Protect

Kami semua duduk mengelilingi meja. Ibuku memperkenalkan dirinya dan kami semua melanjutkan pembicaraan.

"Aku tidak menyangka kamu akan kembali secepat ini." Ayahku berbicara kepadaku dari seberang meja.

Kata-kata nya menarik perhatian Ace dan juga perhatianku.

"Oh ya, aku memutuskan untuk datang berkunjung." Aku mengangkat bahu sambil memperhatikan ibuku.

"Rasanya seperti tidak ada yang berubah." Ayahku menyeringai jahat mengetahui bahwa apa yang dia katakan akan menyakitiku.

Aku melirik ke bawah meja.

"Dia membuat perbedaan besar di kehidupan saya jadi saya terkejut tidak ada perbedaan di sini." Ace mengumumkan sambil menyalakan rokoknya.

Ekspresi ayahku langsung berubah, dari seringai jahat menjadi ekspresi kosong.

"Semua orang menginginkan calon istriku." Ucap Ace sambil menghisap nikotin itu, sangat menikmatinya.

"Tetapi tidak ada yang bisa memilikinya kecuali aku, dia milikku." Sepertinya Ace secara halus mengancam ayahku, meskipun semua yang Ace ucapkan tidak ada yang benar.

"Permisi, aku harus ke kamar mandi." Aku tersenyum sopan sambil berdiri.

Aku berjalan menyusuri lorong menuju kamar mandi. Aku menggelengkan kepalaku sambil menatap cermin.

Aku memeriksa jahitan di bibir ku, memastikan jahitannya tidak ada yang terbuka.

Aku melihat gagang pintu kamar mandi bergerak dengan sangat cepat.

Aku membukanya, karna ku pikir itu Ace, tenyata itu adalah ayahku.

"Apa yang kau katakan padanya?" Ayahku mendorong ku ke dinding dengan tangan nya yang mencekik eherku.

Dia menutup pintu kamar mandi menggunakan kakinya.

Aku terengah-engah saat tangannya mengencang di leherku.

"Ti- tidak ada." Aku mencicit saat aku berjuang untuk berbicara karena cengkeramannya yang semakin erat.

"Dia bersikap seperti itu juga terhadapku." Ucapku terengah - engah, aku mencakar pergelangan tangannya mencoba untuk melepaskan cengkeraman ini.

Satu-satunya cara untuk keluar dari situasi ini adalah dengan berbohong. Jika ayahku mengira Ace merendahkan ku juga, dia tidak akan separanoid itu.

"Ace membenci semua orang." Aku memohon padanya untuk mempercayaiku.

Ace

Tolong...

Siapapun tolong aku

Aku merasa ingin pingsan, nafasku sudah terbata-bata.

Tiba-tiba Ayahku melepaskan cengkeramannya.

"Aku percaya padamu, hanya karena aku tahu betapa kamu sangat tidak disukainya." Gerutu ayahku dan menutup pintu saat dia berjalan keluar.

Aku meluruh kelantai. Napasku terasa berat dan tanganku bergetar tak terkendali.

Aku memejamkan mataku, aku ingin pergi. Aku ingin berada dimana saja, kecuali di rumah ini.

Aku melirik ke cermin dan melihat bentuk tangan ayahku tercetak di leherku.

Tok.. tok.. tok..

"Sofia." Aku mendengar suara Raul dari balik pintu.

Aku membuka pintu saat aku menyapanya dengan senyum palsu.

"Hei." Aku tersenyum kecil, berharap dia tidak menyadari ketidaknyamananku.

"Aku hanya memeriksamu ditambah Ace hanya memelototi semua orang." Raul tersenyum padaku.

"Ya, dia memang sering melakukan itu." Aku mengakui.

***

Aku dan keluargaku berbicara sebentar sebelum aku memutuskan untuk pergi.

Aku mencium bau alkohol sangat menyengat di ruangan ini. Dan sudah pasti itu ulah ayahku.

Kami semua duduk di ruang tamu menonton tv dan satu-satunya orang yang benar-benar berbicara adalah kakak-kakak ku.

Stefano dan Marco belum kembali.

Ace duduk di sofa bersamaku.

"Bisakah kita pergi." Bisikku pada Ace.

Dia tampak sedikit terkejut.

"Kamu sangat bersemangat untuk datang kesini dan sudah ingin pergi?" Tanyanya sedikit khawatir.

"Aku merasa tidak enak badan." Gumamku berbohong.

"Oke kita pergi sekarang." Ace berdiri.

"Huft, syukurlah Ace tidak bertanya macam-macam." Batinku.

"Aku ada urusan penting. Jadi aku dan Sofia akan pergi sekarang." Ace mengumumkan pada keluargaku.

Aku mengucapkan selamat tinggal kepada keluargaku karena aku merasa bersalah karena pergi lagi.

Maksudku itu bukan pilihan ku, tapi aku merasa bersalah karena aku senang berada di rumah Ace.

Ya, dia tidak menunjukkan banyak emosi tapi setidaknya dia tidak menghukum ku untuk hal-hal yang aku lakukan.

Ace bilang dia akan menungguku di mobil saat aku mengucapkan selamat tinggal pada keluargaku.

"Bye bye my princess." Ayahku menyeringai senang dengan nada nakal.

"Kau bau alkohol." Bisikku pelan sambil memeluknya.

Dia membeku ketika dia menyadari aku telah mengatakan sesuatu padanya.

Tidak, tidak..

Jangan lagi

"Apa yang kamu katakan?!" Ayah bertanya dengan nada dingin .

"T-tidak ada ...... Aku tidak mengatakan apa-apa." Aku hampir memohon padanya untuk melupakannya dan membiarkanku pergi.

Aku merasa Ketakutan, keringat dingin mulai bercucuran di pelipis mataku.

"Apakah kamu baru saja berkomentar tentangku?!" Ayahku menggertakkan giginya.

"T-tidak." Jawabku, mencoba menarik diri dari pelukan. Mataku berair karena takut apa yang akan dia lakukan padaku.

"Kamu telah melampaui batasan mu!" Teriak ayahku, menarik perhatian semua keluargaku.

"Kamu harus dihukum." Dia mencengkeram pergelangan tanganku dengan sangat kencang sambil menarikku kedalam rumah.

"Tidak ayah tolong." Teriakku padanya.

Saya berteriak ketika kami mendekati pintu. Aku memejamkan mataku. Semua keluargaku membuang muka, malu karena mereka tidak bisa berbuat apa-apa.

Ace tolong aku

"Fernando!" Teriak Ace sangat marah.

Aku merasakan tubuh ayahku membeku. Dia seakan lupa siapa tunangan anaknya.

Ayahku melepaskan cengkeramannya dari pergelangan tanganku. Tidak membuang kesempatan, aku langsung berlari ke pelukan Aces.

Ace melingkarkan lengannya di sekelilingku dengan protektif saat aku membenamkan wajahku ke dada bidangnya.

"Kau bilang dia merendahkanmu." Ucap ayahku terkejut dengan kenyataan bahwa aku telah berbohong padanya.

Aku tidak tahu apa yang membuatnya lebih jijik; kebohongan atau fakta bahwa saya memiliki keberanian untuk berbohong kepadanya untuk pertama kalinya dalam hidup ku.

"Aku akan membawa tunanganku pulang dan jika anda menyentuhnya lagi, anda tidak akan pernah melihat sinar matahari lagi, hanya cahaya api yang akan membakar kulitmu." Ace menambahkan seringai jahat di akhir kalimatnya.

Kakak-kakakku terlihat kaget dan bingung tapi mereka juga terlihat lega.

"Kamu tidak bisa melakukan ini. Dia harus dihukum." Raung ayahku, kehilangan akal saat dia menarik sisa rambutnya .

Ace terus memelukku saat kami berjalan kearah Limousin. Dia membuka pintu dan membantu ku masuk sebelum kami pergi.

Ace's POV

Aku duduk di ruang tamu, menatapnya. Dia tidak tampak bahagia seperti sebelumnya; Sejak dia meninggalkan meja.

Aku Tahu ayahnya sama brengsek nya seperti aku. Aku memiliki kecurigaan bahwa dia sering di rendahkan oleh ayah nya sendiri.

Dia cantik.

Aku tidak pernah berkencan dengan wanita manapun, aku hanya menggunakan mereka untuk kesenangan dan kemudian aku mengusir mereka.

Menikah adalah gaya hidup yang sangat berbeda bagi ku. Aku belum memutuskan apakah aku ingin mencoba dengannya atau tidak.

Aku bisa saja tidak setia. Aku tidak suka bagaimana ayah ku memperlakukan dia. Dia menatapnya seperti dia adalah karung tinju yang menunggu untuk dipukul.

Jika dia menyakitinya aku bersumpah ..... Aku melihat tanganku terkepal membayangkan dia terluka.

Apakah dia masih perawan?

Pikiran itu membuatku bingung. Aku tidak seharusnya memikirkan dia seperti itu. Aku berusaha mati-matian untuk menyingkirkan pikiran itu dari kepalaku.

Hari ini aku melihatnya banyak tertawa dan menikmati setidaknya sebagian waktunya bersama keluarganya.

Aku melirik ke sekeliling ruangan. Raul tampak seperti seorang pengecut yang tidak melindungi siapa pun kecuali dirinya sendiri. Mereka semua pengecut karena membiarkan adik perempuan mereka direndahkan ketika mereka berjumlah 5 orang tetapi mereka tidak bisa melihatnya.

Dia tidak menyalahkan siapa pun kecuali dirinya sendiri atas apa yang terjadi padanya dan itu membuatku gila.

Beberapa jam telah berlalu dan dia secara mengejutkan meminta untuk pulang. Aku melihat ada peruhahan sikap darinya, jadi aku menyutujui permintaannya.

Aku menunggu di mobil saat dia mengucapkan selamat tinggal kepada keluarganya. Aku memeriksa sebentar perkejaan ku, memastikan semua nya masih dalam pengawasan. Stoknya bagus, kita punya terlalu banyak uang.

Aku terganggu oleh teriakan minta tolong. Aku meringis mendengar suara memohon yang memilukan itu.

****

Itu adalah Sofia.

Aliran adrenalin mengalir dalam diriku ketika mendengarnya menangis ketakutan. Aku segera turun dari mobil.

Aku melihat ayahnya mencengkram pergelangan tangannya dengan sangat erat, membuatnya tidak mungkin untuk melarikan diri dan aku merasa ingin membunuh ayahnya saat itu juga.

Dia tahu dia akan terluka jika dia melangkah melewati pintu itu tetapi dia tetap melakukannya. Kakak-kakak dan ibunya hanya berdiri di sana, tidak melakukan apa-apa.

"Fernando" Raungku dengan sangat marah, menarik perhatian semua orang.

Dia melepaskan cengkeraman tangan nya dari Sofia.

Dan aku melihat Sofia langsung berlari ke arahku dengan air mata yang mengalir di pipinya.

Aku merasa .......... empati sekali. Aku melingkarkan tanganku di sekelilingnya secara naluriah. Aku merasa lega begitu dia berada di pelukanku. Dia membenamkan wajahnya ke dadaku dan aku merasakan dia gemetar ketakutan.

Aku tidak akan menyebut ini sebuah pelukan. Lebih tepatnya seperti aku memberikan perlindungan padanya.

Aku memiliki naluri alami untuk melindunginya, aku tidak tahu dari mana asalnya atau dari kapan aku memilikinya, itu muncul begitu saja.

"Aku akan membawa pulang tunanganku, dan jika anda menyentuhnya lagi, anda tidak akan pernah melihat sinar matahari lagi, hanya cahaya api yang akan membakar kulitmu!" Aku menyeringai pada kalimat terakhir.

"Kenapa dia tidak memberitahuku atas apa yang terjadi padanya?"

Aku ingin mendengar Sofia berteriak tetapi tidak karena alasan itu. Aku menepis pikiran itu dari kepalaku dan membawanya ke mobil.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!