Glimmer

Sofia's POV

Aku terbangun dari tidur ku, merasa aneh kenapa aku ada disini? Aku duduk dan melihat sekeliling ruangan, karena hal terakhir yang aku ingat adalah aku tertidur di dalam mobil.

"Mengapa kamar ini berbeda? Ini bukan kamarku." Batinku.

Kamar ini di dominasi oleh warna hitam, dengan beberapa pakaian yang tergeletak disana.

"Ini kamar Ace.". Ucap batinku lagi.

Aku masih memakai pakaianku pas aku menemui keluarga ku. Aku beranjak dari tempat tidur dan masuk ke kamar mandi.

"Pukul berapa saat ini?" Ucapku lirih.

Aku melihat jam meja di kamar mandi.

Pukul 3 pagi.

"Hebat sofia, kau tidur dengan sangat lama."

Aku membuka pintu untuk pergi dari kamar Ace, baru saja satu langkah dari kamar Ace aku disambut oleh wanita pirang yang waktu yang kulihat pada malam itu.

Dia hanya berjarak beberapa inci dariku.

"Siapa kamu?" Tanya dia kesal padaku, menatapku dengan jijik.

Aku hanya menatapnya dengan malas.

"Aku bisa memberitahumu bahwa aku bukan ****** nya Ace." Aku mengangkat bahu.

"Kenapa kau ada di kamar Ace?" Dia mendesis padaku.

Aku memberinya tatapan jijik sebelum aku berjalan menyusuri lorong, di ikuti oleh nya.

"Sejujurnya aku tidak tahu." Jawabku padanya saat aku berjalan menyusuri lorong untuk kembali ke kamar ku.

"Apakah kalian berhubungan ****?" Dia menggeram keras.

Aku membeku dan berbalik ke arahnya. Aku tertawa terbahak-bahak di depan wajahnya.

"Aku dan dia." Aku terengah-engah, mencoba menenangkan diri.

"Itu tidak akan pernah terjadi." Aku menggelengkan kepalaku sambil menghapus air mata yang keluar saat aku tertawa.

"Kenapa tidak?" Nada suara nya tiba-tiba berubah.

"Karena dia adalah Ace. Keras, Kejam, Tanpa Emosi." Tambahku pelan.

Aku bisa melihat ekspresi terkejut dari wajah nya saat aku mengatakan kalimat itu.

"Ace luar biasa." Dia cemberut padaku.

Aku memutar mataku.

"Kau sangat menyebalkan, tak heran mengapa dia hanya menidurimu" Ungkapku kepadanya .

Tiba-tiba aku merasakan sengatan panas di pipiku.

****! Dia baru saja menamparku.

Tidak tinggal diam, aku membalas memukul nya. Tinjuku bertabrakan dengan rahangnya, kupikir itu sangat keras. Dia tersandung ke belakang saat aku memberi nya pukulan.

"Mungkin aku mematahkan hidungnya."

Darah keluar dari hidungnya saat dia berteriak.

Aku melihat Ace keluar dari kamar tamu dan berdiri dihadapan ku saat ini juga. Ace menatap Fiona yang tergeletak di lantai sambil menangis.

"Dia menamparku." Adi Fiona kepada Ace.

Aku hanya mengangkat bahu dengan malas, Ace menatapku dengan tidak senang, dan dia mengeluarkan ponselnya.

"Terry, tolong bawa Fiona dari sini, dia tergeletak di lantai dengan hidung patah " Ace memutar bola matanya. Dia menutup telepon.

Ace menggelengkan kepalanya ke arahku saat dia berjalan menyusuri lorong, membuka kancing kemejanya di setiap langkah tegap nya.

"Kamu, ikuti aku." Tuntut Ace menunjuk padaku.

"Kenapa kamu tidak bisa melakukan itu pada ayahmu." Ace bertanya padaku.q

Aku langsung tertegunmemikirkannya.

"Tidak." Gumamku pelan sambil mengikutinya.

Ace sampai di depan sebuah pintu di ujung lorong ini.

"Ini kantorku, jika aku tidak di kamarku, aku akan berada di sini." Kata Ace sambil melemparkan kemejanya ke sudut sofa.

Napasku tercekat saat dia berbalik, sekali lagi Ace memperlihatkan otot-ototnya. Tubuh nya sangat bagus, dengan Abs yang menghiasi perut indah nya, belum lagi tato-tato yang menambah kesan sexy di tubuh nya.

"Ada yang ingin kamu bicarakan denga ku?" Suara seraknya bertanya, mengalihkan pikiran ku tentang tubuh nya.

"Ya, ekhemm.. Aku ingin tahu bagaimana aku bisa berada di kamarmu?" Tanyaku sambil duduk di kursinya.

Aku melihat Ace mengerutkan kedua alisnya.

Sexy

"Aku menyuruh satu orangku untuk membawamu ke atas." Ace memutar matanya saat dia berdiri di depanku.

"Oke." Jawabku gugup dengan terus duduk di kursinya.

"Ayo." kata Ace tiba-tiba, dengan nada lembut di suaranya untuk kesekian kalinya.

"Apa?" Aku menyeringai padanya dengan main-main.

"Aku perlu berlatih menari untuk minggu depan." Gumamnya sambil menyalakan musik.

Dia berdiri di tengah ruangan dengan pencahayaan yang sedikit remang-remang, menambah kesan misterius seperti pemilik nya.

"Maukah kamu berdansa dengan ki?" Dia bertanya sambil mengulurkan tangannya.

Aku menatapnya bingung, merenung dalam pikiranku.

"Ya, tentu." Aku mengangguk kecil menyetujui nya. Aku tidak tahu dari mana datangnya kenyamanan yang tiba-tiba datang ini.

Aku berjalan mengitari meja dan menuju Ace. Rambutnya halus seperti sutra, rahangnya tajam, bibirnya indah, belum lagi perutnya yang terdefinisi sempurna. Ace hanya mengenakan celana bahan dengan ikat pinggang yang menahannya, tapi itu tidak berfungsi dengan baik karena aku bisa melihat 'labels Calvin Klein' nya terlihat.

Deg.. Deg.. Deg..

Jantung ku berdegup kencang saat Ace mengambil tanganku. Sentuhannya membuat ku ketagihan. Aku menginginkan sentuhan ini selamanya dan bahkan tidak akan pernah melepaskan nya. Dia mengulurkan tangan kami saat dia meletakkan tangan di pinggangku. Aku melingkarkan tanganku yang bebas di lehernya. Dia memelukku dengan erat, seolah-olah dia tidak pernah ingin melepaskannya.

Kami mulai bergerang mengikuti irama musik.

Aku menatapnya, dan ternyata Ace juga sedang menatapku dengan sangat intents. Dia tampak terlihat ........ bahagia. Ace tidak memiliki senyum untuk menunjukkannya tetapi aku bisa melihat dari matanya. Cara dia menatapku, aku belum pernah melihat tatapan ini sebelumnya.

Aku tidak lagi melihat api yang membara di matanya tetapi secercah kebahagiaan, bahkan mungkin sebuah harapan. Aku tersenyum sambil menatapnya.

"Kamu penari yang bagus." Bisikku sambil membuang muka malu-malu.

"Kau bahkan tidak tahu." Dia memutar tubuhku, membawaku kembali ke pelukannya. Senyum langsung muncul di wajahku. Dia menarikku lebih dekat lagu dengannya, tubuh kami saling menempel. Dia menempelkan dahinya ke dahiku saat kami bergerang mengikuti musik.

Aku tidak bisa membiarkan diriku menyerah pada pesona nya, tapi ada sesuatu yang menyuruhku untuk menyerah. Aku ingin merasakan sentuhannya di kulitku, merasakan bagaimana menyalakan api di dalam diri ku.

Tangan Ace bepindah menangkup sebeleh pipi ku, menarik wajah ku untuk lebih mendekat lagi, hingga tidak ada jarak yang tersisa saat ini. Kami membungkuk perlahan.

"Ace, ayahmu- oh ****." Seorang pria menyela kami.

Aku dan Ace langsung tersadar dan membuat jarak di antara kami. Aku berdiri di sana dengan canggung.

Ace berdeham. "Apa yang diinginkan ayahku, Dante?" Ace bertanya dengan nada frustrasi dalam suaranya.

" Dia meminta untuk bertemu denganmu." Jawab Dante cepat.

"Brengsek!" Geram Ace saat dia berjalan keluar, berusaha untuk tidak menunjukkan bahwa dia sedang kesal.

Aku menatap pria yang aku tahu bernama Dante. "Saya Sofia." Aku memperkenalkan diri.

"Aku Dante." Dia tersenyum.

"Maaf untuk um.....menyela." Dante meminta maaf.

"Oh.. tidak apa-apa." Gumamku sambil berjalan ingin keluar dari ruang kerja Ace.

"Kami baru saja berlatih menari." Aku tersenyum saat sudah sampai daun pintu.

Aku segera kembali menuju kamarku, setelah sampai aku langsung menutup pintu, memastikan untuk menguncinya.

Aku menghela nafas. Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku saat ini?

Lega, kesedihan, atau bahkan senang. Tapi aku tahu sebagian dari diriku merasa kesal.

Terpopuler

Comments

Kaisar Tampan

Kaisar Tampan

kak aku udah mampir ni.
bantu dukung karyaku juga iya
simpanan brondong tampan
terima Kasih

2022-07-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!