Mendekati

''Hmmm sangat enak, kamu sangat pintar memasak,'' kata Austin.

"Hehehe aku memang suka memasak."

"Kalau boleh tau berapa usia mu," tanya Austin.

"Coba tebak, berapa usia ku," ucap Fanny.

"Di atas dua puluh 3?"

"Hmmm sekitar segitu lah aku masih muda, belum pernah berpacaran dan belum pernah menikah."

"Kamu ada ada saja, bagaimana kamu menikah punya pacar saja belum pernah," kata Austin.

"Hehehe mana tau bapak tidak peka, oh iya kalau boleh tau apakah ibu nya Adam pernah menjenguk nya," tanya Fanny.

"Tidak pernah, aku berpisah dengan mamah nya saat dia berusia 2 bulan, kami memang tidak cocok dari awal. Tapi karena ada Adam ya mau bagaimana lagi."

"Pantas saja, dia benar benar menginginkan sosok seorang ibu,'' kata Fanny.

"Nah itu, aku sedang mencari ibu untuk nya, tapi tidak muda untuk aku lakukan. Ya kamu tau sendiri kan bagaimana Adam."

"Sabar pak, saya yakin akan ada mamah yang sangat baik pada Adam," kata Fanny.

''Kamu bagaimana??"

"Maa...maksud bapak," tanya Fanny dengan wajah yang bingung.

"Tidak ada, sudah makan lah," jawab Austin dengan santai nya.

Fanny jadi mengingat apa yang Ryan katakan tadi pada nya, seperti nya memang benar Austin sedang mencoba untuk mendekati nya, dari apa yang Austin bahas dengan nya semua nya sudah terlihat dengan sangat jelas.

"Jangan memikirkan apa yang aku katakan," kata Austin.

"Tidak ah, bapak sangat ingin saya pikirkan," ucap Fanny.

Ryan tersenyum sambil berjalan mendekati meraka berdua, seperti nya memang Austin sudah mulai melakukan pendekatan, dari ekspresi wajah Fanny pun semua nya seperti baik baik saja, Ryan yakin Fanny tak akan menolah pendekatan yang di lakukan oleh Austin.

''Wah kalian makan tidak mengajak ku, padahal aki juga sedang lapar."

"Hahaha kau lapar, masak sendiri, jangan menganggu Fanny dia sedang lelah," kata Austin.

"Dimana Adam," tanya Ryan.

"Adam sedang tidur, nanti kalau mau pergi baru aku banguni, sana cari makanan untuk makan malam. Kita berangkat jam 8 saja, aku sudah mengundur nya," kata Austin.

"Kau dan Fanny saja lah, aku menjaga Adam di sini, aku sedang malas keluar," tolak Ryan dengan sengaja, ia ingin membuat Austin dan Fanny menghabiskan waktu berdua.

"Kamu mau," tanya Austin.

"Dengan saya," tanya balik Fanny.

"Ya, kalau kamu mau," jawab Austin.

"Boleh, tapi saya bersiap siap dulu," kata Fanny.

"Silahkan, aku juga ingin bersiap siap," ucap Austin.

Fanny masuk ke dalam kamar nya untuk bersiap siap, sedangkan Austin masih berada di tempat itu, pria tidak terlalu ribet, hanya memakai pakaian simpel saja sudah cukup."

"Hahaha, aku yakin kau mulai mendekati nya kan," tanya Ryan.

"Hahaha kau tau saja, ya aku mulai mendekati nya secara perlahan, jujur dia sangat menarik di mata ku, aku belum pernah melihat wanita yang begitu menarik di mata ku dalam waktu dekat ini."

"Sudah aku katakan, kalian tu sangat cocok," ucap Ryan.

"Semoga saja apa yang kau katakan benar," kata Austin.

"Semoga saja, aku bahagia melihat mu bahagia, nanti kalau kau menikah aku pasti akan segera menyusul, walaupun satu dulu ya tidak masalah."

"Anjay, cari istri tidak tanggung tanggung, ya sudah aku mau bersiap siap dulu," ucap Ryan.

Ryan pun masuk ke dalam kamar nya, ia mencium kening Adam yang masih tertidur dengan sangat lelap.

"Semoga apa yang kamu inginkan benar benar terjadi sayang," ucap Austin.

Setelah selesai bersiap siap mereka berdua pun pergi meninggalkan hotel. Mereka naik mobil pribadi yang sudah Austin sewa selama berada di Jepang.

"Dingin ya, saya salah pakai baju," ucap Fanny.

Dengan cepat Austin melepaskan jaket nya dan memberikan nya pada Fanny.

"Pakai ini jangan sampai kamu sakit, kalau kamu sakit Adam akan bersedih."

"Bapak yakin? Bapak tidak takut kedinginan?"

"Tidak lah, aku memakai pakaian yang hangat," kata Austin.