Gairah Pria Bayaran
Elvira memoles wajahnya tipis, lalu memutar tubuhnya ke kanan dan ke kiri di hadapan cermin besar. Melihat apakah penampilannya sudah sempurna dan cantik.
Tak lama kemudian ia tersenyum lebar. Melirik ke arah jarum jam, dan sebentar lagi jam menunjukan sembilan malam.
Elvira bergegas pergi, yang sebelumnya menyambar tas Gucci miliknya. Ia tak ingin keduluan suaminya, bisa kacau rencananya. Apalagi ia belum menyalakan lilin yang ia beli dari temannya.
Ia tersenyum manis, membayangkan bagaimana reaksi suaminya. Melihat kamar hotel penuh dengan bunga dan lilin aromaterapi. Apalagi lilin itu bukan sembarang lilin. Ia membelinya pada sahabatnya dan tidak dengan harga murah.
Elvira memarkirkan mobilnya di lobi hotel. Ia berjalan masuk, yang sebelumnya meminta kunci dari Resepsionis.
Ting....
Elvira masuk begitu saja, ia menekan tombol naik ke atas, dimana kamar yang akan menjadi kamar paling spesial untuk malam ini.
Elvira tersenyum sendiri membayangkan bagaimana panasnya bercinta di kamar dengan lilin yang menyala di setiap sudut ruangan.
Keluar dari lift, Elvira berjalan tergesa menuju kamar yang menjadi miliknya malam ini.
Brukk...
"Shit..."
Elvira memutar bola matanya jengah, mendengar umpatan pria yang menabraknya. Ia berlalu begitu saja, tak menoleh ke arah pria yang baru saja bertabrakan dengan dirinya.
Sementara pria yang tertabrak mengepalkan tangannya, begitu melihat wanita yang menabraknya pergi begitu saja. Dia merogoh saku celananya mengambil ponsel yang bergetar.
"Hmm..."
Klik.
Sambungan telpon di tutup tanpa menunggu lama, lalu melangkah lebar melanjutkan langkahnya dengan angkuh, keluar hotel.
Ausky Luis, pria berdarah Amerika. Datang ke kota Berlin untuk mengembangkan bisnis-nya. Pria berusia 36 tahun itu masih sendiri. Dia tak suka dengan kaum wanita, Luis hanya suka menidurinya, itu juga yang bersegel.
Masuk ke dalan kamar hotel, Elvira langsung mengambil keranjang yang sebelumnya ia pesan, laku menaburkan bunga mawar merah yang akan menjadi saksi bisu percintaan panas mereka.
Senyum lebar tak lepas dari bibir seksi Elvira, sembari berkacak pinggang. Menatap bunga mawar yang bertaburan di kasur berwarna putih.
Ini benar-benar sangat romantis.
Tak lama kemudian Elvira mengambil lilin aromaterapi di dalam keranjang, lalu menyalakan lilin dan menempatkannya di sudut ruangan.
"Sempurna."
Setelah menyelesaikan semuanya, Elvira menjatuhkan bokongnya di sofa. bola matanya melirik ke arah ponsel di tangannya.
Hingga dua jam, suaminya belum menampakan batang hidungnya. Elvira gelisah. Apa suaminya lupa? Tidak mungkin dia lupa. Dia yang selama ini memberikan kejutan di tahun sebelumnya. Jadi, tak mungkin suaminya lupa.
Elvira menatap nanar pada jam di ponselnya kembali, karna sampai saat ini suaminya tak juga datang. Padahal ia sudah lama menunggunya sejak tadi.
*
Sementara di lain tempat, Mark masih di ruang pribadinya.
Ekor matanya melirik sang sekertaris yang duduk tak. jauh darinya. Saat ini mereka berdua masih menyelesaikan berkas yang akan dipresentasikan besok. Hingga tak lupa jika malam ini adalah malam spesial bagi Elvira.
"Pulanglah lebih dulu, Rosa. Aku akan menyusul nanti."
Mark meminta sang sekretaris pulang terlebih dahulu. Hari sudah larut, tak baik untuk perempuan pulang terlalu malam.
Rosalinda hanya mengangguk sembari melirik ke arah atasannya. Padahal ia masih ingin lebih lama lagi menemani Mark, tapi apalah dayanya jika Mark memintanya kembali pulang.
Rosa terlalu iri dengan Elvira yang notabene adalah sahabatnya. Selain kaya, dan cantik, dia juga bernasib mujur, menikah dengan Mark. Pria yang sejak dulu mencuri hatinya.
Ya, Rosa sudah lama menyimpan perasaan pada Mark. Tapi sayang, Mark memilih Elvira. Kecewa tentu saja. Rosa pikir Mark sama dengannya, sama-sama memiliki perasaan, ternyata tidak.
Tak lama kemudian Rosa menjatuhkan gelas kopi kosong miliknya.
Seketika Mark menatap Rosa yang membuyarkan fokusnya. Ia berjalan mendekati Rosa, dan berniat membantu mengambil pecahan gelas.
"Shit!"
Bukan membantu, tapi Mark justru terkena pecahan gelas.
Sedangkan Rosa yang melihat darah menetes dari tangan Mark langsung menarik dan memasukkan jari yang terluka pada mulutnya.
Terang saja Mark kaget dengan ulah Rosa. Tubuhnya menegang saat jari besar miliknya dihisap oleh bibir merah Rosa.
Mata Mark terpejam merasakan sensasi liar dalam dirinya. Tak lama kemudian ia membuka mata, menatap wajah Rosa yang merona.
Sementara Rosa berpikir, mungkin Mark akan marah padanya. Padahal Mark justru terpancing oleh kecantikan Rosa.
Tak lama kemudian, Mark mengangkat dagu Rosa, lalu menyatukan bibir mereka.
Rosa terkejut mematung seketika, ia tak mengerti dengan semua ini. Bagaimana bisa Mark tiba-tiba menciumnya?
Rosa pun takut jika ini hanyalah mimpinya. ia hanya diam hingga melepaskan bibirnya.
"Maaf, aku terbawa suasana."
Mark berbalik. Rosa yang melihat Mark menjauh, langsung mengejarnya dan memeluk Mark dari belakang.
"Aku mencintaimu."
Mark menegang, lalu berbalik dan menatap tak percaya pada Rosa. Ya, selama ini memang ia tau Rosa mencintainya diam-diam. Tapi Mark tak menyangka, Rosa akan mengatakannya.
Rosa menatap mata Mark, pria yang selama ini mencuri hatinya. Entah kenapa ia tak bisa melupakan Mark dan berpindah ke lain hati.
"Maaf."
Rosa menunduk ia berjalan mengambil tas mahalnya. Tapi langkahnya terhenti, saat Mark menarik tangannya menghentikan langkah Rosa.
"Temani aku!"
Entah apa maksud Mark mengatakan itu. Tapi kemudian ia menyatukan bibir mereka berdua. Efek hujan gerimis di luar mengundang hawa panas dua insan berbeda jenis. Tak disia-siakan oleh Rosa, ia pun membalasnya tak kalah panas.
Dert... Dert....
Ponsel di saku celana Mark bergetar, Mark merogohnya. Tapi Rosa mengambil ponsel Mark dan menyimpannya di atas meja.
Tanpa sengaja Rosa menekan tombol hijau di layar. Namun, bunyi gemericik air hujan di luar menyamarkan suara di sebrang telpon yang memanggilnya.
Elvira menatap kosong ponsel yang bersuara aneh. Tak salah lagi, ia bukan anak kemarin sore yang tak tau suara yang didengarnya, dan suara itu milik suaminya.
Meski suara gemercik air hujan terdengar. Elvira mengenali suara itu.
Tak lama kemudian Elvira meremas ponsel di tangannya dan melemparkannya ke tembok.
Prak....
Nafasnya memburu menahan marah yang mencokol di hatinya. Ia sudah menyiapkan kejutan istimewa untuk Anniversary mereka, dan suaminya justru bermain api di belakangnya.
Novel ke empat yuk mampir ke karya otor yang lainnya ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Nur Laila
ikut mampir
2024-06-05
0
Bunda
ikutan mampir😊
2023-02-13
0
lovely
pling malas sebenarnya baca novel tentang selingkuh 🥴
2022-12-25
0