Deadly

Kami duduk saat makan malam.

Aku makan dengan tenang ketika mereka bertiga berbicara, tetapi aku sangat ingin bertanya tentang keluarga ku.

Aku tidak pernah hidup tanpa mereka dan aku juga tidak pernah menginginkannya.

"Bolehkan aku bertemu dengan saudara-saudara ku?" Aku akhirnya bertanya, mengumpulkan keberanian mengingat terakhir kali aku mencoba untuk berbicara saat makan malam, aku hampir terlibat masalah serius.

Pandangan mematikan Ace mengarah padaku. Aku membeku ketika matanya bertemu dengan mataku.

"Tidak." Suaranya yang dalam merespon dengan cepat dengan sedikit gerutuan kesal.

Aku merasa jantungku terpacu dengan sangat cepat. Aku sangat mencintai saudara-saudara ku, tidak bisa dibayangkan jika aku tidak bisa bertemu dengan mereka. Itu sebuah siksaan untukku.

"Tolong." Aku memohon dengan nada lembut agar aku tidak terlihat terlalu menuntut.

Ayah Ace mulai tertawa jahat.

Aku melirik kearah Ace dan melihat ekspresi di wajah nya menjadi lebih dingin.

"How dare you!" Suara ayah Ace menggelegar di ruang makan dengan tiba-tiba.

Membuatku merasa sangat ketakutan.

Aku melihat Ace dengan ekspresi tak terbaca di wajahnya saat dia memperhatikan ayahnya.

"I'm sorry." Ucapku cemas sambil meletakkan pisau dan garpuku.

Aku tidak tau dengan permintaan ku yang menurutku sederhana bisa membuat Ayah Ace sangat marah.

"Apa salah nya meminta untuk bertemu dengan keluarga ku sendiri" Batinku.

"Kau akan ku bawa ke ruang bawah tanah." Tuntut Kai dengan tegas.

Suaranya bergema di seluruh ruangan yang sunyi.

Mataku melebar saat Kai berdiri dari meja dan mendekati tempat aku duduk.

"Tidak, kumohon." Aku merengek ketakutan.

Sunggu, mendengar perkataan nya membuatku teringat akan ayahku.

Aku tahu betul apa yang terjadi di ruang bawah tanah; Penyiksaan.

Kai meraih pergelangan tanganku namun terhenti ketika melihat Ace yang berdiri.

Langkah kaki Ace yang berat mendekati kami.

Aku lebih suka ayahnya yang memukul ku daripada dia.

Tapi Ace melakukan sesuatu yang tidak ku duga. Ace meraih pergelangan tangan ayahnya dengan kasar, memaksa ayahnya untuk melepaskan cengkeramannya padaku.

Mata Kai melebar ke arah Ace.

"Dia akan menjadi istriku, jika kau menyentuhnya tanpa se izin ku. Aku tidak akan ragu untuk membakarmu hidup-hidup." Ace menggeram marah pada ayahnya.

Kai mengerang kesakitan karena Ace mencengkram pergelangan tangannya dengan sangat kencang.

"You think you're the devil? Tapi kau lupa, aku juga salah satu dengan julukan itu." Bisik Ace ke telinga ayahnya dengan sorot matanya yang tajam.

"Aku akan membawamu menemui mereka besok sepulang sekolah." Ace menoleh padaku.

Aku mengangguk dengan panik sebelum meninggalkan ruangan itu.

Dengan cepat aku menaiki tangga, tidak peduli dengan perdebatan keluarga itu.

***

Tubuhku meluruh di balik pintu kamarku. Dengan bahu yang bergetar, aku merutuki nasib ku yang seperti ini.

Aku masih bisa mendengar teriakan teredam dari bawah.

Aku memutuskan untuk berbaring di tempat tidur dan menarik bantal menutupi telingaku.

Aku merasa ingin menghilang akhir-akhir ini. Jauh lebih sulit ketika Anda menikah dengan keluarga yang penuh kekerasan disaat anda sudah memiliki keluarga yang penuh kekerasan sebelumnya.

***

Mataku terbuka da melihat Ace berdiri di depan jendela membelakangi ku.

“Sedang apa dia dikamarku?” Batin ku bingung.

"Kau akan membiarkan dia menemui saudara laki-lakinya atau aku akan membunuhmu." Desis Ace marah ke seseorang di seberang telepon.

"Aku selalu menepati janjiku." Ancamnya tepat sebelum dia menutup telepon.

Aku mengangkat selimut untuk menutupi wajahku sehingga hanya mataku saja yang terlihat.

Ace berbalik

"Aku tidak bermaksud membangunkanmu." Ucapnya sambil menatapku.

“Tidak apa-apa….” Jawabku cepat, masih dengan selimut yang terpasang.

"Tadi ayahmu, kalau kau penasaran." Ucap Ace memberitahuku.

"Jika ayahku melakukan sesuatu padamu, katakan padaku. Apa kau mengerti!" Dia memperingatkanku, berbisik sehingga ayahnya tidak bisa mendengar.

Aku mengangguk kecil.

Aku merasa dia menuntut ku untuk memberi tahu nya jika terjadi sesuatu padaku, karena dia tahu bahwa jika terjadi sesuatu aku tidak akan mau berbicara.

Suasana canggung memenuhi ruangan ini saat aku menghindari kontak mata dengannya.

"Ayahmu..... tidak apa-apa." Aku segera menutup mulutku setelah Ace memusatkan perhatian nya padaku.

“Bodoh kau sofia.” Rutuk ku dalam hati.

"Kenapa dengan Ayahku?" Dia menatapku dengan menyelidik.

Aku tahu dia tidak akan melepaskan ku sampai aku mengatakan yang sebenarnya.

“Tidak.. tidak ada masalah." Gumamku pelan.

Aku semakin menarik selimut sampai di atas kepalaku.

Tiba-tiba Ace menarik selimut ku.

"Sofia ..... katakan padaku." Ace sedikit geraman dalam suaranya.

Aku menelan ludah sementara dia menatap ku tajam dengan alisnya yang mengernyit.

"Dia bilang akan menggantikan ayahku." Ucapku pelan sambil menatap selimut yang terkepal di tangannya.

"Apa artinya itu?" Ace menanyaiku dengan cepat.

"T.... Tidak ada, hanya saja dia ingin menjadi seperti ayah untukku." Aku tergagap gugup.

"Jika aku tahu kamu berbohong, kamu akan mendapatkan hukuman! Mengerti?" Ancam Ace padaku.

"Hukuman?" Kicauku.

"Apa ada masalah dengan itu" Gerutu Ace dengan marah .

" Tidak- "

"Bersiaplah untuk ke sekolah, aku akan mengantarmu dan menjemputmu nanti." Dia akhirnya meninggalkan kamarku.

Jantung ke selalu berdetak cepat setiap kali Ace berada di dekatku, membuatku kesulitan untuk bernafas.

***

Aku akhirnya masuk ke mobil dengan Ace.

Garis bawahi. Hanya berdua saja.

“Apakah kamu selalu bekerja?” Tanyaku penasaran, mengumpulkan keberanian untuk berbicara dengannya.

"Ya. Sebagian besar waktu ku hanya untuk bekerja." Jawab Ace dengan suaranya yang dalam dan serak.

“Apakah tidak membosankan?” Tanyaku.

"Kalau membosankan, aku tidak akan melakukannya. Aku hanya melakukan apa yang aku inginkan." Ace menoleh padaku.

"Jadi ..... Apa kamu bisa meninggalkan pekerjaan mu sekarang?" Aku bertanya padanya sambil memainkan tanganku.

Gugup. Entah mengapa perkataan itu terucap dari bibirku.

"Tidak... tidak hari ini."

“Kenapa? Apa ada pertemuan penting hari ini?”

“Tidak ada….” Desahnya, menjadi jengkel karena pertanyaanku.

"Kau akan membunuh seseorang?” Gumamku sebagai lelucon.

"Ya, aku membunuh orang, itulah yang aku lakukan." Jawab Ace mengakui.

"Jangan tersinggung. Aku memaklumi mu" Jawabku.

Entah mengapa saat ini aku menjadi lebih nyaman saat di dekatnya.

Aku pikir Ace terkejut karena aku melihat salah satu alisnya terangkat.

"Kau lupa aku juga dibesarkan dalam lingkungan seperti mu. Membunuh orang adalah sesuatu yang mereka lakukan." Desahku.

Aku melihat Ace tampak bingung.

Aku tersenyum padanya sedikit. Aku melihat raut serius yang selalu terpasang di wajahnya sedikit melunak perlahan.

***

Kami akhirnya sampai di sekolah.

"Kau terlambat." Gumamnya dengan santai.

"Aku tahu, aku memang melakukannya dengan sengaja." Aku tersenyum saat aku turun dari mobil Ace.

"Aku akan menjemput mu jam 4. Jangan terlambat." Dia mengangkat alisnya memperingatkan.

"Oke. Terimakasih sudah mengantarku. Aku pergi." Ucapku dengan senyuman kecil.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!