan berbuat mesum dengan Pak Kades. Warga desa ingin ibu dan anak itu segera angkat kaki dari desa. Bermodal uang yang dikirim Raya, Lani berangkat ke Jakarta.
"Kau jahat, Lan! Tega benar kau berselingkuh dengan suamiku!" umpat Raya meremas sisi gaunnya. Tangisnya pecah. Beberapa orang menatap penuh tanya ke arahnya, tapi Raya tidak peduli.
Tubuh Raya bergetar menahan tangisnya. Dunianya benar-benar runtuh. Dia ingat kata Mbak Yun, tetangga samping rumahnya, untuk tidak cengeng, jangan suka menangis, agar bayi yang dikandungnya saat ini, tidak menjadi anak yang cengeng, tapi dia tidak bisa menahan air matanya kini. Kesedihannya benar-benar menguras emosinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Lena Laiha
aku ikut sesak saat tahu ternyata Raya sedang hamil
2023-07-17
0
Diana
pantas saja orang tua lani seperti itu ..anak nya lani mengikuti jejak ibunya... karena buah tidak akan jauh dr pohon nya...baca nya aku geregatan bngt
2022-12-05
0
Kisti
sabar ya ray.kmu pasti hebat,kuat
2022-10-05
1