" Kapan semua ini berakhir . " Batin Firda memegangi lengannya yang terasa nyeri akibat cengkraman dari suaminya tadi .
Kreekkk....
Suara pintu terbuka membuat tubuh Firda menegang , wanita itu langsung berdiri dari kursi yang tak jauh dari meja rias nya . Matanya menyorot tajam pada daun pintu yang memperlihatkan sosok tubuh tegap yang begitu menakutkan menurut nya .
" Sudah selesai pakai softlens nya ?" Tanya laki laki itu semakin mendekati Firda . Firda hanya terdiam tak berniat menjawab pertanyaan itu , yang ia bisa lakukan hanya mengalihkan pandangannya dari tatapan sang suami yang begitu menakutkan .
Pelukan hangat dan lembut di pinggang nya membuat Firda terdiam . Ia bingung dan tak tau harus bagaimana , hati dan fisiknya sakit secara bersamaan . Tetapi wanita itu tak ingin menangis ia lagi , sudah cukup ia menangis untuk hari ini .
" Maafkan aku , aku hanya tak suka kamu membantah dan melupakan apa yang aku perintahkan . " ucap laki laki yang tengah memeluknya dengan erat itu seraya menciumi leher Firda .
" Brian aku lelah , aku ingin tidur saja malam ini . Boleh kan ?" Tanya Firda dengan suara yang sangat kecil , karena ia takut Brian akan marah lagi dengan permintaan nya .
" Baiklah istirahat lah aku akan menemani mu ?." ucap laki laki itu menuntun sang istri berbaring di tempat tidur nya .
" Apa aku boleh lepaskan softlens ini sekarang , bukankah tak baik tidur menggunakan softlens ?" tanya Firda tanpa mau menatap suaminya itu . Brian menghela nafas nya kasar kemudian ia mencium kening Firda dengan sayang .
" Baiklah lepaskan saja , tapi setelah kamu bangun kamu harus mengunakan nya lagi . " Ucap Brian berbisik di telinga Firda dengan spontan Firda menjauh , ia menyingkirkan lengan sang suami pada perutnya .
Setelah itu ia berjalan menuju meja rias untuk melepaskan softlens itu kembali . Ia lelah sebenarnya memakai benda itu namun , ia juga tak bisa untuk tak memakainya karena takut dengan amukan suaminya itu .
Dari awal menikah hingga detik ini suaminya Selalu saja meminta ia untuk mengenakan lensa tersebut . Ia sendiri tak tau apa alasan di balik itu , ia hanya bisa menuruti perintah nya tanpa mau membantah .
" Kalau sudah tidur lah ini sudah malam , aku juga sudah mengantuk . " Ucap Brian menyadarkan Firda dari lamunan nya . Wanita itu berjalan perlahan menuju kasur nya . Ia kemudian berbaring memunggungi brian , lingkaran tangan Brian langsung menyambut pinggang nya .
Mata firda sama sekali tak tertutup , ia tak bisa tidur karena rasa sakit yang mulai ia rasakan di sekujur tubuh nya . Wanita itu melirik kearah Brian yang sudah mendengkur dengan halus . Menandakan jika ia sudah terlelap dalam tidur nya .
Firda menyingkirkan tangan Brian dari pinggang nya kemudian wanita itu bangkit dan berjalan menuju sebuah kamar yang sengaja suaminya siapkan untuk dirinya melukis .
Ia buka pintu kamar itu perlahan , dengan langkah pelan ia masuk kedalam kamar itu . Ia duduk di sebuah kursi di depan sebuah kertas putih besar di hadapannya .
Tangan lentik itu mengambil kuas di meja samping kertas itu dan mulai menyapukan kuas itu kedalam kertas . Sapuan kuas itu tampak Indah membentuk sebuah gambar latar hitam . Di tengah tengah gambar terlukis sebuah bunga dandelion yang indah dan rapuh . Bunga itu terkurung dalam sangkar emas yang sengaja Firda buat .
" Hidupku tak ubah nya seperti bunga ini. " Batin Firda setelah menyelesaikan lukisan nya . Wanita itu menatap hasil karya nya dengan mata berkaca kaca . Kemudian ia kembali menangis sekeras keras nya , sang suami tak mungkin mendengar tangisan nya karena ruangan itu kedap suara .
..
...
...
Suara dentingan sendok yang beradu dengan piring membuat Brian tak nyaman . Laki laki berperawakan bule itu menatap sang istri tajam , ia sungguh tak suka mendengar suara itu saat ia tengah menikmati makanan nya .
Brak ...
Tangan Brian menggebrak meja makan di hadapannya yang membuat Firda langsung menghentikan kunyahan nya . Ia meletakan sendok di tangan nya perlahan kemudian wanita cantik itu menatap suaminya bingung .
" Ada apa lagi ini ?." Batin Firda tak mengerti situasi di balik kemarahan Brian.
" SUDAH BERAPA KALI AKU BILANG JANGAN BERISIK SAAT SEDANG MAKAN ." Teriak Brian tepat di muka Firda . Firda terdiam ia melupakan hal penting itu lagi , ia makan seperti itu karena terburu buru ingin segera menemui ibunya .
" Maaf kan aku Brian aku janji tak akan mengulanginya lagi . " Ucap Frida dengan nada yang sangat pelan . Brian tak menjawab ia menatap kesal kearah istrinya . Namun sorot mata istrinya itu seketika menghancurkan kemarahan nya , ia melihat manik mata yang selalu membuat nya rindu . Seketika amarah nya runtuh berganti dengan sebuah senyuman yang terlukis di wajahnya .
" Tak apa sayang , aku yang terlalu cerewet . Sudahlah habiskan makanan mu setelah itu aku antar kamu bertemu ibumu . " Ucap nya penuh kelembutan berbeda sekali dengan nada nya saat membentak Firda tadi .Firda tak menjawab ia hanya mampu memakan makanan nya dalam diam , tak terasa air matanya mulai mengalir .
Ia sudah tak tahan berada di sisi Brian membuatnya selalu tersiksa . Laki laki itu terus terusan berubah mood nya , kadang ia bersikap seperti malaikat namun terkadang ia bersikap seperti malaikat pencabut nyawa yang siap siap untuk membunuh nya .
Setelah suapan terakhirnya , Firda meletakan sendok dan garpu di tangan nya dengan sangat pelan . Ia takut akan menimbulkan bunyi lagi yang membuat Brian murka nantinya .
" Sudah selesai ?" Tanya Brian tersenyum manis pada sang istri .
" Sudah . " Jawab Firda tak bersemangat sama sekali . Ia masih kesal marah dan jengkel dengan sang suami namun ia tak bisa mengutarakan perasaannya nya .
" Ayo aku antar bertemu ibumu . " ucap Brian berdiri dari duduknya . Ia menatap Firda yang masih tak bergeming di tempat duduk itu dengan pandangan heran .
" Bisakah aku pergi sendiri ?" Tanya Firda sebenarnya tak ingin di temani oleh orang yang telah menghancurkan hatinya itu . Melihat wajah Brian sungguh membuat nya takut .
" Aku akan mengantarkan mu , jadi jangan membantah dan jangan memancing emosiku . Kamu tau sendiri aku paling tak suka dia bantah . " Ucap Brian dengan nada dingin nya . Firda menelan ludah nya kasar . Tak ingin kejadian semalam terulang lagi akhirnya ia memutuskan untuk diam dan menuruti permintaan sang suami .
Mereka pun berangkat bersama sama menuju sebuah mobil mewah yang sudah terparkir di depan rumah bak istana itu .
" Nanti pulang nya kamu sama bodyguard ku .Aku tak bisa menjemput mu karena masih banyak urusan di kantor . " Ucap Brian tanpa menatap Firda , laki laki itu tengah fokus pada jalanan di hadapannya .
" Iya . " jawab Firda singkat .
Tak lama mobil itu pun berhenti pada sebuah ruang yang cukup besar meskipun tak sebesar rumah Brian dan Firda tadi . Mereka masuk kedalam rumah itu dengan Brian yang merangkul pinggang Firda erat .
Sebenarnya Firda merasa risih , ingin rasanya ia menepis tangan yang telah memukul nya itu namun ia tak ingin orang lain curiga pada hubungan mereka .
Menurut Firda bagaimana pun aib rumah tangga tak perlu di umbar .
" Sayang anak kita pulang ..." Teriak seorang wanita paruh baya langsung menghampiri Firda dan memeluk nya erat . Firda meringis menahan nyeri saat tubuh nya yang sedang memar di peluk se erat itu oleh sang ibu .
..
...
...
Novel baru lagi . Semoga yang ini lolos kontrak ya .
Jangan lupa like komen vaf dan hadiah .
Dukungan kalian sangat berarti untuk kami para author .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments