Semingu setelah telfon dari Sadi,Sila sudah melupan hal itu. Dia tidak terlalu anggap serius dan tidak terlalu menanggapi nya. Dan ketika sila sedang asik bekerja, tiba tiba ponsel sila berbunyi tanda ada panggilan masuk.Sila akhirnya meminta izin kepada bu inah untuk mengangkat telfonya terlebih dulu.
"Bu Inah, Sila dapat telfon.Sila izin angkat telfon dulu ya bu." Ucap Sila kepada bu Inah.
"Iya Sil. Sana di angkat dulu telfonya . Siapa tau penting Sil. Inikan juga pekerjaanya udah mau beres." Ucap Bi Inah membolehkan.
"Iya bu."
Sila segera mengambil ponselnya yang ia letakkan di atas meja dapur. Sila melihat nama si penelfon yang ternyata adalah paman Sila. Sila segera menggeser tombol hijau untuk menjawab nya.
"Hallo paman. Ada apa ?"
"Hallo Sila, kamu besok pulang dulu bisa kan. Ada hal penting yang mau keluarga omongin sama kamu."
"Memang nya mau ngomong apa. Emang ngga bisa ya ngomong lewat telfon aja."
"Ngga bisa Sil. Ini hal penting. Pokoknya kamu harus pulang dulu besok." Ucap paman tegas.
"Loh, ngga bisa gitu dong . Paman harus jelasin dulu alasan Sila di suruh pulang itu kenapa. Kalau paman ngga jelasin, nanti Sila izin sama bos Sila gimana ngomong nya."
"Apa nenek sakit?" Tanya Sila bingung.
"Ngga sil. Nenek sehat. Kita semua sehat . Alasan kamu di suruh pulang itu karena Sadi ,teman paman mau melamar kamu. Dia kata nya sangat menyukai kamu. Makanya kamu besok pulang dulu." Ucap paman akhirnya.
"Haaah!!! Paman seriuss?!!" Tanya Sila kaget tak percaya.
"Serius lah Sil. Sadi udah ngomong sama paman kalau dia suka sama kamu,dan akan melamar kamu." Ucap paman dengan nada yang serius.
"Ngga paman. Sila ngga mau. Sila masih mau kerja. Sila juga belum mau menikah paman. Lagian kan paman tau kalo Sila udah punya pacar." Ucap Sila menolak.
"Si Tono itu?? Halah Sadi lebih baik dari dia. Paman lebih tau karena Sadi teman paman. Pokoknya kamu harus pulang dan terima lamaran dia." Ucap paman dengan penuh paksaan.
"Tolong lah paman. Sila bener bener belum mau menikah. Apa lagi, menikah dengan orang yang bukan Sila suka. Sila ngga mau menyiksa diri sendiri paman. Dan juga gimna nanti Sila jelasinya ke Tono kalau Sila terima lamaran Sadi. Gimna perasaanya nanti." Ucap Sila terus memohon untuk menolak.
"Ngga usah mikirin Tono. Sadi lebih baik daripada dia. Hidup kamu juga akan terjamin kalau nikah sama dia. Pokoknya besok kamu harus pulang. Kalau kamu ngga pulang, besok paman akan jemput paksa kamu." Ucap paman mengancam.
"Terserah paman aja. Sila bener bener tidak akan pernah menerima lamaran Sadi. Kalau paman mau jemput Sila kesini ya silahkan aja. Tapi Sila tidak akan pernah ikut pulang." Ucap Sila menantang.
" Awas aja kamu besok Sil." Ucap paman kembali mengancam.
Sila akhirnya mematikan panggilanya sepihak tanpa berbicara lagi. Karena kesal, Sila melemparkan ponsel nya ke kasur .
"Ya tuhaan.. Bagaimana aku akan menjelaskanya kepada Tono nanti, kalau sampai paman tetap memaksaku untuk menerima Sadi. Dan lagi, aku benar benar belum mau menikah. Ya tuhaan,, baru saja aku mulai merasakan nyaman dengan hidupku,engkau malah timpakan masalah kepadaku." Batin Sila dengan penuh rasa kekecewaan.
Dengan langkah gontai dan perasaanya yang sedang kacau, ia tetap berusaha terlihat tegar dan kembali melangkah mendekati Bu Inah dengan mata yang berkaca kaca.
"Neng kamu kenapa?" Tanya Bu Inah yang melihat mata Sila yang berair.
"Aku ngga papa bu." Ucap Sila dengan segera mengusap mata nya yang berair.
"Neng Sila ngga usah sungkan sama ibu. Kalau ada masalah cerita aja. Siapa tau nanti ibu bisa bantu kamu Sil."Ucap Bu Inah berusaha menghibur Sila yang terlihat sangat kacau.
"Huwaaaa ...Bu, Sila akan di jodohkan bu. Sila belum mau nikah. Sila juga masih pengen kerja dan menikmati masa muda Sila bu. Tapi paman akan memaksa sila untuk menerima lamaran orang itu. Kalo gitu namanya di jodohin kan bu huwaaa.." Ucap Sila yang akhirnya sudah tak bisa menahan air matanya lagi. Ia langsung memeluk Bu inah sambil terus terisak.
"Ya ampun neng. Jaman sekarang kok masih ada aja orang yang tega menjodohkan anak nya. Dan lagi yang mau menjodohkan kamu bukan orang tua kamu ya Sil. Melainkan paman kamu. Kok dia tega banget ya." Ucap Bu Inah yang merasa kasian kepada Sila.
Sila hanya bisa terus menagis. Ia tidak bisa mengucapkan apapun karena sesegukan akibat menangis.
"Apa lagi kamu sekarang punya pacara ya Sil. pasti berat banget bagi kamu untuk mengambil keputusan ini." Ucap Bu Inah.
"Iya bu. Makanya Sila bingung gimana jelasinya sama pacar Sila kalau Sila terima lamaran ini. Tapi menolak pun pasti akan sulit karena paman Sila itu orang nya sangat keras kepala." Ucap Sila mengingat watak paman nya yang begitu egois.
Bu Inah hanya bisa menghela nafas nya dengan kasar. "Kamu yang sabar aja ya Sil. Ibu juga kalau masalah begini ngga bisa bantu. Mungkin hanya bisa bantu berdoa yang terbaik aja buat kamu." Ucap Bu Inah sambil mengelus rambut Sila dengan lembut karena merasa sangat kasian kepada gadis itu.
Bersambung.....
Happy reading teman teman
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments