Opposites

Beberapa hari telah berlalu dan aku mulai merasa bosan terjebak di mansion. Ace selalu keluar bekerja juga, jadi aku tidak bisa mengganggunya.

Aku meraih telepon rumah dan menekan nomor Ace, mencoba untuk menghubungi nya. Butuh beberapa kali percobaan tetapi akhirnya tersambung dengan nada yang tidak menyenangkan.

"Halo." Suaranya yang dalam dan serak berkata melalui telepon.

"Heyyy." Aku menggigit bibir bawahku gugup.

"Sofia, ada apa?" Tanya Ace. Aku bisa mendengar beberapa suara di latar belakang.

"Aku bosan, bolehkah aku keluar mencari udara segar?" Tanyaku cepat, berdoa agar dia mengizinkanku keluar rumah selama sehari ini.

Aku mendengar ******* frustrasinya melalui telepon. "Bawa beberapa bodyguard bersamamu." Katanya mengalah, tak punya tenaga untuk berdebat denganku.

"Terima kasih," teriakku senang, bersorak-sorai melupakan bahwa telpon ini masih terhubung dengan Ace.

"Oh-Uh bye." Ucapku canggung di telepon.

"Sofia hati-hati!" Ucap Ace melalui telepon.

"Aku akan menjadi orang yang paling berhati-hati yang pernah kau temui, ok bye." Ucapku cepat, menutup telepon sebelum dia sempat berubah pikiran.

Aku menghubungi Terry, pengawal pribadi Ace dan mengatakan kepadanya bahwa dia harus ikut bersama denganku.

Terry benar-benar mempunyai tubuh yang kekar dan berotot, hampir sama dengan Ace, tapi bedanya Terry tidak mengintimidasi seperti Ace.

***

Aku berkeliling di pusat perbelanjaan, membeli beberapa pakaian yang aku butuhkan. Aku ada di salah satu toko melihat-lihat, barangkali ada sesuatu yang aku suka. Terry berada di luar toko, menunggu ku selesai berbelanja.

Aku melihat-lihat melalui rak-rak pakaian, dan melihat seorang gadis di sebelahku, yang seperti juga sedang melihat-lihat melalui rak pakaian.

"Hai." Dia menyapa ku dengan tersenyum.

"Hai." Jawabku terlihat serius.

"Tidak dapat menemukan apa yang kamu cari juga?" Wanita itu bertanya padaku, mendesah putus asa.

"Tidak, mereka memiliki desain yang sangat aneh." Aku mengernyitkan hidung dengan nada berbisik. Wanita itu tersenyum mendengar kata-kataku.

"Aku pikir ini akan terlihat sangat lucu untukmu." Dia mengeluarkan t-shirt yang sangat bagus.

"Ya Tuhan, itu benar-benar lucu." Aku tersentak saat menatap potongan pakaian di tangannya.

"Apakah ada sesuatu khusus, yang sedang kamu cari?" Aku bertanya padanya dengan rasa ingin tahu.

"Ya, aku sedang mencari gaun untuk pernikahan saudara laki-lakiku, tetapi tidak ada yang terlalu mewah disini." Dia mengguncangnya dengan kecewa pada pakaian itu.

"Oh, aku benar-benar mengerti." Aku membelalakkan mataku sebagai jawaban.

"Kamu punya saudara?" Tiba-tiba dia bertanya padaku.

"Ya. Aku punya 5 saudara." Aku memutar bola mataku sambil tersenyum.

"Apakah mereka semua lucu?" Dia bertanya dengan penuh semangat, membuatku terkikik pelan.

"Tidak di mataku." Jawabku, membayangkan saudara-saudara ku.

"Kamu terlihat baik, apakah kamu ingin membeli makanan sebelum aku stres dengan apa yang harus aku pakai nanti?" Dia bertanya.

"Ya, aku memang berencana untuk membeli makanan." Aku mengangguk setuju.

"Keren." Dia berseri-seri saat aku membayar kemeja itu.

"Ngomong-ngomong siapa namamu?" Aku sadar kalau aku lupa bertanya namanya.

"Aku Cara." Dia tersenyum sopan menjabat tanganku.

"Aku Sofia." Kataku dengan percaya diri, menjabat tangannya.

"Sofia? Aku suka nama itu," kicaunya saat kami berjalan keluar.

***

Aku dan Cara akhirnya pergi dan aku membawanya mampir ke mansion Ace.

"Ohhh ini tempat tinggalmu." Dia terkesiap, menatap rumah mewah itu.

"Yahhh.." aku tertawa canggung.

"Nama dan kartu pengenal?" Penjaga keamanan yang berjaga di pintu masuk bertanya kepada Cara yang menatapku tidak yakin.

"Oh jangan khawatir, itu hanya alasan keamanan." Aku memutar mataku, mencoba meyakinkannya. Jelas aku tidak bisa memberitahunya alasan sebenarnya mengapa Ace memiliki penjaga.

***

Aku dan Cara duduk di sofa saat kami menonton film dan saling bercerita tentang saudara laki-laki kami.

"Saudara-saudaraku selalu bersendawa di wajahku." Aku terkikik pada Cara yang menunjukkan ekspresi jijik.

"Uhhh, itu menjijikkan." Dia tertawa.

"Lalu hal apa yang kamu lakukan saat saudara kamu melakukan itu?" Dia bertanya dengan jijik.

"Tidak banyak yang bisa kulakukan." Jawabku dengan nada sedih sambil melihat ke arah TV.

"Aku harus mengenalkanmu pada teman-temanku yang lain, mereka pasti akan menyukaimu." Cara meraih ponselnya.

Aku mendengar pintu terbuka dengan tiba-tiba.

"Sofia?" Aku mendengar suara Ace memanggilku.

"Aku di sini." Jawabku pada Ace, agak gugup.

Langkah kaki Ace mendekati pintu ruang tamu dan segera setelah itu, dia masuk. Aku melihat rahang Cara sedikit turun saat dia menatap Ace.

"Hol* ****." Dia terkesiap.

Ace tidak menunjukkan ekspresi apapun wajahnya. "Apakah kamu baik-baik saja?" Aku bertanya padanya dengan khawatir.

"Aku baik-baik saja," geramnya marah sambil memelototi Cara.

"Ekhm, ini Cara." Aku memperkenalkannya. Ace mengalihkan perhatiannya darinya padaku.

"Apakah kamu menemukan pakaian yang kamu suka?" Ace bertanya padaku dengan rasa ingin tahu. Tidak mempedulikan saat aku mengenalkan Cara.

"Ya, aku menemukan beberapa sehingga mereka harus bertahan beberapa saat sebelum aku membutuhkan yang baru." Aku mengangguk senang.

"Bagus." Ace berjalan keluar.

"Astaga! Kakakmu sangat seksi." Cara mengipasi dirinya dengan tangannya.

"Oh dia bukan-"

"Aku tunangannya." Ujar Ace menyelaku berbicara, saat dia berjalan kembali kesini.

"Dia tunanganku." Aku menyeringai canggung saat Ace berdiri di sampingku.

"Benarkah kamu mengakuinya? Oh jadi kamu mendengarku berkata-- jangan khawatir, ini bukan pertama kalinya kamu tidak mengakui ku dan tentu saja bukan yang terakhir." Ace memotong kalimatnya sambil meretakkan salah satu buku jarinya. Dia tampak gelisah tetapi aku tidak tahu mengapa, mungkin hanya tidak menyukai Cara.

"Bagaimana dia mengakui itu secara terbuka di depannya?" Aku berucap dalam hati.

"Bagaimana kalian bertemu?" Cara bertanya-tanya sambil memegang cangkir kopi di tangannya.

"Melalui seorang teman." Kami berdua dengan cepat berkata, tepat pada saat yang bersamaan.

"Wow, itu jawaban yang pasti." Cara terkekeh.

Aku menatap Ace yang ternyata sedang menatapku juga, terkejut karena Ace seperti membaca pikiranku.

"Aku akan ke ruang kerja ku." Ace memberitaku sebelum berjalan keluar. Mengecup singkat puncak kepalaku.

"Ok." Aku praktis berbisik sebagai tanggapan.

"Wow dia sangat seksi." Pekik Cara.

"Jangan begitu, itu akan meningkatkan kepercayaan dirinya, dan itu sudah cukup besar." Aku menyeringai kecil.

"Kalian sepertinya akur sekali," Cara memiliki ekspresi bingung di wajahnya.

"Yah, aku rasa, ya. Mengapa?" Aku bertanya penasaran untuk meminta tanggapan nya.

"Kalian tampak seperti kutub yang berlawanan, dia jarang berbicara dan tidak tersenyum sekalipun." Kata Cara sambil merenungkan untuk beberapa saat yang lalu.

"Ya tapi memang seperti itulah dia, akan aneh jika Ace begitu terbuka dengan semua orang." Pikirku dalam hati.

"Sudah berapa lama kalian bertunangan?" Dia menanyaiku.

"Sebulan, mungkin." Jawabku menyesap minumanku sambil menatap TV.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!