Bab 9 : Kalau Kamu Tidak Mau ... Maka Aku Yang Akan ....

Embun hampir tak percaya melihat keberadaan suaminya di rumah. Aby berdiri tepat di hadapan Dewa dengan raut wajah tak ramah. Sorot matanya yang tajam seolah mampu membelah apapun di hadapannya.

"Kamu ngapain di sini?" Pertanyaan itu menjadi sapaan pertama Aby kepada Dewa yang masih duduk santai. Bahkan Dewa terkesan tak memerdulikan keberadaan Aby di sana. 

"Memang kenapa kalau aku ada di sini? Masalah buat kamu?" 

Tangan Aby terkepal di balik punggung. Ucapan Dewa seolah sedang menantang. Ingin rasanya Aby menghantamkan kepalan tinjunya ke wajah laki-laki itu. 

"Aku sama Embun tetanggaan sejak kecil. Rumahku di sebelah," lanjut Dewa, menunjuk ke arah kanan dengan ekor matanya.

Pandangan Aby pun mengikuti ke arah yang ditunjuk Dewa. Dua rumah dari sana, ia dapat melihat mobil milik laki-laki itu terparkir di halaman. Aby tak pernah menyangka sebelumnya bahwa Embun dan Dewa bertetangga. Bahkan jarak rumah mereka terbilang sangat dekat.

"Sekarang tahu kan, kenapa aku di sini?" tambah Dewa lagi.

Menyadari ketegangan antara suaminya dengan Dewa, Embun pun mencoba mencari celah. Jangan sampai terjadi keributan di rumah dan mengejutkan mama yang sedang beristirahat. 

"Kak Dewa, makasih untuk bantuannya hari ini," ucap Embun dengan senyum semanis madu. 

Dewa membalas tersenyum. Meskipun tak secara langsung, namun ia paham apa maksud Embun. Pria itu pun segera berdiri meninggalkan tempat duduknya.

"Sama-sama, Embun. Nanti aku kasih info kalau permohonan kamu disetujui." 

"Sekali lagi makasih, Kak." 

"Jangan sungkan. Aku senang kalau bisa bantu kamu."

Dewa lagi-lagi memulas senyum ke arah Embun sebelum akhirnya melangkah pergi. Interaksi kecil itu saja sudah mampu membuat Aby merasa udara sekitar berubah. Gerah yang ia rasakan.

"Kamu kenapa nggak bilang kalau Dewa itu tetangga kamu?" Aby menatap Embun yang berdiri kurang dari dua meter darinya. 

"Memangnya Mas Aby pernah tanya?" ujarnya. "Aku tadi cuma minta bantuan Kak Dewa cari perusahaan untuk tempat magang." 

"Oh ...." Aby tak memperpanjang. Ia merasa telah kehilangan hak untuk keberatan atas siapapun yang bertemu dengan istrinya. Terlebih, setelah semua perbuatan buruknya dua hari ini kepada Embun.

"Mas Aby ngapain ke sini?" tanya Embun kemudian.

Hati Aby langsung mencelos mendengar pertanyaan ketus yang meluncur tanpa filter. Istrinya itu bahkan belum mempersilahkannya untuk masuk ke rumah. 

"Memang salah kalau aku ke sini?" 

"Nggak, cuma aneh aja."

"Nak Aby ... sudah lama di sini?" Sapaan penuh semangat yang berasal dari dalam rumah membuat Aby dan Embun menoleh bersamaan. Mama Rima tampak berdiri di ambang pintu dengan senyuman ramah.

Aby langsung menyalami sang mertua dengan mencium punggung tangannya.

"Baru saja, Mah." 

"Kenapa ngobrol di luar?" Mama Rima melirik putrinya yang masih santai di tempatnya berdiri. "Embun, kenapa nggak ajak suami kamu masuk?"

"Nggak apa-apa, Mah." Aby menyela, membuat Mama Rima menepuk pundak sang menantu.

"Ayo masuk, Aby. Ngobrolnya di dalam aja. Di luar banyak nyamuk."

"Iya, Mah. Makasih." 

Kala sang mertua menyambut kedatangannya dengan ramah, Embun malah sebaliknya. Wanita itu malah memilih masuk ke kamar, meninggalkan Aby yang masih duduk di ruang keluarga.

"Kamu baru pulang kantor?"

Mama datang dari arah dapur dengan membawa nampan berisi teh manis, yang kemudian ia geser ke hadapan sang mantu.

"Iya, Mah. Sekalian mau jemput Embun." 

"Oh ... kalau begitu diminum dulu tehnya," ujar wanita itu. "Oh ya, Aby. Terima kasih kamu mau menerima Embun sebagai istri. Maafkan kalau Embun punya salah. Dia masih sedih dengan kepergian papanya."

Aby mengangguk pelan. Hatinya sedikit menghangat. Meskipun pernikahannya dengan Embun sangat mendadak demi menutupi kesalahan kakaknya, namun Mama Rima memperlakukan Aby dengan sangat baik.

Cukup lama dihabiskan Aby untuk mengobrol dengan mertuanya. Sesekali ia melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan. Waktu sudah menunjuk ke angka delapan, namun Embun belum juga keluar.

"Mah, kamar Embun yang mana?"

"Itu di dalam. Dua kamar dari tirai itu kamarnya Embun."

Aby melirik ke dalam sana. Dari tempatnya duduk, ia dapat melihat pintu kamar dengan tirai berwarna ungu.

"Aku ke dalam dulu ya, Mah. Sudah jam delapan soalnya."

"Silahkan, Aby."

Aby tersenyum tipis sebelum berjalan menuju kamar Embun. Pria itu tampak ragu untuk masuk. Setelah mematung di ambang pintu selama beberapa saat, ia akhirnya memberanikan diri memutar gagang pintu. Namun, apa yang tampak di dalam membuatnya terpaku.

Betapa tidak, Embun berdiri dengan posisi membelakangi dengan hanya menggunakan handuk sebatas paha. Memamerkan bentuk tubuh sempurnanya yang terbalut kulit putih bersih. Untuk beberapa saat, Aby kehilangan kewarasan memandangi keindahan sempurna yang tersaji di depan mata.

Embun yang baru menyadari keberadaan Aby di kamarnya segera menoleh. Ia pun sama terkejutnya.

"Maaf, aku nggak bermaksud ngintip," ucap Aby cepat, lalu segera membalikkan tubuh.

Sementara Embun tak banyak bicara. Ia memilih mengambil pakaian lalu masuk ke kamar mandi.

.

.

"Kenapa nggak titip pesan sama Bunda kalau mau ke sini?" tanya Aby, sesaat setelah Embun keluar dari kamar mandi.

"Memang kamu peduli aku mau ke mana dan sama siapa?" balas Embun, yang kini memilih duduk di meja rias.

Aby melirik Embun. Sorot matanya mengikuti gerakan tangan wanita itu menyisiri rambut panjangnya yang hitam dan lurus.

"Setidaknya titip pesan biar aku nggak khawatir."

Embun terkekeh. "Khawatir? Aku pikir suamiku ini akan menghabiskan waktu bersama pacarnya di kafe dekat kampus." 

Kelopak mata Aby mendadak melebar. Irama jantungnya menjadi lebih cepat seperti baru saja melakukan aktivitas berat. Bagaimana Embun tahu ia dan Vania baru saja makan bersama?

"Emh ... kamu tahu dari mana?" Ragu-ragu Aby bertanya. Jangan lupakan wajahnya yang terlihat penuh rasa bersalah.

"Seharusnya kamu nggak usah tanya aku tahu dari mana. Pacar kamu sudah lapor duluan dan kirim foto ke aku. Padahal aku sama sekali nggak tanya."  

Untuk kesekian kali, Aby kehilangan kata-kata. Embun selalu terlihat tenang dan santai. Namun, mampu membungkamnya dengan telak. Ia pun tak pernah menyangka bahwa Vania akan memberitahu Embun tentang kebersamaan mereka sore tadi.

"Maaf, Mbun," ujarnya merasa bersalah. "Kita lanjut ngobrol di rumah, ya. Nggak enak di sini, nanti mama dengar," ajak Aby, bermaksud mengajak pulang, sekaligus membicarakan segalanya di rumah dengan lebih tenang.

"Aku nggak mau." 

"Tapi aku nggak bisa nginap. Nggak bawa baju ganti buat ke kantor besok. Kalau pulang sendiri, ayah pasti tanya kamu ke mana." 

Aby menatap istrinya melalui pantulan cermin. Sepertinya, ia belum menangkap dengan baik maksud sang istri.

"Aku mau tinggal di sini aja. Aku nggak mau pulang ke rumah kamu lagi." 

Aby merasakan tubuhnya meremang saat itu juga. "Maksud kamu?"

Embun meletakkan sisir ke meja. Lalu, memutar tubuhnya sehingga posisinya kini berhadapan dengan Aby.

"Apa bedanya sekarang dengan enam bulan? Soal perjanjian ayah sama papaku, anggap saja sudah lunas, aku akan ikhlas. Jadi nggak usah tunggu enam bulan." Embun menatap Aby lekat. "Aku minta cerai." 

Seketika sesak menjalar di dada Aby mendengar permintaan Embun. Jika saja tak mendengar sendiri, ia pasti tidak akan percaya jika kalimat frontal itu terucap dari mulut Embun. Dalam hati Aby pun bertanya, seburuk itukah ia di mata Embun hingga begitu cepat menginginkan perceraian?

 "Embun kamu—" Belum sempat Aby menyelesaikan kalimatnya, Embun sudah menyela dengan cepat. 

"Kalau kamu nggak mau menceraikan aku ... maka aku yang akan melayangkan gugatan ke pengadilan agama." 

...***...

Terpopuler

Comments

Putry Ismayanti

Putry Ismayanti

Rasakan

2024-04-02

0

Hera Imoet

Hera Imoet

sukurin... emang enak dijadiin pemain cadangan.... hehehehe 😁😘

2024-03-09

1

Jong Nyuk Tjen

Jong Nyuk Tjen

Ya gmna ga mw minta cerai kl suami sendiri ud pny pacar n niat mw menceraikanny setelah 6 bulan nikah .Good job embun , sebelum d cerai am aby , kamu yg cerai in aby dulu ya

2024-02-13

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : EMBUN DAN ABIMAYU
2 Bab 2 : Kamu Akan Luluh Dengan Dia
3 Bab 3 : Salah Atau Benar?
4 Bab 4 : ADA MASALAH APA?
5 BAB 5 : Hanya Ingin Memastikan
6 Bab 6 : Tidak Perlu Malu
7 Bab 7 : Kamu Serakah Juga, Ya?
8 Bab 8 : Kamu Sepeduli Itu Dengan Dia?
9 Bab 9 : Kalau Kamu Tidak Mau ... Maka Aku Yang Akan ....
10 Bab 10 : AYAH SAKIT?
11 Bab 11 : Posesif dan Kekanakan
12 Bab 12 : Tidak Bisa Tidur
13 Bab 13 : Apa-Apaan Ini?
14 Bab 14 : AKU TIDAK BERMAKSUD
15 Bab 15 : Camping Di Luar Kota?
16 Bab 16 : Apa Kamu Pernah Peduli?
17 Bab 17 : Akhiri Saja
18 Bab 18 : MENYUSUL?
19 Bab 19 : HILANG
20 Bab 20 : EMBUN DI MANA?
21 Bab 21 : Tidak Perlu Khawatir
22 Bab 22 : Kamu Lihat Orangnya?
23 Bab 23 : Siapa Pelakunya?
24 Bab 24 : Dia Kembali?
25 My Hot And Sexy Wife
26 Bab 26 : Pembatalan Pernikahan?
27 Bab 27 : Aku Mau Pulang
28 Bab 28 : PERGI ....
29 Visual Tokoh Utama
30 Bab 30 : Kesempatan Terakhir
31 Bab 31 : Bukankah Sudah Jelas?
32 Bab 32 : HANCUR
33 Bab 33 : Memperbaiki Segalanya
34 Bab 34 : Talak Di Malam Pertama
35 Bab 35 : Menagih Janji
36 Bab 36 : Upaya Untuk Rujuk?
37 Bab 37 : Mengakhiri Dengan baik-baik
38 Bab 38 : Meluruskan Kesalahpahaman
39 Bab 39 : Masih Berusaha
40 Bab 40 : Bersamamu
41 Bab 41 : Menikah Ulang?
42 Bab 42 : Terpental Jauh
43 Bab 42 : DEAR EMBUN ....
44 Bab 44 : Dear Mas Aby
45 Bab 45 : MEMBUTUHKAN KAMU
46 Bab 46 : FAKTA MENGEJUTKAN
47 DIBUANG SUAMI DAN DINIKAHI BOSS
48 Bab 48 : KETERLIBATAN VANIA?
49 Bab 49 : Kiriman Foto
50 Bab 50 : Tunggu Aku
51 Bab 51 : Ijab Ulang?
52 Suamiku Om-Om Galak
53 Bab 53 : Bertemu Orang Tua Vania
54 Bab 54 : Rencana Pindah Ke Rumah Baru
55 Bab 55 : Apa Sudah Boleh?
56 Bab 56 : Kehujanan
57 Bab 57 : Misi Berhasil
58 Bab 58 : Sudah Baikan?
59 Bab 59 : TERNYATA KAMU?
60 Bab 60 : PELAKU SEBENARNYA
61 Bab 61 : Tidak Akan Membuatnya Lagi
62 Bab 62 : Aktor Paling Berjasa Di Muka Bumi
63 Bab 63 : Dua Kali Menang
64 Bab 64 : Ancaman Lagi?
65 Bab 65 : Kamu Sendiri Yang Harus
66 Bab 66 : Kamu Tidak Pernah Sendirian
67 Bab 67 : Memperbaiki Semuanya
68 Bab 68 : Sedang Apa Kamu Di Sini?
69 Bab 69 : Kasihan Embun ....
70 Bab 70 : Sisi Lain Vania
71 Bab 71 : Tetangga Baru
72 Bab 72 : Sebatas Kagum
73 Bab 73 : Makan Siang
74 Bab 74 : HARUS KELUAR KOTA?
75 Bab 75 : Kinder Boy
76 Bab 76 : Jauhi Dia!
77 Silahkan Mampir
78 Bab 78 : Mudah Berubah
79 Bab 79 : Surabaya Atau Bogor?
80 Bab 80 : Memohon Keringanan
81 Bab 81 : Masalah Baru
82 Bab 82 : Keinginan Berlebihan?
83 Bab 83 : Menyembunyikan Air Mata
84 Bab 84 : Mulai Tidak Mengerti Dengan Kamu!
85 Bab 85 : Ada apa ini?
86 Boss Mafia's H0t Girl by Anak Kost
87 Bab 87 : Keadaan Sebenarnya
88 Bab 88 : Saling Terbuka
89 Bab 89 : Kedatangan Wanita Asing
90 Bab 90 : Salah Sasaran!
91 Bab 91 : Atur Damai?
92 Bab 92 : Dipecat?
93 Bab 93 : Kedatangan Ibu Mertua
94 Bab 94 : Hasil Tidak Mengkhianati Usaha!
95 Bab 95 : Kebetulan Menyebalkan!
96 Bab 96 : Maaf, merepotkan kamu.
97 Menjadi Posesif
98 Apakah Sudah Ada Isi?
99 Oma Tidak Suka
100 Belum Ada Tanda
101 Pingsan!
102 Khawatir Semakin Parah
103 Generasi Tuan Krabs!
104 Membawa Pulang Embun
105 Kabar Bahagia Untuk Semua
106 Kamu Sudah Cantik Sejak Masih Berbentuk Zigot!
107 Tidak Suka Cara Oma
108 Menjaga Oma Di Rumah Sakit
109 Catatan Kelam Gadis Malang
110 Tidak Banyak Menantu Seperti Kamu!
111 Yang Tulus, Tapi Mau Enaknya Juga
112 Ulang Tahun Perusahaan
113 Bertemu Sang Pemilik Perusahaan
114 Jurang Pemisah
115 Apa Kamu Pernah Menyesal?
116 FINAL EPISODE
117 Ingat Aku, Suamiku!
Episodes

Updated 117 Episodes

1
Bab 1 : EMBUN DAN ABIMAYU
2
Bab 2 : Kamu Akan Luluh Dengan Dia
3
Bab 3 : Salah Atau Benar?
4
Bab 4 : ADA MASALAH APA?
5
BAB 5 : Hanya Ingin Memastikan
6
Bab 6 : Tidak Perlu Malu
7
Bab 7 : Kamu Serakah Juga, Ya?
8
Bab 8 : Kamu Sepeduli Itu Dengan Dia?
9
Bab 9 : Kalau Kamu Tidak Mau ... Maka Aku Yang Akan ....
10
Bab 10 : AYAH SAKIT?
11
Bab 11 : Posesif dan Kekanakan
12
Bab 12 : Tidak Bisa Tidur
13
Bab 13 : Apa-Apaan Ini?
14
Bab 14 : AKU TIDAK BERMAKSUD
15
Bab 15 : Camping Di Luar Kota?
16
Bab 16 : Apa Kamu Pernah Peduli?
17
Bab 17 : Akhiri Saja
18
Bab 18 : MENYUSUL?
19
Bab 19 : HILANG
20
Bab 20 : EMBUN DI MANA?
21
Bab 21 : Tidak Perlu Khawatir
22
Bab 22 : Kamu Lihat Orangnya?
23
Bab 23 : Siapa Pelakunya?
24
Bab 24 : Dia Kembali?
25
My Hot And Sexy Wife
26
Bab 26 : Pembatalan Pernikahan?
27
Bab 27 : Aku Mau Pulang
28
Bab 28 : PERGI ....
29
Visual Tokoh Utama
30
Bab 30 : Kesempatan Terakhir
31
Bab 31 : Bukankah Sudah Jelas?
32
Bab 32 : HANCUR
33
Bab 33 : Memperbaiki Segalanya
34
Bab 34 : Talak Di Malam Pertama
35
Bab 35 : Menagih Janji
36
Bab 36 : Upaya Untuk Rujuk?
37
Bab 37 : Mengakhiri Dengan baik-baik
38
Bab 38 : Meluruskan Kesalahpahaman
39
Bab 39 : Masih Berusaha
40
Bab 40 : Bersamamu
41
Bab 41 : Menikah Ulang?
42
Bab 42 : Terpental Jauh
43
Bab 42 : DEAR EMBUN ....
44
Bab 44 : Dear Mas Aby
45
Bab 45 : MEMBUTUHKAN KAMU
46
Bab 46 : FAKTA MENGEJUTKAN
47
DIBUANG SUAMI DAN DINIKAHI BOSS
48
Bab 48 : KETERLIBATAN VANIA?
49
Bab 49 : Kiriman Foto
50
Bab 50 : Tunggu Aku
51
Bab 51 : Ijab Ulang?
52
Suamiku Om-Om Galak
53
Bab 53 : Bertemu Orang Tua Vania
54
Bab 54 : Rencana Pindah Ke Rumah Baru
55
Bab 55 : Apa Sudah Boleh?
56
Bab 56 : Kehujanan
57
Bab 57 : Misi Berhasil
58
Bab 58 : Sudah Baikan?
59
Bab 59 : TERNYATA KAMU?
60
Bab 60 : PELAKU SEBENARNYA
61
Bab 61 : Tidak Akan Membuatnya Lagi
62
Bab 62 : Aktor Paling Berjasa Di Muka Bumi
63
Bab 63 : Dua Kali Menang
64
Bab 64 : Ancaman Lagi?
65
Bab 65 : Kamu Sendiri Yang Harus
66
Bab 66 : Kamu Tidak Pernah Sendirian
67
Bab 67 : Memperbaiki Semuanya
68
Bab 68 : Sedang Apa Kamu Di Sini?
69
Bab 69 : Kasihan Embun ....
70
Bab 70 : Sisi Lain Vania
71
Bab 71 : Tetangga Baru
72
Bab 72 : Sebatas Kagum
73
Bab 73 : Makan Siang
74
Bab 74 : HARUS KELUAR KOTA?
75
Bab 75 : Kinder Boy
76
Bab 76 : Jauhi Dia!
77
Silahkan Mampir
78
Bab 78 : Mudah Berubah
79
Bab 79 : Surabaya Atau Bogor?
80
Bab 80 : Memohon Keringanan
81
Bab 81 : Masalah Baru
82
Bab 82 : Keinginan Berlebihan?
83
Bab 83 : Menyembunyikan Air Mata
84
Bab 84 : Mulai Tidak Mengerti Dengan Kamu!
85
Bab 85 : Ada apa ini?
86
Boss Mafia's H0t Girl by Anak Kost
87
Bab 87 : Keadaan Sebenarnya
88
Bab 88 : Saling Terbuka
89
Bab 89 : Kedatangan Wanita Asing
90
Bab 90 : Salah Sasaran!
91
Bab 91 : Atur Damai?
92
Bab 92 : Dipecat?
93
Bab 93 : Kedatangan Ibu Mertua
94
Bab 94 : Hasil Tidak Mengkhianati Usaha!
95
Bab 95 : Kebetulan Menyebalkan!
96
Bab 96 : Maaf, merepotkan kamu.
97
Menjadi Posesif
98
Apakah Sudah Ada Isi?
99
Oma Tidak Suka
100
Belum Ada Tanda
101
Pingsan!
102
Khawatir Semakin Parah
103
Generasi Tuan Krabs!
104
Membawa Pulang Embun
105
Kabar Bahagia Untuk Semua
106
Kamu Sudah Cantik Sejak Masih Berbentuk Zigot!
107
Tidak Suka Cara Oma
108
Menjaga Oma Di Rumah Sakit
109
Catatan Kelam Gadis Malang
110
Tidak Banyak Menantu Seperti Kamu!
111
Yang Tulus, Tapi Mau Enaknya Juga
112
Ulang Tahun Perusahaan
113
Bertemu Sang Pemilik Perusahaan
114
Jurang Pemisah
115
Apa Kamu Pernah Menyesal?
116
FINAL EPISODE
117
Ingat Aku, Suamiku!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!