Part 4

Drrrttt..

ponsel ku berdering , aku segera melihat nya.

' Hah Ayah.' Gumamku.

mata ku membulat ketika tau yang menghubungi ku adalah Ayah, apa Ayah sudah tau semua nya.? ah aku angkat saja lah.

( hallo Yah? )

( kamu ke rumah Ayah sekarang juga.)

tuuut..

sambungan telepon di putuskan sepihak oleh Ayah.

perasaan ku mulai tak karuan.

masih terngiang nada bicara Ayah yang penuh penekanan.

" Shin, maaf aku telah dulu memberitahukan keluarga mu."

ucap Desi, aku pun menatap nya.

" kamu harus tau ngak selama nya aku bisa bantu, tapi aku usahain bakal bantu kamu semampu ku."

" ngak apa- apa Des, aku ngerti kok.

makasih atas semua nya, makasih karena kamu sudah mau membantu ku, aku harus segera ke rumah Ayahku."

" oke, kamu hati- hati yah, kalau ada apa- apa hubungi aku."

aku hanya mengangguk dan segera beranjak, tak ku hirau kan dua sejoli yang tengah tertawa bahagia itu

********

setelah menempuh perjalan kurang lebih tiga puluh menit aku pun sampai di rumah Ayah aku langsung memarkirkan mobil ku dan beranjak masuk ke dalam rumah.

sampai nya di ruang tamu ternyata ayah, bunda beserta kak Dewi sudah menunggu di sana.

aku di sambut dengan tatapan datar dari Ayah dan kakak perempuan ku.

" Duduk" ucap nya. aku hanya menurut dan segera duduk tanpa banyak protes.

Aku jadi merasa seperti tersangka kasus kesehatan yang mau di sidang saja, duduk seorang diri dan di depan ku seperti seorang hakim yang siap mengintrogasi.

Ayah menyodorkan berkas yang aku yakini isi nya pasti tentang mas Gio, di atas meja tepat di hadapan ku.

" sekarang kamu jelaskan semua nya, yang ada dalam berkas ini." ucap Ayah sambil menunjuk berkas yang baru saja dia sodorkan ke pada ku. aku menarik napas dan membuang nya pelan untuk menghilangkan rasa gugup.

" awal nya aku tidak tau tentang perselingkuhan mereka, tapi Desi yang sudah memberitahukan semua nya Yah." aku tidak berani sekedar sedikit pun mengangkat kepala menatap mata Ayah.

" lalu kenapa kamu menyembunyikan semua nya dari Ayah Hah? apa kamu tidak menganggap Ayah sebagai orang tua kamu lagi Shinta.?" tanya Ayah.

aku menggeleng cepat.

" bu- bukan begitu Ayah, tapi aku sudah menyusun rencana untuk membalas mereka." ucap ku.

air mata ku sudah tidak bisa ku bendung lagi dan luruh begitu saja.

bunda yang melihat itu segera mendekat dan memeluk ku dari samping.

" sudah lah Yah, beri pelajaran saja pada si Gio, laki- laki brengs* k itu." ucap kak Dewi kakak perempuan ku.

" kamu benar Dewi, Ayah akan turun tangan langsung untuk memberi baj*ngan itu pelajaran."

" Jangan dulu Yah, biar Shinta yang memberikan pelajaran pada mereka, kalau Shinta sudah tidak sanggup baru Ayah turun tangan." ucap ku.

" sudah lah Yah, beri kesempatan buat Shinta.

bunda yakin, Shinta pasti bisa menangani ini semua." bunda berusaha menengahi dan menenangkan ke adaan.

"Baiklah, Ayah beri kan kamu kesempatan untuk memberikan

baj* ngan itu pelajaran, bersenang- senang lah sepuas kamu nak.

buat Gio menyesal, tunjukkan kalau kamu bukan wanita lemah.

tapi Ayah akan tetap mengawasi dari jauh.

pria tegas bernama Bima admaja itu beranjak dan masuk ke dalam kamar nya, aku langsung berhambur ke pelukan bunda yang dari tadi menenangkan ku.

" Sudah sayang jangan menangis, jangan buang- buang air mata kamu.

air mata kamu terlalu berharga.

baj*ngan itu tidak pantas kamu tangisi..

kamu harus tunjukin ke mereka kalau kamu wanita kuat, bunda yakin kamu bisa menghadapi semua ini." ucap wanita yang telah melahirkan ku itu.

aku pun merasa lebih tenang.

" maafkan Shinta ya bunda, karena tidak jujur dari awal.

maafkan Shinta karena tidak mau mendengar nasehat Bunda sama Ayah dulu."

" sssst, yang lalu biar lah berlalu, sekarang kamu fokus untuk memberikan pengkhianat itu pelajaran." ucap bunda sambil mengusap sisa air mata yang masih menempel di pipi ku.

tak terasa hari sudah mau sore aku pun memutuskan untuk pulang.

aku pun berpamitan sama Ayah dan juga bunda.

tidak butuh waktu lama aku pun sampai di rumah.

saat aku memasuki pekarangan rumah, aku melihat mobil mas Gio sudah terparkir di depan rumah. aku keluar dari mobil dan segera masuk ke dalam rumah.

aku melihat bi Sumi yang tengah menyapu lantai, aku menghampiri nya.

" bik? bapak sudah pulang?."

" E- eh kodok loncat, maaf non hampir saja jantung bibi loncat keluar dari tempat nya hehe." ucap nya sambil garuk ke pala nya.

" iya, bapak sudah pulang non."

" sudah lama dia pulang bi.?"

" belum lama sih non, sekitar dua puluh menit yang lalu."

aku mengangguk kan ke pala dan segera beranjak meninggalkan bi sumi yang sudah kembali asyik dengan pekerjaan nya.

aku masuk ke dalam kamar dengan perlahan, terdengar gemericik air dari dalam kamr mandi.

' untung saja aku sudah menggantikan pin brankas, jadi mas Gio tidak bisa membuka nya.' Gumamku.

mata ku tiba- tiba tertuju pada ponsel di atas ranjang.

'ini kesempatan aku untuk melihat isi di dalam ponsel mas Gio, semoga saja dia lama di dalam kamar mandi.' Gumam ku.

aku membuka password dengan tanggal lahir wanita jal*ng itu.

dan woow terbuka. aku segera masuk ke aplikasi hijau, ada satu kontak yang di beri nama tono aku segera membuka percakapan mereka.

( Mas, besok aku mau beli berlian.)

( bukan kah sudah aku belikan dua hari yang lalu.?)

( pokok nya aku ngak mau tau mas, besok aku harus mendapatkan berlian itu. kalau tidak, aku tidak akan kasi kamu jatah selama sebulan.)

( loh mana bisa begitu sayang, iya- iya besok kita belikan yah.)

( oke mas, gitu dong..)

setelah membaca isi percakapan itu aku segera meletakan ponsel mas Gio ke tempat semula.

' kita liat saja, apakah bisa kalian membeli berlian itu besok.

kalian pikir aku akan tinggal diam. oh tentu saja tidak sudah cukup kalian menikmati uang ku selama ini. Gumam ku menyeringai.

tak lama kemudian mas Gio terlihat keluar dari dalam kamar mandi.

dia berjalan ke arah ku yang tengah duduk di sisi ranjang.

" kamu baru pulang sayang?" tanya nya.

" Hmmmm" jawab ku singkat tanpa menoleh ke arah nya.

" sayang, mas ada salah?. mas perhatiin akhir- akhir ini kamu banyak diam, dan kamu juga kayak nya cuek sama mas.

kalau mas ada buat salah mas minta maaf yah." ucap nya sambil duduk di samping ku.

" aku gak apa- apa kok mas, perasaan kamu aja." jawab ku kemudian aku segera kekamar mandi untuk membersih kan diri.

terlihat mas Gio menarik napas dan menghembuskan nya...

BERSAMBUNG.....

"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!